10. Sang Pemimpi

71 15 6
                                    

Assalamualaikum, terima kasih sudah menunggu Kalila lagi. Jangan lupa tap vote di pojok kiri bawah dulu supaya author makin semangat. Ajak juga temen-temen SESANG (Sejeong Fans), MY DAY dan EXO-L. atau temen-temen yang memang sedang dalam fase quarter life crisis, untuk gabung kisah ini, ya...

Mungkin kisah Kalila Sang Pemimpi ini bisa memotivasi

.

.

Happy Reading!

.

Ada dua orang jenis pemimpi. Sang Pemimpi yang tak ingin bangun, terlena dengan mimpi atau Sang Pemimpi yang siap bangun mewujudkan mimpi.

***

Nene menjejakki salah satu gedung besar di sekitar SCBD setelah keluar dari taksi daring. Memasuki pintu masuk seraya mendapat pemeriksaan dari satpam yang pada akhirnya memperbolehkannya masuk. Namun bukan berarti ia bisa masuk begitu saja. Wanita berkepala tujuh itu masih kebingungan melihat luasnya lobby sedang dirinya hanya ingin menemui seorang.

"Permisi, Nek. Ada yang bisa kami bantu?" Seorang perempuan petugas recepcionist menghampiri.

Perlahan senyum Nene merekah. Ia sadar bahwa dirinya tak benar tersesat di dalam gedung besar. Terdapat tulisan Paper Pedia Publishing di belakang bilik penerimaan tamu. Sambil menukar keranjang bawaannya ke tangan sebelah kiri, ia bicara "Wah jadi ini benar Penerbit Paper Pedia. Jadi... saya teh mau ketemu sama Jordan. Cucu saya".

"Oh, Pak Jordan" Katanya "Apa nenek sudah membuat janji sebelumnya?" Tanyanya memastikan yang disambut gelengan kepala dari Eyang "Jadi, jika ada kepentingan dengan staf disini, terutama pimpinan, prosedurnya memang harus ada perjanjian sebelumnya".

"Tapi dia minta saya datang kemari, loh" Nene merasa tersinggung. Pasalnya ia bukanlah orang jahat.

"Baik, Nek. Nenek duduk dulu disana. Saya akan tanyakan dul---" Kalimatnya mendadak terhenti saat tak sengaja menemukan Bara yang sedang melewati lobi "Pak Bara!". Asisten Jordan yang sedang fokus pada ponsel, tiba-tiba mengerem langkah "Sebentar ya, nek" Petugas itu menghampiri.

"Kenapa?" Tanya Bara.

Pun keduanya melakukan perbincangan yang cukup intens. Sesekali mereka menatap Nene yang saat ini sedang mengamati setiap sudut interior mewah kantor perusahaan milik Ibu Jordan yang kemudian dikembangkan lagi olehnya. Eyang tak menyangka bila anak pemarah itu bisa menjadi orang besar.

Bara menghampiri Eyang "Nek, saya asisten Pak Jordan. Coba saya hubungi dulu, ya. Karena setau saya, Pak Jordan ada rapat".

"Emangnya saya kaya orang jahat? Mau ketemu cucu kok ribet" Cerocos Eyang sinis.

"Bukan begitu, Nek. Prosedurnya memang seperti itu. Saya juga selama ini tau Pak Jordan hanya tinggal sendiri" Jelasnya sambil mendekatkan ponsel ke telinga. Berkali-kali panggilan itu dibuat, tak kunjung terjawab "Aissh!" Gerutu Bara "Memangnya Nenek nggak punya HP atau menghubungi dulu lewat apa gitu?".

"HP saya ketinggalan" Jawabnya datar.

"Ooh! Ini dia!" Serunya saat ada panggilan balik dari Jordan. Pria berbalutkan kemeja garis-garis super rapi itu buru-buru menjawab panggilan tersebut sembari menjelaskan, bahkan sebelum Bara menyelesaikan kalimat, Jordan sudah memutuskan panggilan sepihak, seolah sudah memahami situasinya.

Tak lebih dari lima menit. Pria tampan berparas oriental yang super paripurna dengan setelan blazer warna hijau army itu berlari kecil menghampiri Nene. Mengasihinya layaknya pada nenek sendiri. Mulai dari mencium tangan dengan sopan hingga menuntunnya ke ruangan. Itu menjadi pemandangan tak biasa bagi Bara dan para petugas disana. Dibalik es kutub selatan, masih ada secuil kehangatan disana.

Ingin Pulang (Colher E Garfo)| Dowoon, Sejeong, SehunTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang