.
.
.24. Bohong
"Non, bangun," suara yang tak terdengar asing namun membuat Yakira seketika terbangun dari tidurnya.
"Hah? Kok tiba-tiba kak Lintang berubah wujud jadi bi Dharmi?" batin Yakira, gadis itu memang benar-benar terlelap setelah berusaha pura-pura tidur.
"Eh? Bibi?" ucap Yakira, gadis itu keheranan.
"Non Yakira tidurnya nyenyak banget, maaf ya Bi Dharmi bangunin. Soalnya kalau di loteng kelamaan nanti takut sakit lehernya," ujar bi Dharmi yang diangguki oleh Yakira. "Ya sudah, karena Non Yakira sudah bangun, ayo kita ke bawah," ajak bi Dharmi.
Yakira menggeleng, ia takut jika harus turun.
"Yakira enggak berani," kata Yakira ekspresi wajahnya sudah dapat menjelaskan bahwa ia terlihat cukup tegang.
Bi Dharmi tersenyum, seakan senyumannya memiliki banyak artian. "Ya sudah, mau Bibi panggilkan bala bantuan?" tanya bi Dharmi.
"Bantuan?" Yakira sedikit ragu namun menganggukkan kepalanya. Bi Dharmi turun melalui tangga yang sudah rapuh itu, sejujurnya Yakira penasaran apa bantuan yang akan bi Dharmi berikan.
Muncul dari tangga sana, sosok Lintang. Begitu terkejutnya Yakira karena bantuan yang bi Dharmi maksud adalah bantuan dari Lintang seorang.
"Masih enggak mau turun?" tanya Lintang terlebih dahulu, Yakira mengangguk ragu.
"Mau jalan duluan, nggak?" tawar Lintang.
"Nanti gue jatoh duluan dong, Kak," ucap Yakira.
Lintang tidak memiliki banyak stok kesabaran, maka dari itu dia mendorong tubuh Yakira untuk segera menuruni tangga kayu itu. Dari awal saja Yakira sudah berpegangan pada tangan Lintang, ia menautkan jari jemarinya pada jari jemari Lintang dengan begitu kuat.
Begitu sukses melewati anak tangga terakhir, Yakira bisa bernafas dengan sangat lega setelah nafasnya tertahan cukup lama. Wajah Yakira sangat merah.
"Gue bisa dipercaya, kan?" kata Lintang sedikit menyombongkan diri, Yakira bersikap acuh.
Yakira masih belum bisa melupakan kejadian semalam, rasanya ia ingin menghilangkan wajahnya yang sekarang bisa dilihat oleh sepasang mata kepala Lintang. Biasanya Yakira jauh lebih banyak bicara dari pada Lintang, tapi kali ini Lintang yang selalu mengawali pembicaraan diantara Lintang dan Yakira.
"Bi Dharmi khawatir karena pagi-pagi buta lo enggak ada di kamar. Taunya tidur di loteng kayak anak kucing, atau justru lo itu kelelawar?" ledek Lintang, Yakira mencubit lengan pemuda itu.
"Ih, Kak Lintang! Emangnya Kak Lintang, Kak Lintang kalau tidur mirip orang utan, tau!" balas Yakira.
"Emang lo pernah liat gue waktu tidur?"
"A–apa? Ya, enggak lah! Ngapain juga liat Kak Lintang pas tidur, enggak ada kerjaan," ucap Yakira sedikit terbata. Yakira tidak pandai berbohong, membuat Lintang tersenyum samar mengetahui bahwa gadis itu jelas sedang berbohong padanya.
"Yakira," panggil Lintang.
gadis itu menoleh dan berkata, "apa?"
"Masih inget sama jurus bela diri yang pernah lo pelajarin?" tanya Lintang, mengingat beberapa waktu lalu Yakira meminta Lintang untuk mengajarinya ilmu bela diri, dan Lintang mengiyakan Yakira.
"Masih dong, Kak! Itu mah kecil, walau kalau lawan Kak Lintang sih ya gak mungkin. Tapi pak satpam juga kalah kan sama gue, Kak? Atau mau mengulangi adegan?" kata Yakira semangat 45 ingin menyerang orang lain.
"Ilmu itu dipelajari buat diterapkan dengan hal-hal baik. Jangan seenaknya ngeluarin jurus itu buat kepuasan lo sendiri gitu, gue gak akan ajarin lo lagi sih," ledek Lintang, kedua mata Yakira melotot tidak terima.
"Kak Lintang, gak baik tau ngancem kayak gitu. Kak Lintang makin lama kenapa makin gak jelas gini," sarkas Yakira, jleb! Ucapan Yakira begitu menusuk ke hati Lintang, walau ekspresi yang terlihat di luar, wajah Lintang tampak biasa-biasa saja.
Tanpa Lintang sadari, sikap dan ekspresinya semakin lama semakin beragam, sikap itu membuat Lintang dan Yakira semakin dekat. Karena itu Yakira semakin berani mengungkapkan isi hatinya kepada Lintang.
"Oh iya, Kak Lintang jelek kalau wajahnya bonyok begitu," bohong! Justru wajah Lintang dengan kondisi seperti ini menambah ketampanannya. Yakira hanya ingin melihat ekspresi Lintang jika Yakira mengejek Lintang yang wajahnya selalu dipuji oleh orang lain.
"Ini?" Lintang menunjuk luka yang berada diwajahnya itu, Yakira mengangguk. "Kemarin banyak yang bilang kalau gue gak boleh luka, soalnya makin ganteng," kata Lintang mengingat bahwa saat di parkiran ada segerombolan anak remaja berseragam SMA yang berkata seperti itu pada dirinya.
"DASAR PADA GILA, GANTENG DARI NEGERI MANA LO KAK? NGIMPI YA? APA MEREKA MABUK," emosi Yakira memuncak, hati Yakira memanas mendengar perkataan Lintang. Lintang berusaha menahan tawanya sebisa mungkin.
"Kok marah," ucap Lintang.
"Ya marah, mata mereka pada keganggu apa gimana? Kok bisa berpikir kayak gitu, apa Kak Lintang pake susuk?" ledek Yakira.
"Tau dari mana susuk-susuk gitu?" Lintang bertanya sembari menyamakan tingginya dengan tinggi Yakira, namun Yakira merasa seakan Lintang sedang mengintimidasinya.
Yakira merasa bahwa ia sedang dihadang oleh banyak manusia dan tak bisa melarikan diri, bagaimana bisa Lintang melakukan hal ini padanya? Yakira harap Lintang tahu diri! Bahwa ketampanan itu tidak bisa digunakan secara sembarangan begini, menyulitkan perasaan saja.
"Siapa yang enggak tau susuk? Kak Lintang juga kenapa tau susuk? Kak Lintang beneran pake susuk ya," tebak Yakira yang sedang berusaha menetralkan detak jantungnya yang berdebar kencang.
Perasaan macam apa ini?
"Kalau gue, beneran pake susuk, gimana?" celoteh Lintang, ia berhasil mendapatkan satu jitakan yang mendarat di dahinya dikarenakan Yakira.
"Sembarangan. Emang gue bakal percaya kalau lo pake susuk, Kak? Emang dasarnya mata orang-orang perlu diperiksa aja. Udah deh! Jangan banyak tanya kayak dora aja," ucap Yakira dengan memalingkan wajahnya, ia berusaha menetralkan detak jantung juga ekspresinya yang ingin ia sembunyikan dari Lintang.
"Emang dora paham susuk, Yakira?" celoteh Lintang.
"Terserah Kak Lintang, deh! Jangan bikin gue pusing," kata Yakira sembari mendengus kesal. Namun, sosok pemuda yang berdiri di sampingnya itu tersenyum kecil melihat perilakunya yang masih kekanak-kanakan.
[To be Continued]
KAMU SEDANG MEMBACA
Langkah Rasa
Teen FictionLangkah Rasa, Semesta dan Yakira Paramitha. (Slow-update). Yakira Paramitha, gadis dengan hidup penuh kekangan yang diberikan oleh ayahnya. Lintang Saghara pun datang dalam kehidupannya menjadi seorang bodyguard pribadi. Sikap Lintang yang sang...