22. Jalan Untuk Kembali

42 12 0
                                    

Fajar atau Senja? Tentu manusia akan memilih senja, sebab meratapi kepergian adalah sebuah kebiasaan yang mendarah daging dari pada menyambut yang datang. Dua waktu tersebut adalah titik temu untuk kembali memulai hal baru.

***

Kalila pulang saat pekat menyelimuti bumi. Bintang-bintang bertaburan cantik di langit. Udara malam semakin terasa dingin akibat hujan yang sempat terjadi dengan durasi yang cukup panjang. Ia melewati pusat keramaian menuju halte transjakarta. Hari ini ia terlalu lelah untuk banyak berjalan. Jiwa raganya bergelut mencari ketenangan.

Kalila menjejakki langkahnya pada transjakarta sambil sesekali berdempetan dengan beberapa orang yang baru pulang kantor akibat lembur. Namun, ia bersyukur mendapat satu tempat di samping jendela. Dari tempatnya, semua nampak indah. Lampu-lampu indah ibu kota menghiasi malam yang gelap. Serta buliran air yang bertengger di setiap kaca bus.

Sepanjang perjalanan, Kalila terus menggerakkan bibirnya, menyebut asma Allah. Mengalirkan sebuah ketenangan yang dicarinya selama ini. Dari dekap keramaian tempat kerja, dibawanya jiwa dan raga itu berai. Setidaknya dengan menyibukkan diri, kegagalan itu tak mengukir kekecewaan yang teramat besar.

Sesampainya di persimpangan, Kalila menyusuri jalanan bersama langit malam yang membentang mesra. Suasana dekat rumah nampak sunyi. Satu pandangan, menghentikan langkahnya. Kalila menyipit, termangu menemukan seorang pria bersandar keren di depan pagar rumah, dibawah lampu kuning.

"Kak Rayden?" Ucapnya bersamaan dengan sosoknya yang menurunkan satu kaki. Rayden menerjang bayangan lampu. Sorot wajahnya nanar penuh kecemasan. Kendati demikian, Kalila pandai memecah situasi "U-udah lama nunggu? Kenapa nggak kabarin aku kalau mau main? O-oh Nene. Mau ketemu?"

Kalila bergegas membuka pintu pagarnya, namun tangan Rayden menahan lengannya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Kalila bergegas membuka pintu pagarnya, namun tangan Rayden menahan lengannya. Menghentikan pergerakan yang terjadi. Kalila mendongak, menatap bola mata kecoklatan milik pria rupawan yang nampak bergetar.

"Nggak usah. Aku mau bicara sama kamu. Nene pasti sudah tidur".

"Ah~" Kalila sedikit mengguratkan rona canggung

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Ah~" Kalila sedikit mengguratkan rona canggung. Lantas membenarkan sedikit posisi sling bag di bahu, siap menanti melanjutan kalimat dari Rayden.

Ingin Pulang (Colher E Garfo)| Dowoon, Sejeong, SehunTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang