4. Algarve?

60 14 0
                                    

Assalamualaikum.. Bentar lagi lebaran, nih.. Semoga part hari ini bisa menemani teman-teman sembari menunggu buka puasa yang tinggal hari ini dan besok aja, nih. Vote-nya jangan lupa juga, ya. Supaya Author makin semangat!

.

.

.

Hari ini ada rapat redaksi bersama pemimpin redaksi, Pak Bagus. Semua divisi berkumpul di sebuah ruangan untuk membahas hal terkait. Sebab, redaksi MejaOlahraga.com diberi kesempatan luar biasa untuk meliput secara langsung pertandingan di seri yang akan berlangsung di Portugal, tepatnya di Autodormo Internacional do Algarve Circuit atau yang lebih dikenal dengan Sirkuit Portimao sebagai satu-satunya jurnalis olahraga perwakilan Indonesia.

Kalila menarik satu kursi dan menempatkan diri disana. Pun gadis itu tak sengaja membidik seseorang yang hendak mengambil tempat di sampingnya. Mata keduanya saling beradu untuk beberapa detik. Semakin lawannya menatap, semakin tajam pula Kalila memandang.

"Issh!" Keluh Mak Lampir membanting kursi, lalu menjauh dari Kalila. Sebegitu jijiknya ia berdekatan dengan gadis ayu nan jelita itu.

Alih-alih berkecil hati, Kalila justru menggerutu melihat tingkah seniornya yang kekanakan. Kalila tak peduli. Ia tak masalah jika dirundung, mentalnya sudah setebal baja. Ia tetap percaya diri.

"Hai, Kal".

Kalila menoleh, menemukan mata cantik bulat milik Mbak Helen. Perempuan itu mengambil tempat yang dibuang Mbak Tari begitu saja.

 Perempuan itu mengambil tempat yang dibuang Mbak Tari begitu saja

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Aku nggak apa-apa kan duduk disini?" Tanya Mbak Helen ramah. Kalila mengerutkan kening sejenak sambil mengais beberapa hipotesa yang terasa janggal "Kal?".

"O-oh?!" Kagetnya "Boleh.. sok, atuh" Kalila melebarkan senyumnya, kemudian kembali menerka. Ia merasa sikap ramah Mbak Helen ini terlalu langka. Sebab ia adalah satu dari komplotan Mak Lampir itu. Tapi kini perempuan manis tersebut justru seolah berpihak padanya.

Astaghfirullah, nggak boleh su'udzon. Apapun itu, tetap perlakukan orang dengan baik. Tak boleh mengotori hati dengan prespektif yang tak berdasar.

Tak lama Pak Bagus datang. Semua siap menyambut penuh hormat, sampai pria itu duduk. Ia menjelaskan beberapa hal yang disimak dengan baik oleh para karyawan dari berbagai divisi.

"Jadi, dalam event ini, saya minta agar fokus utamanya pada pembalap asal Indonesia" Tukasnya, menatap tegas setiap karyawan "Kita tau, bahwa diluaran sana banyak orang yang masih belum mengenal pembalap mereka sendiri. Yang masyarakat tau, hanyalah Valentino Rossi lagi, Valentino Rossi lagi. Kita ingin mengenal pembalap negeri sendiri secara luas sebagai bentuk minat masyarakat pada ajang olahraga ini".

"Meskipun fokusnya pada Rayden di kelas Moto-2, kita tetap mengulas kegiatan dari kelas lain, Moto-3 dan pastinya kelas utama, Moto-GP" Lanjutnya yang disambut dengan anggukan paham seluruh penghuni ruangan. Kemudian Pak Bagus menyambung lagi kalimatnya. Memberikan arahan kepada semua tim redaksi tentang berita yang akan dimuat.

Ingin Pulang (Colher E Garfo)| Dowoon, Sejeong, SehunTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang