23. Petaka Lain

35 9 0
                                    

Kalila turun dari sebuah motor yang dikemudikan oleh ojol. Deru napas sudah terdengar kacau dan tak beraturan. Entah sudah berapa jarak yang terlewat. Yang jelas Kalila sudah berlari menerjang hujan dan licin jalanan sampai di sebuah tempat yang tertulis dalam sebuah pesan misterius tadi.

Kini, Kalila berdiri di dekat sebuah danau di kawasan Kelapa Dua. Sepi dan gelap. Matanya menerawang ke segala arah. Tajam dan nampak awas. Itu sangat misterius. Seketika matanya terbelalak penuh amarah saat melihat sebuah nomor asing itu kembali menghubungi.

Kalila mengarahkan ponsel ke telinga, sedang tangan satunya membawa payung agar melindungi dari guyuran gerimis. Rahangnya nampak mengeras sembari mendengarkan seseorang yang suaranya tersamarkan itu berucap.

"Ah, ternyata lo udah berdiri disana. Gue nggak nyangka lo bakal datang, secara lo nggak pernah menganggap adik lo".

Kalila terkekeh "Sok tau lo! Sekarang dimana adik gue?" Ia memberikan penekanan di akhir kalimat.

"Lo nggak suka basa-basi, ya. Seharusnya lo tany--".

"Aissh! Dimana adik gue?! Gue nggak perlu tau yang lain-lain karena gue tau siapa kalian!".

"Ah.. baguslah, kita nggak perlu kenalan lagi. Kalau gitu datanglah ke container pinggir sungai!".

Bersama itu, pinggiran danau yang semula hanya berbalut gelap, kini nampak sinarnya. Sebuah lampu kuning tak terlalu terang itu membuat sebuah container persegi panjang itu terlihat jelas.

"Lihat, kan?".

"Tunggu sampai gue bikin lo jadi remahan peyek".

"Hahaha.. sebelum lo bikin gue jadi remahan peyek, gue lebih dulu bikin lo jadi abu gosok.. hahaha".

Kalila lantas mengakhiri panggilan tersebut. Baginya, menyelamatkan Ochan adalah yang terpenting diatas segalanya. Berlari lagi mengejar target, membiarkan payung yang dibawanya itu terbang saat hujan sudah mereda. Menjejaki tanah licin.

Angin malam menghembuskan udara yang begitu menusuk. Jantungnya berpacu dengan langkah kaki saling beradu cepat. Di tengah pelariannya dan emosi yang mendidih, sebuah tangan menahan pergerakannya. Kalila berbalik penuh kejut saat menemukan Rayden berbalut cemas disana.

"Lo gila?! Mau ngapain lo kemari malem-malem?" Hardik Rayden. Tangannya masih melingkar erat di pergelangan tangan Kalila.

 Tangannya masih melingkar erat di pergelangan tangan Kalila

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Minggir!" Kalila resah "Jangan halangin gue!".

Rayden menahan lagi pergerakan Kalila "Gimana bisa perempuan maju sendirian?!" Ia melangkah di depan perempuan itu "Gue tau perempuan bisa melakukan semuanya sendiri, tapi itu nggak sepenuhnya baik" Rayden lantas melangkah lebih dahulu, sedang Kalila mengekor. Tak berkutik lagi saat pria pemilik kumis tipis di atas kulit terangnya itu menyuarakan ultimatum. Terlebih musuhnya bisa saja lebih berbahaya dari dugaan.

Ingin Pulang (Colher E Garfo)| Dowoon, Sejeong, SehunTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang