6. Encontro 2

52 15 2
                                    

Hola! Balik lagi nih bareng Kalila, Rayden dan Jordan 👋
Sebelum baca, jangan lupa tap vote di pojok kiri laman ini biar author makin semangat!!!
.
.
.
HAPPY READING!
.
.
.

Selama liputan di The Iberian Peninsula, para jurnalis tak pernah berkesempatan menikmati kepentingan pribadi. Kalila yang baru pertama bertugas di luar negeripun sering berkhayal akan dirinya menikmati setidaknya lima menit saja untuk menengok pantai-pantai di selatan Portugal yang katanya sangat indah itu.

Apalah daya, pekerjaan adalah prioritas. Empat hari berlalu tak menjadikannya tumbang. Kalila dan tim banyak melakukan wawancara dan mengumpulkan berita di sirkuit. Dari free practice, kemudian kualifikasi sampai live race tiba. Selama itu, Kalila tetap fokus, meski setiap tak sengaja menemukan pembalap bernomor 99 itu cukup mengganggu. Bersyukur Portugal memiliki iklim sedang dengan musim gugur yang relatif ringan. Lokasi lintang selatan negara adalah alasan cuaca negeri ini termasuk karakteristik iklim mediterania. Apapun itu rintangannya, semua sudah menjadi bagian dari resiko pekerjaan seorang jurnalis.

Hari Minggu adalah hari yang paling ditunggu semua GP mania. Begitulah julukan pecinta balap Moto GP. Semuanya pasti menunggu hari balapan itu tiba. Di mulai dari balap kelas Moto 3 yang disambung dengan Moto 2 hingga kelas utama, Moto-GP.

Balapan Moto Grand Prix sendiri dibagi menjadi tiga kelas. Dari yang terbawah, ada kelas Moto-3 yang saat ini menggunakan motor dengan mengusung 250 cc 1 silinder. Dengan rentang usia pembalap remaja hingga awal dua puluhan. Mereka ini adalah pembalap jebolan perpecahan ajang balap dari kelas pemula seperti FIM CEV, Asian Talent Cup, British Talent Cup, Redbull Rookie Cup dan lain-lain.

Sementara kelas Moto-2 adalah tingkatan selanjutnya dari Moto-3. Meski tak bisa dipungkiri, jika dari kelas Moto-3 bisa langsung melompat ke gerbang kelas utama seperti yang dialami Leon Haslam, Jack Miller dan Darryn Binder dengan berbagai alasan dan pertimbangan tentunya.

Para pembalap Moto-2 menjejal sirkuit dengan mesin kapasitas 765 cc. Untuk usia, disini lebih dominan di awal dua puluhan tahun meski nyatanya acak. Adapula yang sudah berkepala tiga seperti Sam Lowes, jagoan asal negeri Ratu Elizabeth dan Rayden Faaz dari negeri Khatulistiwa. Kemudian jika pembalap memiliki performa epik dan tersedianya sponsor-tak harus juara dunia, mereka bisa segera menaiki kelas utama.

Sementara di kelas utama Moto-GP, persaingan semakin kuat. Seluruh 'gong' alumni kelas Moto-2 dari berbagai tahun akan beradu cepat di lintasan dengan motor yang jauh lebih besar dengan 1000 cc 4 silinder dan bentuk konfigurasi mesin bebas.

Kini giliran kelas anak-anak Moto-2 yang siap menampakkan eksistensinya. Semua pembalap sudah berada di posisi masing-masing yang didampingi oleh para tim. Si pembalap menyiapkan mental dan pikiran, serta keselamatan dengan menggunakan pakaian khusus. Sementara tim menyiapkan piranti penunjang balapan. Mulai dari helm yang selalu baru, hingga ban motor yang disesuaikan dengan cuaca setempat.

Rasheed memainkan tangan dan matanya untuk membidik beberapa gambar terbaik. Helen sedang melaporkan suasana jelang balap bersama sang juru kamera, Bambang. Sedang Kalila berdiri di dekat pembatas antara tribun jurnalis dan lintasan balap. Mencatat beberapa hal yang diperlukan untuk pengayaan atau evaluasi tim editor sembari sesekali bersin-bersin akibat angin laut yang tiba-tiba terasa dingin, sebab ia mempunyai riwayat alergi cuaca. Hatchih! Hidungnya memerah.

Entah kenapa kesiur angin yang berhembus selalu mengingatkannya akan sebuah bayangan merah disana. Di atas starting grid, seorang pria yang kini sedang duduk gagah di atas kuda besinya sedang menenangkan diri sambil meminum air. Lalu mengusap rambut bergaya curtain bangs dengan medium hairstyle melalui celah jemarinya.

Ingin Pulang (Colher E Garfo)| Dowoon, Sejeong, SehunTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang