11. Hari Ibu

37 8 0
                                    


.
.
.

11. Hari Ibu


Terpampang jelas di sana, toko bunga. Memperlihatkan bunga-bunga yang sangat cantik. Yakira terpukau dan merasa bingung, apakah ia harus membeli semuanya?

"Halo Kak, selamat sore, selamat berbelanja. Mohon maaf menganggu waktunya ya, Kak. Kakak di sini mau membeli bunga untuk pasangan? Kebetulan toko kami mempunyai banyak rekomendasi bucket bunga khususnya untuk pasangan." ucap sang karyawan toko.

Yakira kebingungan, Lintang tetap diam di belakang Yakira. Memang pakaian mereka memiliki warna yang senada saat ini, tidak heran kalau ada yang mengecap mereka adalah benar-benar pasangan sejati.

Yakira menggelengkan kepalanya sembari tersenyum, "Enggak, Kak. Enggak seperti yang Kakak pikirkan, juga saya dan ... dia–" Yakira menengok ke belakang, menatap Lintang, ia melanjutkan perkataannya, "Bukan pasangan."

"Oh begitu, maaf ya, Kak. Setiap hari yang mampir ke sini kalau bukan untuk pasangan biasanya untuk ootd." ucap sang karyawan toko, lalu Yakira kembali menggeleng menandakan bahwa alasan ia ke sini bukan juga untuk ootd.

Yakira berkata, "Saya ke sini untuk hari ibu, Kak. Untuk besok." lalu karyawan toko bunga itupun mengerti, ia memperlihatkan beberapa bunga yang cocok untuk hari ibu.

Ketika Yakira sibuk memilah-milih bunga, Lintang memilih menunggu di luar toko bunga. Sekilas Lintang berpikir bahwa mengapa Yakira ingin merayakan hari ibu? Menurut Lintang semua hari sama saja, namun tidak mungkin ia mengatakannya begitu saja pada Yakira.

Terlihat dari luar toko, Yakira begitu antusias memilih bunga, apalagi kebebasannya untuk memilih bunga, jika ada Lintang rasanya kurang nyaman bagi Yakira. Walaupun Lintang tidak pernah mengomentari apa yang Yakira beli, tetapi Yakira tetap merasa was-was.

Esok hari, tepat pagi-pagi sekali Yakira sudah meminta Lintang sedari kemarin untuk bersiap bangun pagi dan mengantarnya ke satu tempat.

Kondisi Yakira pun sudah jauh lebih baik dari kemarin, seperti yang terlihat gadis itu tidak sepucat kemarin.

Setelah memasuki mobil, ia memberi tahu alamat yang akan dituju kepada Lintang.

Lintang berkata, "Yakira, ini kita ada di ujung kota, dan lo mau ke ujung kota lainnya? Bahkan lebih deket kalau pulang ke rumah lo sendiri."

"Ya, gak apa-apa. Tinggal anterin aja susah banget." Protes Yakira kepada Lintang, Lintang tidak ingin terlalu banyak basa-basi, akhirnya mereka menuju ke alamat yang Yakira perlihatkan.

Dengan sangat jelas Yakira mendekap bucket yang ia beli kemarin dengan sangat erat, padahal bucket itu tidak akan berlari kemanapun, bucket itu benda mati.

Nyatanya perjalanan sangatlah panjang, lama sekali. Yakira dan Lintang berangkat dari  pukul 07.30, namun sekarang jam menunjukan pukul 9.15. Bahkan ada beberapa tempat yang cukup macet apalagi untuk pengendara mobil.

Benar kata Lintang, sepertinya memang lebih cepat jika perjalanan menuju ke rumah dibandingkan ke alamat yang akan mereka tuju saat ini. Yakira tidak berpikir bahwa akan sejauh ini, karena ini masih satu kota, hanya perbedaan arah antara barat, timur, dan utara saja.

Perbedaan cuaca juga sangat berbeda dibandingkan dengan tempat Yakira menginap.

Yakira bertanya, "Kak, ini masih lama ya?"

Lintang melihat maps dan menjawab, "Lihat di maps gak terlalu jauh lagi."

Yakira melirik bucket bunga yang ia beli seraya berkata, "Bunga gue bakal layu gak ya, Kak?"

"Gue bukan tukang bunga, lagian ngapain lo beli bunga yang bakal layu? Kenapa gak beli bunga replika aja?" omel Lintang kepada Yakira, gadis itu nyengir kuda.

"Ya, gak apa-apa dong! Suka-suka gue, Kak. Lagian bunga yang bakal layu keliatan lebih lucu." tambah Yakira.

Lagi-lagi Lintang tak merespon, namun mobil mereka berhenti. Sepertinya sudah sampai, Yakira kenal tempat ini, bukan tempat yang asing bagi Yakira.

Yakira keluar dari mobil tanpa pintu mobil itu dibukakan oleh Lintang, bahkan ia meninggalkan Lintang. Sesegera mungkin Lintang menyusul Yakira, bahaya jika gadis itu menghilang dengan seketika dari pandangannya.

Ini, tempat ini adalah pemakaman. Tampaknya bukan makam umum. Tepat di hari ibu ini, Yakira berziarah ke makam mendiang ibunya. Gadis itu tetap tersenyum memandang ke arah nisan milik ibunya.

Lintang tidak bisa menebak apakah Yakira akan menangis atau tidak, sepertinya Yakira tidak menangis. Tetapi, lebih baik Lintang tidak tahu akan hal itu, itu urusan pribadi Yakira, ia tidak berhak untuk mengintip.

Mama, sebentar lagi Yakira akan menginjak usia 18 tahun. Setelah hampir 12 tahun Mama enggak di samping Yakira, banyak orang baik dihidup Yakira, walau Ayah enggak ada di samping Yakira. Mama selalu ada di dalam hati Yakira. Mama menjadi ibu yang sangat luar biasa dalam hidup Yakira. Andai Mama bisa mengobrol dengan Yakira sekarang. Ma, Ayah sekarang bukan hanya memberikan Yakira pengawal biasa, tetapi pengawal pribadi yang sudah Yakira anggap sebagai ... entahlah, dia cukup baik, dia bertanggung jawab dengan pekerjaannya. Ma, Bi Dharmi, setelah dua tahun kepergian Mama, Bi Dharmi menjadi sosok tempat untuk Yakira berbagi cerita. Ma, setelah sekian lama Yakira kembali bertemu dengan Shaka, Shaka sudah tumbuh jauh berbeda dengan Shaka yang dahulu.

Shaka sangat baik, bermain dengan Shaka seakan Mama menjaga Yakira dengan Shaka seperti dulu. Mama, selamat hari ibu. Semoga Mama senantiasa senang di sana.

Lintang memasangkan topi ke kepala Yakira, gadis itu sedikit terkejut. Namun, topi ini sangat membantu untuk menutupi matanya yang memerah. Ia dan Lintang tidak berbicara sedikitpun selama di pemakaman.

Setelah menyelesaikan keheningan selama di pemakaman, Yakira berniat untuk membeli minum di toko seberang sana. Lintang tentu saja menemani Yakira.

Ketika Yakira sudah merasa bahwa matanya baik-baik saja, ia melepaskan topi itu. Dan terdengar beberapa bisikan di toko itu, tetapi ada satu orang yang menghampiri Yakira seraya berkata, "Lain kali, pakai masker juga, jangan hanya topi. Dan jangan pernah lepas topi itu."

Yakira merasa kebingungan dengan ucapan gadis yang tak ia kenal itu, apa yang sebenarnya beredar di luar sana? Mengapa Yakira harus menyembunyikan wajahnya secara terus menerus dari publik? Bahkan ia bukan seorang publik figur yang dimanapun dan kapanpun harus menutupi wajahnya seakan wajahnya adalah aib. Tak perlu waktu lama Yakira memakai topi milik Lintang kembali, dan segera membayar minum yang ia beli. Lintang sedikit mendorong bahu Yakira, memberi kode agar gadis itu berjalan di depan Lintang.

"Loh, ternyata memang rumornya benar." kata seorang wanita.

"Rasanya memang mirip sih, tapi bisa saja hanya kebetulan." jawab wanita di sebelahnya.

"Nggak ingat apa? Pemakaman di depan juga sempat dirumorkan. Kalau ini dijadikan berita sepertinya akan ramai, sayang sekali tidak sempat memfoto hal yang akan viral."

Lalu, sosok gadis yang menegur Yakira untuk terus memakai topinya itu menggebrak meja yang ada dihadapan para wanita aneh itu, "Manusia mengerikan seperti kalian tidak pantas untuk terlalu lama punya mulut." Pungkas gadis itu dengan ekspresi yang terlihat marah.

TBC

Langkah RasaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang