7. Last Day in Algarve

53 16 0
                                    

Assalamualaikum, Bestie! Aku kembali dengan membawa kisah Kalila yang sedang berjuang meraih mimpi dan cintanya, nih... Sebelum mulai baca, jangan lupa vote-nya. Tap pojok kiri bawah supaya author makin gaspol nulisnya.

.

.

Sebelum mulai baca, kita simak multimedia as opening soundtrack part ini, ya~

Happy Reading, chingu!

.

.

Arisan mewah di rumah mewah seorang Puput Anindya. Wanita yang masih sangat cantik nan elegan di usianya yang sudah lebih dari setengah abad. Para sosialita lintas Pondok Indah berkumpul disana. Tak hanya membawa badan, tentu barang branded selalu melekat pada label mereka.

Riuh penuh tawa membicarakan banyak hal yang notabenenya tidak penting. Ada yang sambil minum dan makan mewah. Ada yang menjajakan parfum berkelas dan lain-lain. Arisan itu juga tak lagi menggunakan rupiah, melainkan berlian. Mereka, emak-emak hedon pemilik wajah berkilau bagai ubin musholla.

Mama Puput—begitu orang mengenal. Ia bisa dibilang pemimpin dari skuat tersebut.

"Haiyaa.. saya kesini juga mau lihat tasnya" Kata perempuan paruh baya beramata sipit—Cici Windy lengkap dengan aksen mandarin yang khas.

"Yakin liat doang?" Goda Mama Puput.

"Hey" Cici Windy menyolek lengannya "Haiyaa.. kalo jodoh, owe beli, lah".

"Oh iya. Eyke juga mau ambil pesenan Eyke yang Prada itu, Mam" Sambung Jeng Lily.

Pun Mama Puput meminta asistennya mengambilkan tas-tas itu yang disambut dengan cekatan olehnya dan kembali lagi dengan cepat membawa nampan besar berisikan tas-tas super mewah. Tangan sang asistenpun sampai berbalut gloves.

Semua mata membulat berjamaah saat melihat tas dagangan Mama Puput yang bukan sekedar tas branded biasa, melainkan edisi terbatas yang hanya dirancang beberapa buah saja di seluruh dunia.

"Ma! Itu LV baru? Aku baru liat".

Dengan senyum wibawa dan penuh rasa bangga dari dalam diri seorang Mama Puput, ia menjawab "Iya. Itu baru dikirim.. hmm... nggak sampai sebulan yang lalu".

"Beli di mandose?".

"Biasa, titip Mega waktu tugas ke France" Ujar Mama Puput sembari memainkan rambut pendeknya yang super elegan.

"Woah?!" Mata Cici Windy mengerjap "Iri deh gue. Pengen gitu punya anak kaya Mega ama Danya. Udah cantik, pinter, membanggakan, punya suami tajir dan berkelas pula, bisa nyenengin mamanya!" Ia menyambung dengan teriakan histeris.

"Jaman sekrang mencari menantu itu harus all out, jeng" Yang lain menimpali "Bibit, bebet, bobot harus on top".

"Iya. Siapa sih yang nggak iri sama anak-anak Mama Puput. Ntar gue juga mau kuliahin anak gue ke Oxford!" Sambung Jeng Indah tak kalah heboh.

"Haiyaa! Pertanyaannya, otak anak lu orang bisa nggak masuk Oxford?" Celetuk Cici Windy membuat gelak tawa seisi ruangan saat Jeng Indah mengerucutkan bibirnya.

"Eh! Eh! Si Rayden boleh juga nih, Ma~" Tiba-tiba Jeng Lily mengoyak lengan Mama Puput sambil fokus pada layar ponsel yang dihadiahi alisnya yang berkerut "Liat deh! Setelah ribuan purnama dia dapet rekor baru, jadi pembalap tercepat! Viral, euy!".

Ingin Pulang (Colher E Garfo)| Dowoon, Sejeong, SehunTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang