1. Pemancing

132 18 0
                                    

Tidak ada ikan bilamana tak ada umpan terbaik

***

Alat pancing itu tetap tabah berada di pinggiran empang. Menanti ikan menyambar di kail berisikan umpan. Sementara sang empu bersandar santai di pepohonan rindang. Celana training hitam bergaris abu, kaos over size beserta bucket hat yang ia gunakan untuk menutupi wajahnya. Sepertinya kesiur angin itu membawanya ke dalam mimpi.

"Woy! Ngapain lo?!" Seru seorang lelaki remaja melemparinya dengan buah kersen.

Dengan santai, sosok di balik bucket hat itu menyingkirkan topi yang sejak tadi menghalangi wajahnya. Terdapat sosok cantik berbalut tudung islami. Ia menyipit saat sinar matahari terasa menyilaukan. Bergeming meski peluru kersen itu menghujam wajahnya secara bertubi, ia justru mengambil kersen-kersen itu, duduk lalu memakannya.

 Bergeming meski peluru kersen itu menghujam wajahnya secara bertubi, ia justru mengambil kersen-kersen itu, duduk lalu memakannya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Hembusan napas kasar itu melena kencang. Anak remaja itu melangkah saat tau peluru-peluru kersen tak membuat sang kakak goyah "Lo ngapain sih? Gua laper nih!".

"Kamu nggak liat kakak lagi mancing?" Sarkas Kalila, mulutnya tak berhenti beradu dengan merahnya buah kersen "Menurut kamu apa tugas seorang pemancing?" Sambungnya lagi menunjuk alat pancing "Duduk santai dan tunggu ikan terpancing, kan?".

"Jangan lupa, lo juga harus memasang umpan yang segar, duduk dan diam aja nggak akan dapat ikan!" Ochan menjulurkan lidahnya, kemudian mendorong sang kakak yang sedang berjalan menuju bibir empang.

"Jangan lupa, lo juga harus memasang umpan yang segar, duduk dan diam aja nggak akan dapat ikan!" Ochan menjulurkan lidahnya, kemudian mendorong sang kakak yang sedang berjalan menuju bibir empang

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Byur!

Kalila tercebur begitu saja. Beruntung, kedalamannya masih sepinggang orang dewasa.

"Astaghfirullah!" Kalila mengusap wajahnya pasrah. Ia melihat sang adik sudah berlari terbirit-birit.

"Anak bandel!! Och---" Ia menghentikan teriakannya dan tersadar bahwa mengumpat tak kan menyelesaikan apapun "Sabar.. sabar.. jadi kakak harus banyak-banyak sabar" Katanya menenangkan diri, meski tak bisa dipungkiri kekesalan sedang membeludak.

^^^

Dengan pakaian setengah basah, Kalila membawa satu ember yang berisikan beberapa ekor ikan untuk dikonsumsi. Ia menyusuri gang-gang sempit ibu kota. Kemudian berhenti sejenak di sebuah warung gubuk yang dipenuhi oleh bapak-bapak.

Ingin Pulang (Colher E Garfo)| Dowoon, Sejeong, SehunTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang