5. Encontro

57 14 0
                                    

Assalamualaikum. Minal Aidzin wal Faaizin.. Maaf lahir dan batin, bestie!

Aku balik lagi membawa kisah Kalila, Rayden dan Jordan. Semoga bermanfaat dan terhibur. Jangan lupa juga untuk tap vote di pojok kiri bawah sebelum membaca!

.

.

.

Happy Reading!

---

Selalu ada kenangan yang tertinggal dari setiap langkah di masa yang lalu, walau hanya satu detik. Selalu ada pertemuan tak terduga yang membawa ke dalam lubang masa yang lalu.

 Selalu ada pertemuan tak terduga yang membawa ke dalam lubang masa yang lalu

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


***

Menjelang malam, semua orang di langit Jakarta beranjak pulang, sibuk membunyikan klakson di jalanan ataupun memenuhi setiap pemberhentian angkutan umum sampai langit jingga yang perlahan berubah menjadi gelap.

Hari ini hujan cukup deras, Kalila yang biasanya pulang dari kantor berjalan menikmati langkah, terpaksa menaiki bus Transjakarta. Bus merayap meninggalkan halte, mencecap segala ramai. Alhamdulillah, meski harus berdiri diantara sesak manusia, Kalila tetap bersykur bahwa ia tak banyak kehujanan.

Kalila harus pulang sedikit larut karena banyak rapat dan persiapan penting sebelum keberankatannya ke Portugal untuk membantu pengayaan tim editor, meski dirinya hanyalah asisten editor pemula.

Kalila masih dirundung rasa penasaran, kenapa harus dirinya yang berangkat? sedang ia bukan reporter yang harus terjun ke lapangan? Atau bahkan seorang editor tetap, jika memang ingin melakukan pengayaan tim. Seperti biasa, Pak Bagus hanya tertawa dengan alasan agar Kalila bisa menguasai banyak hal sebagai pekerja baru. Beban yang cukup rumit, namun ia sudah banyak belajar selama menjalani pelatihan sebelum menjadi asisten editor.

Tak peduli apapun alasannya, toh Kalila belum pernah menjejakkan kaki ke tanah Eropa. Meski ini tugas, setidaknya dia sudah menghiasi paspornya sebagai pengalaman.

Kalila menutup payung lipatnya, mengambil kunci cadangan dari dalam tas, lalu membukanya. Gelap gulita di bagian warung cuanki selalu menyambutnya setiap malam, namun kali ini tanpa kesunyian. Suara bising itu menggema. Suara teriakan dan kehebohan Ochan menyeruak.

"Ah! Payah!... Gila Bang Rayden gasp---" Teriakan histeris Ochan belum tamat saat mendengar suara salam dari sang kakak yang datang sembari menenteng sneaker. Remaja itu buru-buru mematikan televisinya penuh gugup.

"O-oh, lo udah balik?" Tanyanya menggaruk belakang kepala yang tak gatal. Sementara Kalila hanya menatap datar, bersamaan dengan Eyang yang muncul dari dapur.

Kalila melangkah. Mengambil remot dari atas meja, menyalakan lagi televisi yang sedang menampilkan kejuaraan balap motor dunia kelas Moto-2 "Lanjutin aja, nggak apa-apa" Ia mengedipkan sebelah mata, seolah tak terjadi apa-apa.

Ingin Pulang (Colher E Garfo)| Dowoon, Sejeong, SehunTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang