42 : Istriku Memiliki Keinginan Besar

3K 144 3
                                    

Selama hidup, Charlotte tidak pernah berani untuk mengharapkan kehidupan yang indah. Dia tak berani berharap memiliki suami yang akan mencintainya dengan tulus, dan tak pernah berpikir akan mampu menggendong anaknya sendiri.

Namun, sekarang dia mampu mendapatkan kemustahilan itu satu-persatu.

“Charlotte, haruskah aku meletakkan baskom di bawah matamu untuk melihat berapa banyak air mata yang bisa kamu keluarkan?” tanya Elliot dengan bercanda, yang langsung mengundang tawa dari Jessica dan Ian.

Charlotte yang masih berusaha menghapus air matanya dengan sapu tangan segera memukul pundak Elliot dengan ringan. “Elliot!”

Elliot tertawa dan kembali memeluk Charlotte. “Sudah. Sudah. Jangan menangis lagi, Izekiel bahkan sampai tertidur saat menunggumu berhenti menangis.”

Merasa malu sebab terus diperhatikan oleh orang-orang disekitarnya, Charlotte menyembunyikan wajahnya di dalam pelukan Elliot. Ia bahkan menghapus air matanya menggunakan kemeja Elliot.

“Charlotte, apa kamu sedang pamer kemesraan? Pergilah ke kamar kalau ingin bermesraan terus!” protes Jessica.

Mendengar protesan Jessica membuat Charlotte malu. Jadi, dia melepaskan pelukan Elliot dan duduk di sebelah suaminya dengan tenang. Tangisannya jiga sudah berhenti, sehingga Charlotte tak lagi mengusap air matanya.

“Maaf, aku terlalu bahagia,” kata Charlotte seraya membentuk senyuman sendu.

Jessica melepaskan tawa kecil. “Kalau bahagia, kamu harusnya lebih banyak tertawa daripada menangis! Sekarang berhentilah menangis dan diskusikan kapan kamu ingin mempunyai anak.”

Charlotte masih belum bisa berpikiran jernih. Jadi, Elliot membalas sebagai gantinya. “Mungkin tidak dalam waktu dekat, Charlotte masih harus menyelesaikan kuliahnya.”

“Elliot, kuliahku akan selesai sebentar lagi. Jadi, sepertinya tidak apa-apa kalau kita melakukannya dari sekarang.” Charlotte memandang Elliot dengan sungguh-sungguh, seolah tidak mau kalah dari pendapat Elliot.

“Charlotte, kita sudah pernah membicarakan ini sebelumnya,” tegas Elliot.

Waktu itu, Charlotte memang menyetujui ucapan Elliot. Namun, sekarang berbeda, kini sudah ada kandidat yang akan menjadi ibu pengganti untuk anaknya. Jadi, bagaimana mungkin Charlotte bisa menunggu lebih lama lagi.

“Kuliahku akan selesai sebentar lagi, paling lama 5 bulan. Karena itu, begitu bayinya lahir, aku sudah lulus kuliah. Elliot, aku ingin punya anak sekarang.” Charlotte terus mengguncang lengan Elliot, merengek seperti anak kecil yang ingin dibelikan boneka.

Elliot ingin menolak lagi. Tapi, tatapan Charlotte yang dipenuhi oleh pengharapan dan kebahagiaan membuat penolakannya tersangkut di tenggorokan.

“Baik, baiklah. Kita bisa mulai program IVF dari sekarang.” Elliot menambahkan, “Tapi, setelah kamu selesai magang. Aku tidak menerima bantahan lagi, mengerti?”

Charlotte mengangguk cepat, dia tersenyum penuh semangat dan melompat untuk memeluk Elliot. Kebahagiaan yang dikeluarkan oleh Charlotte menghantarkan perasaan hangat ke hati Elliot. Sehingga dia ikut merasa bahagia dan tak sabar menanti kehadiran anak mereka.

“Tanyakan juga ke Kakak Ipar, apa dia setuju kalau melakukannya bulan depan,” bisik Elliot ke telinga Charlotte.

Charlotte akhirnya sadar kalau orang yang akan menampung bayi mereka adalah Jessica. Jadi, seharusnya keputusan ada di tangan Jessica.

Buru-buru Charlotte mendekati Jessica dan bertanya, “Jessica, apa kamu keberatan kalau melakukan program IVF bulan depan?”

Jessica tampak memiringkan kepalanya, berpura-pura berpikir keras sehingga membuat Charlotte merasa cemas. Jessica kemudian menatap Ian, dan langsung dibalas dengan anggukan kepala dari pria itu.

My Lovely Wife [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang