19. Lebih Lama Lagi

59 8 0
                                    

.
.
.

Cukup dengan tatapan yang begitu lama antara Yakira dan Shaka, Yakira terlalu lama berpikir ia harus melakukan apa, dengan kondisi pakaiannya yang dipenuhi oleh busa.

"Kenapa diem aja? Nggak mau bersihin tuh busanya?" kata Shaka dengan senyum meledek. Yakira tersadar dari lamunannya dan berlari kecil untuk membersihkan busa yang terdapat pada pakaian miliknya.

Sembari menunggu Yakira, Shaka memilih untuk berkeliling halaman rumah Yakira, menghirup udara sejuk. Selagi masih ada di lingkungan pedesaan seperti ini, Shaka tidak ingin menyia-nyiakan waktunya.

Begitu Yakira sedang membasuh busa yang memenuhi area wajah, tangan, dan kakinya, Yakira juga sedang merasa geram dengan Lintang yang sama sekali tidak bersikap dewasa. Harus diakui memang, Yakira pun kekanak-kanakan, tetapi masa Lintang yang lebih tua tidak ingin menurunkan egonya walau hanya sekecil biji jagung?

"Kak Lintang tuh nyebelin banget, sih. Nggak bisa apa pura-pura ngalah aja? Bikin orang seneng aja susah banget." rutuk Yakira dalam hati.

"Non, sudah selesai belum? Den Shaka sudah menunggu Non Yakira sedari tadi," terdengar suara Bi Dharmi dari luar sana, membuat lamunan Yakira buyar begitu saja.

"Aish, gue ngapain aja dari tadi." kata Yakira menyesal karena terlalu lama memikirkan hal yang tidak mungkin.

Kini penampilan Yakira sudah terlihat jauh lebih baik dibandingkan penampilan Yakira yang sebelumnya, yaitu pakaiannya yang basah kuyup dan dipenuhi busa sudah ia ganti dengan pakaian sederhana miliknya namun terlihat rapi untuk dipandang.

Rupanya Shaka berada di luar sekitaran rumah Yakira, gadis itu mengikuti arah pergi Shaka yang diberitahu oleh beberapa security di rumahnya. Tentunya, Lintang mengikuti Yakira di belakang punggung Yakira.

"Ka!" panggil Yakira, pemuda yang memiliki nama panggilan 'Ka' itu menoleh. Yakira menghampirinya.

"Yakira, lo nyaman tinggal di sini?" tanya Shaka mendadak, membuat Yakira mengernyitkan dahi.

"Selama lo nggak ngajak Yakira ke museum waktu itu, Yakira enggak perlu tinggal di sini lama-lama." Lintang menyela pembicaraan antara Yakira dan Shaka.

"Apaan sih, Kak Lintang! Tiba-tiba nimbrung. Gue udah bisa membiasakan diri, kok. Tempat ini nyaman, udaranya sejuk, jauh dari keramaian manusia yang bikin risih." kata Yakira ketus, lalu ia berusaha mencairkan suasana bahwa ia nyaman saja tinggal di sini.

Shaka berkata, "Ah, bagus kalau gitu. Gue harap lo enggak kesel sama gue setelah kejadian waktu itu,"

Lintang merasa perasaannya sedang digonjang-ganjing, diterpa badai, tapi rasanya sangat panas. Apa maksud semua ini? Semua perasaan ini muncul ketika ia melihat kedekatan antara Yakira dan Shaka.

"Kenapa mikir gitu, deh, Ka? Gue enggak masalah. Gue seneng bisa datang ke kota kecil ini, mama dimakamin di kota kecil ini, gue pengen lebih lama buat tinggal di sini karena gue bisa lebih deket sama mama," ucap Yakira, matanya berkaca-kaca, namun ia mengalihkan pandangannya agar Shaka dan Lintang tidak melihat wajah dan matanya yang memerah.

Shaka melirik Yakira, melihat gadis itu dengan seksama. Ia membalikkan tubuh Yakira, gadis itu keheranan. Apakah Shaka menyadari bahwa Yakira sedang menahan tangis?

"Gue ada di sini. Gak apa-apa," ucap Shaka meyakinkan Yakira, agar Yakira bisa mengeluarkan dan mengungkapkan isi hatinya kepada Shaka.

"Gue juga ada," kata Lintang menambahi, membuat Yakira tertawa cekikikan. Bagaimana bisa Lintang mengatakan hal itu? Padahal Lintang sangat kaku.

"Aneh kalau lu yang ngomong kayak gitu, Kak. Mending lo jadi diri lo yang kayak biasa aja," ucap Yakira menatap Lintang dengan serius.

Lintang tersadar akan perkataannya, ia menyesal mengapa ia bisa berkata sembarangan seperti tadi. Walau, ekspresi Lintang seakan mencerminkan bahwa Lintang tidak merasa aneh, sangat berkebalikan dengan isi hatinya.

"Kalian ini seneng ribut, ya?" tanya Shaka penasaran.

"Gak." jawab Lintang dan Yakira bersamaan.

Semakin lama, Lintang sama sekali tak dianggap keberadaannya. Yakira sibuk mengobrol dengan Shaka, mengobrol ini dan itu. Mereka berdua juga membahas tentang kampus mana yang menjadi kampus impian mereka.

"Kalau daftar kuliah, gue harus balik ke kota. Gue udah nyaman di sini, gue mau tinggal lebih lama lagi di kota ini, desa kecil ini," ujar Yakira kepada Shaka.

"Sebelum tes masuk perguruan tinggi, mau main ice skating bareng nggak sama gue?" ajak Shaka.

"Sok-sok an mau main ice skating. Lantai basah dikit juga kepeleset," timpal Lintang yang sedari tadi menyimak.

"Kak! Lama-lama mulut lo gue sumpel juga, ya. Komen mulu, lo kali enggak bisa jalan di atas es!" gerutu Yakira. Ia merasa Lintang terlalu ikut campur.

"Lo baru selangkah aja udah keburu jatoh. Mending ke hutan pinus aja. Lo sama raja hutan bakalan nyambung," kata Lintang datar, ucapannya yang bernada datar itu seakan meledek tingkat tinggi. Membuat Yakira berusaha menahan amarahnya untuk tidak menjambak rambut Lintang di depan Shaka saat ini juga.

"Kalau gue jadi raja hutan, orang kayak lo udah gue ilangin dari permukaan bumi," pungkas Yakira, menarik Shaka untuk pergi menjauh dari Lintang.

Melihat Yakira dan Shaka menjauh darinya, Lintang sedang merutuki dirinya sendiri.

"Harusnya enggak kayak gini," lirih Lintang.

"Ini kerjaan. Kenapa anak baru gede itu bikin pusing, gue teledor ngambil kerjaan ini. Gue gak boleh lupa sama tujuan gue buat kerja di sini," sambungnya.

Mendadak isi kepala Lintang dipenuhi oleh kebersamaannya dengan Yakira, gadis yang berusia enam tahun lebih muda dari dirinya itu. Cara gadis itu tersenyum, cara gadis itu menyapa, cada gadis itu berbicara, cara gadis itu memperlihatkan segala ekspresinya. Lintang terlalu sering bersama Yakira, sehingga Lintang banyak melewati batas untuk mengetahui segala hal dan kebiasaan yang dilakukan oleh Yakira.

***

TBC

Hello guys, hehe beneran slow-update kan aku. Ini belum apa-apa, masih mentahannya banget, konfliknya belum mulai sama sekali. Setelah chapter ini, aku usahain bakal memperlihatkan sisi-sisi lain. 🤩

Tapi kayaknya aku bakal menghilang agak lama, aku usahain enggak sampe satu semester!

Langkah RasaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang