18. Ghea & Nindy: Familiar

51 6 0
                                    

.
.
.

Sesuai judul, khusus percakapan antara Ghea & Nindy.

18. Ghea & Nindy: Familiar

Kebun bunga milik Ghea memang memiliki ciri khas tersendiri, Ghea menatanya agar terlihat berbeda dari yang lain. Walaupun berbeda, ini terlihat sangat cantik menurut pendapat pribadi Nindy.

Nindy membuat janji dengan Ghea untuk bertemu di kebun bunga milik Ghea saja. Nindy berniat untuk mengobrol ringan dengan Ghea.

Di sebuah tempat yang teduh, di tengah-tengah kebun Ghea dan Nindy bertemu. Nindy menyapa, "Woi! Ghea." Memang bukan sapaan yang wajar, tapi ini wajar saja karena pertemanan Ghea dan Nindy sudah sedekat nadi.

Nindy dengan gaya nyentriknya itu sedang melakukan tradisi 'cepaka-cepiki' kepada Ghea, Ghea hanya bisa geleng-geleng kepala. "Lo ini, aneh banget. Setiap ketemu ada aja tradisi baru yang lo buat." omel Ghea, gadis yang berada di depan Ghea ini tersenyum.

Senyuman Nindy memiliki seribu artian, sepertinya sekarang Nindy tengah tersenyum meledek kepada Ghea.

"Stop! Senyum lo itu nggak semanis janji-janji mantan lo, ya." kata Ghea dengan kesabarannya yang setipis tisu. Ghea menjalankan love languange phsycal attack jika ia sedang bersama Nindy.

Nindy duduk dan menyikut lengan Ghea, ia memonyongkan bibirnya agar terlihat sedang cemberut. "Lo gak asik, ah. Ghea sayang, tajir, cantik, sayang gak punya pacar."

"Ngapain bawa-bawa pacar? Kayak lo punya aja, Nin."

Nindy mendelik, ia merasa tidak terima Ghea berkata seperti itu kepadanya. "Udah deh, Ghe! Lo juga sama aja. Untung aja tempat ketemuannya kebun bunga, coba kalau bukan. Udah gue ajak gelut lo sekarang, ya."

"Ya, beruntungnya memang kebun bunga ini gue rawat dengan baik, jadi gak cocok kalau buat dijadiin tempat perkelahian." kata Ghea.

"I just want to tell you something. Anjay, bahasa gue." ucap Nindy merasa dirinya sangat keren.

"Apa, tentang apa?" kata Ghea penasaran.

Nindy menghela nafasnya dan berkata, "Lo tau tentang berita yang bahkan masih jadi perbincangan hangat sampai saat ini? Gue tau lo pasti langsung ngerti arah obrolan gue kemana."

"Gila kali lo, lo pikir gue cenayang?" ujar Ghea sembari menatap sinis Nindy.

"Heh! Serius gue. Nggak bohong, lo masa nggak ngerasain hal yang sama? Gue yakin kenapa lo mendadak bersikap kayak gini karena lo tau semuanya, ya." Satu pasang mata Nindy mendelik.

"To be honest, ya emang bener. First impression gue, gue langsung tau. Dan, semuanya terjadi secara jelas menurut berita-berita yang beredar di luaran sana," Ghea belum selesai berbicara, ia mengingat sejenak hal yang sudah terjadi beberapa waktu ke belakang.

"Senyumnya, cara dia memperlakukan orang lain, semuanya yang gue lihat pertama kali tentang dia. Lo juga pasti tahu dengan pasti kan, Nin? Lo ngerasain hal yang sama juga, kan? Pertama kali gue lihat dia, gue rasa dia nggak boleh ketauan sedikitpun sama orang-orang di luar sana. Itu pasti bahaya banget. Walau gue nggak bisa memastikan berita yang beredar itu serius atau nggak."

"Nama dia, lo tahu nama lengkap dia, kan? Kurang apalagi coba? Ini udah enggak bisa di-elak lagi menurut gue. Tapi, apa berita yang beredar tentang kelahirannya itu bener?" kata Nindy dengan raut wajah sedih.

"Kita nggak tahu apa yang sebenarnya terjadi di belakang layar. Bisa aja itu berita yang dibuat-buat oleh oknum yang emang dari awal udah enggak suka." ujar Ghea.

Nindy mengeluarkan ponselnya dan memperlihatkan sesuatu yang berada dalam ponselnya kepada Ghea.

Nindy mengeluarkan ponselnya dan memperlihatkan sesuatu yang berada dalam ponselnya kepada Ghea

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Orang-orang kalau ngetik emang udah gak mikir, ya. Masa orang yang udah meninggal masih aja diomongin tentang hal-hal jelek? Bahkan hal itu belum pasti, loh. Mereka aja enggak tahu kan kehidupan mendiang Sherica kayak gimana?" Ghea ingin sekali menghardik manusia-manusia yang sama sekali tidak memiliki hati nurani.

"Iya kan?! Gue juga kesel banget. Kadang pengen gue sewa detektif buat cari tahu soal kasus ini, sampai sekarang kasusnya sama sekali nggak ada kejelasan. Bahkan, bunda gue aja selaku yang masih satu generasi sama mendiang Sherica ini ngerasa kalau mendiang Sherica bener-bener butuh keadilan. Konon katanya, memang banyak yang menggilai mendiang Sherica, kan? Karena emang cantik banget!" ucap Nindy dengan emosi yang membara. Nindy dan Ghea merasakan hal yang sama untuk kasus mendiang Sherica.

Kasus ini sudah terjadi sangat lama, misterinya masih saja belum terungkap. Bahkan, jejaknya sudah sangat hilang. Tetapi kecantikan dan kebaikan Sherica semasa hidupnya tidak pernah luntur untuk menjadi perbincangan hangat bahkan dikalangan muda sekalipun.

Ghea dan Nindy terus berbagi cerita tentang hal yang beredar di luaran sana. Kedua gadis itu walau hanya berdua namun seakan situasi dan kondisi diisi oleh lebih dari 5 orang yang sedang mengobrol.

"See? Gue semakin yakin. Menurut lo, kita harus gimana? Gue juga penasaran setengah mati." kata Nindy.

"Kalau kata gue, ini udah 95% kita lihat secara langsung depan mata kepala kita sendiri! Apalagi gue udah pernah hadapin hal yang semakin memperjelas ke abu-abuan itu. Tapi, yang bikin gue bingung, sampai sekarang Yakira enggak tahu apa-apa mengenai hal ini. Gue rasa kita diem aja selama dia nggak tahu, kalau dia tahu apa yang terjadi di luaran sana itu bakal jadi hal yang paling kejam buat hidup dia." ujar Ghea, Nindy sepakat dengan Ghea.

Yakira, siapa yang sebenarnya benar-benar tahu tentang kehidupannya? Satu hal yang Ghea tahu tentang Yakira, gadis itu ceria.

TBC

Halo, maaf ya aku baru sempat update. Mungkin untuk lanjut ke chapter selanjutnya juga memerlukan waktu cukup lama karena ada kendala irl yang bikin aku enggak bisa terus-terusan buka HP untuk sementara.

Bagi yang menunggu narasi Yakira, Lintang, dan karakter lainnya, maaf ya ditunda dulu. Khusus untuk chapter ini untuk Ghea dan Nindy.

Have a great day, dear! ♡

Langkah RasaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang