04. Teman Lama

82 11 0
                                    

.
.
.

     Tiada hari tanpa jalan-jalan, apalagi ditemani pengawal tampan, walau bila semakin sering bertemu semakin terlihat biasa saja *jiakh. Bohong, ketampanan  seorang Lintang Saghara itu mutlak, sama sekali tidak membosankan.

Yakira sesekali berpikir, bila Lintang berdandan seperti seorang perempuan, apa Lintang akan sangat cantik? Atau sisi ketampanannya mutlak? Sama sekali tidak bisa digores oleh apapun saking mutlaknya.

Namun, apa gunanya pengawal tampan kalau sikapnya sama sekali tidak ramah, bintang satu untuk Lintang. Tetapi, untuk tingkat menjaga Yakira, Lintang mendapatkan poin seratus. Karena Lintang sama sekali tidak membiarkan Yakira tersentuh oleh manusia-manusia aneh.

Yakira mengajak Lintang untuk makan siang sembari bersantai sejenak, setidaknya acara bepergian mereka kali ini lebih terasa aman dan nyaman, karena Yakira sama sekali tidak membuat kegaduhan.

Lintang berpikir, apa yang terjadi pada kepala Yakira? Terbentur kah kepalanya saat ia tertidur semalam? Atau ada seseorang yang mengirimkan jimat atau meniup ubun-ubun Yakira? Agar Yakira bisa lebih tenang.

Yakira tahu Lintang menatapnya sedari tadi, ia melipat ke-dua tangannya di dadanya, menyodorkan tubuhnya lebih dekat dengan Lintang, dan membuat matanya seakan sedang mengintimidasi Lintang, seraya ia berkata, "Lo kenapa deh, Kak? Ngeliatin mulu, aneh."

"Gak salah?" jawab Lintang, Yakira menggeleng. Yakira merasa dirinya tidak aneh.

"Lo kali, Kak, yang salah."

"Terserah." balas Lintang lagi,

Baiklah, rencana Yakira gagal. Nampaknya ia diam seribu bahasa 'pun Lintang sama sekali tidak peduli. Lintang sama sekali tidak memikirkan bagaimana perasaan Yakira selama ini agar tidak merasa canggung dengan Lintang.

Yakira memasang raut wajah cemberut, Lintang bersikap acuh tak acuh. Memang tidak pernah perduli sih. Yakira berjalan beberapa langkah lebih depan daripada Lintang. Lalu terdengar dari jarak yang cukup dekat ada seseorang yang memanggil nama Yakira.

Lintang dengan gesit dan sigap menghalangi sosok yang ingin mendekati Yakira, Lintang membuat batasan antara sosok itu dengan Yakira menggunakan tangannya.

Yakira mengintip untuk melihat lebih jelas siapa sosok yang memanggil namanya tersebut. Lintang menyentil dahi Yakira dan berkata, "Ngapain?"

Yakira mendelik, menatap tidak suka atas perlakuan Lintang. Lalu mendorong tubuh Lintang, membuat jarak di antara mereka. Kini, Yakira bisa melihat dengan jelas sosok yang memanggil namanya itu.

Sosok itu berkata, "Yakira Paramitha?"

Lalu Yakira pun menjawab, "Iya. Kenapa dengan nama Yakira Paramitha? Ada masalah?"

Lalu sosok itupun tertawa, dan mengatakan, "Haha, enggak. Nggak ada masalah dengan nama Yakira Paramitha, nama yang bagus. Ternyata lo emang Yakira Paramitha. Gue, Shaka. Masih inget? Udah cukup lama mungkin. Atau, gue salah orang. Kemungkinan yang punya nama Yakira itu nggak cuma satu di dunia."

Yakira mencoba mengingat, siapa Shaka? Shaka anak ayah bunda? Atau Shaka yang mana? Terlihat jelas Shaka berharap Yakira mengingatnya dengan baik. Namun sepertinya tidak, Yakira sudah benar-benar lupa.

"Gue nggak terlalu inget, tapi kayakya pas Sekolah Dasar punya temen namanya Shaka.. Shaka, Shaka Putra Adhitama?" Yakira bertanya kepada Shaka.

"Excellent! Iya, gue Shaka Putra Adhitama. Kayaknya emang lo nggak inget banget sama gue, ya?" Shaka bertanya balik kepada Yakira.

Yakira tertawa canggung, ia bingung harus merespon ucapan Shaka dengan respon seperti apa. Karena, memang Yakira tidak pernah bertemu siapapun lagi tanpa seizin Ayah-nya. Namun, kali ini ia melanggar peraturan dari Ayah-nya itu, ia berharap Lintang tak memberitahu akan hal ini kepada Ayah-nya.

Yakira berkata, "Bukan, bukan nggak inget banget, tapi 'kan itu udah lama. Wajah lo yang dulu sama yang sekarang juga beda, makanya gue nggak terlalu inget, hehe."

Lalu, Shaka 'pun berkata, "Santai aja, gak usah serius banget sama gue. Oh iya, boleh minta nomor handphone lo? Biar kapan-kapan kita bisa main bareng,"

Yakira 'pun menjawab, "boleh, sini hp lo," Shaka pun memberikan handphone-nya kepada Yakira. Yakira mulai mengetik nomor handphone-nya, lalu mengembalikan handphone Shaka kepada Shaka.

"Udah? Udah selesai? Bisa pulang sekarang?" tanya Lintang dengan penuh penekanan, Yakira merasa tidak enak hati kepada Shaka, namun ia juga tidak bisa mengelak terhadap ucapan Lintang ... ini sudah memasuki lampu kuning, alias hati-hati. Lintang sudah memberikan warning kepada Yakira.

"Eh, maaf ya, Ka. Gue pulang duluan, kalau ada keperluan kirim pesan aja ke nomor gue. See you!" ucap Yakira, lalu ia melambaikan tangannya kepada Shaka, Shaka membalasnya. Lintang tetap tepat berada di belakang Yakira, menjaga gadis itu.

Sesaat di mobil, Yakira ingin mengeluarkan seluruh kata-katanya kepada Lintang. Namun, apakah Lintang akan mendengarkan ucapannya? Tampaknya akan mustahil.

"Kenapa?" tanya Lintang, Yakira cukup terkejut ... bagaimana bisa Lintang mendengar isi hatinya? Yang sebenarnya ingin berceloteh.

"Kak! Lo tuh nggak asik banget tau gak sih, bisa gak lo kerjasama aja sama gue. Kan kalau ada yang aneh-aneh juga lo selalu ada di deket gue, jadi gak masalah 'kan? Masa harus izin sama bokap gue terus sih, Kak," keluh Yakira kepada Lintang, Pemuda itu nampaknya masih belum berkutik. Yakira sudah tahu akan respon Lintang, namun ini sudah bukan masalah besar lagi baginya.

"Kak, emangnya lo enggak pernah ya kumpul sama temen-temen lo? Apa emang lo gak punya temen ya? Kaku banget, masa gak bisa merasakan jadi gue, hidup tanpa temen, masa temen gue itu malah lo sih, Kak? Yakali, umur kita aja beda enam tahun. Lo mikirnya udah punya cucu, gue masih mikirin cara punya temen, Kak!" tambah Yakira.

"Lo bakal tau sendiri nanti, kenapa kayak gini." jawab Lintang, singkat, padat, dan tidak jelas. Tidak jelas, karena Yakira masih belum paham apa maksud Lintang berkata seperti itu. Ia bahkan tidak butuh teka-teki, tapi mengapa Lintang justru memberikan teka-teki?

Yakira memalingkan pandangannya dari Lintang, tak ada gunanya jika harus berbicara panjang lebar dengan Lintang tentang masalah ini, tak akan pernah selesai. Lintang juga tidak perlu repot bila ia diam, mungkin Lintang bisa merasa lebih tenang jika Yakira tidak terus berceloteh, karena ia harus mengeluarkan kata-kata baru.

Tring!

Notifikasi handphone Yakira berbunyi, Yakira mengecheck notifikasi apa yang masuk ke dalam handphone-nya. Ternyata pesan yang dikirim oleh Shaka, melalui line.

Shaka

Hallo, Yakira.
Ini gue, Shaka.
Add ya.

Hallo, Shaka.
Okay.

Shaka Putra Adhitama

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Shaka Putra Adhitama.


Yakira ingat sekarang, bahwa Shaka adalah anak laki-laki yang beberapa tahun lalu belum bisa naik sepeda, lalu ia membonceng Shaka di sepeda miliknya. Lalu teman-teman yang lain mengejek Shaka karena yang memboncengnya adalah seorang gadis yang lebih kecil darinya.

TBC

Langkah RasaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang