09 : Suami yang Perfeksionis

9.7K 673 11
                                    

Di akhir pekan, Elliot menepati janjinya untuk berada di rumah selama satu harian penuh dan turut membantu Charlotte menyelesaikan tugas kuliahnya untuk minggu depan.

Charlotte tidak bisa berhenti memandang kagum ke arah komputer keluaran terbaru di hadapannya. Tadi malam Charlotte mengeluh kepada Elliot, dia bilang bahwa laptop lamanya seringkali error setiap Charlotte membuka software gambar seperti sketchup atau autocad. Hal ini membuat kinerja Charlotte merasa malas dan terhambat dalam menyelesaikan tugas.

Tanpa Charlotte sangka, Elliot membiarkan Charlotte untuk menggunakan komputernya yang ada di ruang kerja. Komputer itu memiliki spesifikasi tinggi, sehingga Charlotte tidak perlu menghadapi error setiap kali membuka software.

“Aku belum pernah memakai komputer secepat ini. Lihat! Lihat! bahkan dalam hitungan detik filenya bisa terbuka!” Kedua manik mata Charlotte tampak berbinar tatkala ia merasa gembira.

Di samping Charlotte, Elliot tengah memeriksa laptop milik istrinya dan sesekali mengernyit saat laptop itu terlalu lama loading. “Charlotte, bagaimana kamu bisa bertahan dengan laptop seperti ini? Ayahmu tidak pernah membelikan yang baru?”

Charlotte menoleh. “Mau tidak mau aku harus bertahan menggunakan itu. Ayahku selalu bilang finansial keluarga sedang tidak bagus, jadi dia selalu menunda – nunda setiap kali aku minta.”

Beberapa saat kemudian, Charlotte berbisik. “Tapi saat Caitlyn menginginkan mobil sport baru, Ayah langsung membelikannya.”

Charlotte sudah biasa menghadapi ketidakadilan dari ayahnya, tapi tetap saja hati Charlotte masih terasa sakit setiap kali melihat Jacob Baxter tidak bisa membagikan kasih sayangnya secara rata kepada Caitlyn dan Charlotte.

Padahal barang yang diinginkan oleh Charlotte jauh lebih penting dari sekedar mobil sport keluaran terbaru. Dia bahkan seringkali harus meminjam laptop temannya di detik – detik ujian akhir karena laptopnya sering bermasalah.

Begitu melihat wajah murung Charlotte, Elliot segera menepuk punggung wanita itu dan berkata. “Tidak usah perdulikan ayahmu yang bajjingan itu lagi. Sekarang kamu sudah menjadi istriku, apapun yang kau minta pasti akan kubelikan.”

Charlotte akhirnya tersenyum setelah mendengar ucapan Elliot. “Aku tentu saja tidak akan meminta terlalu banyak.”

“Kamu boleh meminta banyak hal! Jangan memikirkan uang! Aku pasti akan bekerja keras sampai jari – jariku putus untuk memenuhi keinginanmu!”

Keduanya sontak tertawa. Saat melihat Charlotte mampu tersenyum lebar, Elliot menghembuskan napas lega di dalam hati. Dia sudah berjanji untuk selalu membahagiakan Charlotte, maka tentu saja dia akan melakukan apa saja agar senyuman itu tidak luntur.

Usai memindahkan file – file tugasnya dari laptop lama ke komputer Elliot, Charlotte mulai membuka gambar kerjanya satu – persatu, kemudian menjelaskannya kepada Elliot supaya pria itu bisa menilai pekerjaannya.

“Kamu membuat TOD, kan?” tanya Elliot.

“Ya, aku membuat itu.”

“Desainmu tidak buruk, tapi masih ada banyak kekurangannya. Konsep dari TOD sendiri adalah kawasan yang menggabungkan transit kendaraan umum dengan kawasan hunian, perdagangan, dan jasa. Supaya bisa mencapai konsep itu, jalur pengguna kendaraan pribadi harus dikurangi, sehingga masyarakat akan menggunakan kendaraan umum.”

Elliot menggambar ulang secara kasar denah Charlotte di atas kertas, kemudian mulai melingkari bagian – bagian yang dirasa tidak sesuai. “Area jalur kendaraan di dalam lahanmu ini terlalu besar, sebaiknya kurangi saja atau jadikan sebagai area plaza. Lalu, pada area hotel dan mall ini seharusnya mempunyai area peralihan, sehingga pengunjung hotel bisa melihat – lihat mall terlebih dahulu sebelum datang.”

My Lovely Wife [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang