.
.
.20. Berat Hati
Setelah sekian lama, ayah Yakira meminta agar Yakira kembali lagi ke rumah utama yang berada di kota. Dengan berat hati gadis itu melangkahkan kakinya meninggalkan tempat yang ia rasa sangat nyaman baginya. Ia sudah berpamitan dengan Ghea dan Nindy, mereka akan selalu bertukar kabar.
Ia duduk di kursi depan, di samping Lintang.
"Lu sama sekali enggak seneng buat pulang?" tanya Lintang, padahal sudah jelas dari raut wajah Yakira yang sedang cemberut sepanjang perjalanan.
"Ngeledek, ya? Gak lucu tau, Kak!" kata Yakira sembari memalingkan wajahnya dari Lintang.
"Ge-er. Siapa juga yang mau ledekin," ucap Lintang.
Kedua insan itu sama sekali tak bertatapan, mereka berdua menghindar satu sama lain setelah tragedi Lintang terus menerus menjawab ucapan Yakira secara nyeleneh dihadapan Shaka. Yakira marah, sedangkan Lintang gengsi sekaligus berusaha menutupi rasa malunya.
Akhirnya, Lintang dan Yakira sampai tujuan dengan selamat. Lintang membukakan pintu mobil untuk Yakira, gadis itu masih tetap bertahan memalingkan wajahnya.
"Haduh, Den Lintang sama Non Yakira kenapa, ya? Sedih aku lihatnya. Mereka harus akur!" ucap bi Dharmi ke karyawan lain- juga pak Yono yang mengangguki.
Ayah
Yakira, persiapkan diri kamu untuk melanjutkan
pendidikan ke universitas ternama.Ayah minta Yakira pulang cuma buat itu?
Selesai. Tidak ada jawaban lagi dari ayahnya, Yakira sudah terbiasa dengan respon seperti ini. Bahkan menghubungi putrinya saja sudah hal yang sangat bagus.Gadis itu mengelap wajah dengan telapak tangannya sendiri secara kasar, ayahnya memang terlalu gila.
"Jadi main ice skating?" suara itu mengisi kesunyian pikiran Yakira yang merasa frustasi.
"Kak Lintang, gue pengin pergi," lirih Yakira, suaranya sangat kecil dan tak bertenaga, Lintang pikir Yakira belum sarapan.
"Kemana?" tanya Lintang.
Yakira menjawab, "Kemana aja, gue enggak mau di sini,"
Lantas, kemana Lintang harus membawa Yakira pergi?
"Sebelum pergi, sarapan dulu," ajak Lintang.
Lintang membawa Yakira untuk pergi sarapan. Sebelum itu, Lintang memberikan topinya untuk Yakira kenakan. Entah apa gunanya, Yakira pun bingung namun tetap menurut.
Bubur Abah, Lintang mengajak Yakira sarapan di bubur yang berada di depan komplek. Jantung Yakira berdetak kencang tak karuan, ia takut dirinya akan difoto secara sembarangan seperti kejadian yang lalu oleh oknum tak bertanggung jawab.
"Tenang aja, komplek ini privacynya terjaga. Lo enggak perlu khawatir, Yakira," kata Lintang.
"Topi ini-"
"Pake aja," ujar Lintang, memotong ucapan Yakira. Gadis itu tidak ingin banyak mengucapkan kalimat lain, ia sudah cukup tahu bahwa Lintang tidak sembarangan untuk memberinya topi yang sedang ia kenakan sekarang.
"Makasih, Kak," kata Yakira.
"Abah baru liat ada pasangan baru di komplek ini, mana masih muda. Biasanya di sini pada nikah umur 35 ke atas!" ucap pemilik Bubur Abah kepada Lintang dan Yakira.
"Eh, bukan, Pak!" tukas Yakira. Ini sudah biasa terjadi, namun semenjak tinggal di desa, ia jarang mendengar perkataan seperti ini, sehingga terasa asing kembali.
"Bukan apa bukan?" goda bapak pemilik bubur Abah.
"Kalau dilihat-lihat, kamu ini mirip aktris Sherica Paramitha itu, ya. Abah ingat, dulu Sherica primadona seluruh kaum pria," sambung pemilik bubur Abah.
"Baru Abah yang bilang dan ingat namanya," kata Yakira.
"Wah, kamu anak muda juga tahu Sherica?" kata Abah antusias.
"Kebetulan aja saya suka lihat film-filmnya, kalau Abah?" tanya Yakira.
"Abah suka semuanya, majalah tentang Sherica aja Abah simpan rapi semua. Sekarang Abah simpan di gudang karena takut ketahuan sama anak cucu," kata Abah sembari cekikikan.
"Istri Abah enggak marah?" tanya Yakira penasaran.
"Istri Abah juga suka sama Sherica, sampai-sampai suka rebutan majalahnya. Kalau nonton film yang ada Sherica pasti selalu nonton bareng," kata Abah.
"Keren juga ya selera Abah sama istrinya Abah," puji Yakira, Abah mengangguk bangga.
Usai selesai memakan bubur, Yakira berpamitan dengan Abah seraya berterima kasih karena telah berbagi cerita. Yakira berharap bisa bertemu dengan Abah lagi.
"Kamu beruntung dapat duplikatnya Sherica," bisik Abah menepuk bahu Lintang.
★★★
"Sekarang kita mau kemana?" tanya Lintang, Yakira masih belum menjawab, tampaknya Yakira menunggu suatu notifikasi yang keluar dari ponselnya.
Ting
"Nah! Ke tempat ice skating, Kak," kata Yakira.
Rupanya gadis itu menunggu jawaban dari Shaka.
"Lu yakin enggak bakal kedinginan?" ucap Lintang melihat penampilan Yakira sekarang ini.
"Oh iya, bener juga ya. Beli aja deh, Kak. Gue males pulang," kata Yakira berbicara dengan sangat enteng.
Lintang menarik topi yang Yakira kenakan sampai menutupi wajah Yakira, gadis itu berdecak kesal, "KAK LINTANG!"
Ini adalah suara yang biasanya Lintang dengar dari mulut Yakira, suara dengan nada tinggi. Lintang berjalan mendahului Yakira, gadis itu berusaha menyamakan langkahnya dengan langkah Lintang, namun tetap saja tidak bisa.
"Kak Lintang gak boleh gitu, nanti kalau gue ilang gimana," gerutu Yakira yang sebal melihat langkah Lintang yang lebih cepat darinya. Seharusnya kan Lintang menunggu Yakira.
"Kalau lo ilang, gue juga yang harus nyari, kalau lo ada, gue juga yang harus jagain," kata Lintang.
"Percuma ngomong sama Kak Lintang, jawabannya enggak pernah bener," keluh Yakira.
"Iya gitu?" ledek Lintang, Yakira memukul lengan Lintang. Mereka berdua justru berlarian seperti sedang berada dalam serial India.
***
TBC🤩🤩🤩
KAMU SEDANG MEMBACA
Langkah Rasa
Teen FictionLangkah Rasa, Semesta dan Yakira Paramitha. (Slow-update). Yakira Paramitha, gadis dengan hidup penuh kekangan yang diberikan oleh ayahnya. Lintang Saghara pun datang dalam kehidupannya menjadi seorang bodyguard pribadi. Sikap Lintang yang sang...