30. (bukan) Sendok dan Garpu

46 11 4
                                    

Halo halo.. maaf lama update! Kebetulan aku juga belum sempat kasih multimedia visual seperti biasanya. Ngga papa ya.. soalnya aku lagi rajin nulis di Innovel buat cerita Kalila versi series dan kebetulan lagi rame banget loh gaiss..

Mau gabung juga??

Pokonya, selamat membaca warga dunia Oren!

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Pokonya, selamat membaca warga dunia Oren!
.
.
.

Di malam yang sunyi, setidaknya tidak semencekam yang kalian bayangkan. Masih ada suara jangkrik yang bersahutan entah dimana keberadaannya. Kalila membuka jendela kamar sambil menatap rembulan bersama alunan lagu bertajuk Letting Go dari Day6 yang mengisahkan seseorang harus merelakan cintanya melenggang pergi.

Pikirannya berputar ke belakang. Saat hari dimana lamaran Rayden dan Yasmin berlangsung, sejatinya ia tak benar-benar melewatkannya. Ia bahkan menyempatkan waktu untuk datang. Bahkan dengan hati yang tegar. Selepas kesibukannya.

Meski terlambat, tapi dirinya tetap ingin datang.

Tapi, saat penyematan cincin, Kalila tiba-tiba lepas kendali. Hatinya resah. Gelisah. Semua kondisi tak nyaman memenuhi relung hati. Air mata sudah menumpuk di pelupuk dan belum acara itu berakhir, ia memilih untuk pulang. Kalila tidak sanggup melihat acara sakral itu.

Mungkinkah ini saatnya benar-benar melepas?.

Setelah banyak melalui waktu dan bergelut serta mendustai hati, akhrinya Kalila mantap akan pilihannya. Ia meraih ponsel dan membuka obrolan chat bersama Yasmin.

To: Yasmin

Sorry, Yas.. kayanya aku nggak bisa berangkat ke Mandalika. Aku harus urus Ochan, Nene dan kerjaanku.

^^^

Hari ini agaknya menjadi hari yang cukup melelahkan bagi Kalila. Ia baru saja mengikuti rapat penting mengenai persiapan novelnya yang akan diadaptasi menjadi sebuah film karya Bunda Aldya Hafizha.

Kalila lantas menaiki busway menuju kediamannya. Beruntung petang itu, ia bisa mendapat tempat duduk. Mengambil satu bagian di samping jendela. Bus merayap meninggalkan halte. Dibawanya badan ini cerai. Menatap kerlipan dunia malam ibu kota bersama hujan yang tiba-tiba turun. Jendela nampak basah.

"Hujan?" Kalila mendongak lagi ke jendela, seba ia tak membawa payung.

Beberapa menit kemudian, bus terhenti di sebuah halte yang mengharuskan Kalila untuk turun walau hujan masih setia membasahi bumi. Perempuan berbalutkan hoodie oversize berwarna bronze serta kerudung lilac dan kulot hitam yang dipadukan dengan sneaker itu bergerak cepat turun dari bus untuk berteduh sejenak di halte.

Ia lantas membuka ponsel, meminta agar Ochan menjemputnya dengan payung, tapi apalah daya, ponsel pabrikan Korea miliknya itu harus mati.

"Aissh!" Gerutunya saat menyadari daya ponselnya habis. Pun Kalila juga tak membawa power bank.

Ingin Pulang (Colher E Garfo)| Dowoon, Sejeong, SehunTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang