8. Mengulas Memori

46 12 1
                                    

Assalamu'alaikum. Annyeong.. Ketemu lagi nih sama Kalila dan dua cowok ganteng. hehe.. Seperti biasa. jangan lupa tap vote di pojok kiri bawah sebelum mulai baca. Supaya author makin semangat!

.

.

.

Seberapa jauh jarak membentang. Seberapa luka ini bernanah nyatanya rasa ini tak pernah pudar. Ratusan purnama berlalu, tak cukup untuk membersihkan dosa. Adanya pertemuan dan perpisahan, tak lain dan tak bukan adalah takdir Allah. Sekalipun kita kembali dalam langkah yang sama. Itulah mengapa manusia harus selalu membersihkan hati.

***

Rayden sedang menikmati malamnya bersama secangkir kopi. Memandangi langit pekat bertabur bintang dari balkon kamar hotel. Sesekali terdengar suara daun jatuh yang sudah semestinya terjadi pada musim gugur. Meski begitu, Algarve memiliki iklim sedang yangmana suhunya tidak terlalu rendah. Lusa, Rayden harus pergi ke negeri kincir angin untuk persiapan seri balapan selanjutnya.

Senyum manisnya semakin merekah saat tangannya berhasil membuat sketsa seorang perempuan berhijab yang sangat cantik.

Pria tampan nan gagah itu meraih ponsel berlogo apel dari saku. Membuka sebuah kontak. Alih-alih langsung mengetik pesan. Ia justru membuka profil dari kontak yang dinamainya 'Preman Menteng'. Hanya ada warna hitam polos nan sepi dari gambar itu, namun mampu membuat Rayden tertawa.

 Hanya ada warna hitam polos nan sepi dari gambar itu, namun mampu membuat Rayden tertawa

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Ternyata dia sudah banyak berubah. Tapi kenapa jadi bar-bar?" Menghela napas sejenak seraya mengulas momen lama. Pria berparas oriental itu ingat betul sosok Kalila di masa lampau. Seorang gadis dingin yang hanya ingin membagikan senyum cantik itu padanya. Hanya pada Rayden. Ia lalu berucap sembari mengetik "Alhamdulillah.. baguslah kalau sekarang Kalila sudah bisa menjadi lebih baik setelah perpisahan itu".

To: Preman Menteng

Besok jam 8 di Paraia do Vau

Beberapa menit berlalu tanpa ada balasan dari seberang. Namun tak menjadi masalah besar bagi Rayden. Ia punya keyakinan besar bahwa Kalila sudah semestinya datang. Bagaimana bisa ia tak ingin menemuinya secara pribadi setelah lima tahun berlalu? Tidakkah ia ingin menyemai rindu, meski dalam rona canggung?.

"Rayden!".

Suara itu membuat Rayden terpekik. Buru-buru menutup ponsel "Apa?".

Adam mendekat "Jangan lupa lusa kita berangkat loh".

"Ya masa gue lupa sih, Kang!" Balasnya santai, mencecap minuman hangat sejenak sebelum mengedipkan sebelah mata menggoda Adam yang bertugas sebagai asistennya "Kan, ada elo" Tawanya.

Adam menghela napas kencang "Kebiasaan. Ya udah lah.. gue mau rebahan".

"Lo nggak mau jalan-jalan bentar gitu? Masih ada besok" Lanjut Rayden menghentikan langkahnya.

Ingin Pulang (Colher E Garfo)| Dowoon, Sejeong, SehunTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang