Kemarin hari minggu. Berarti sekarang adalah hari Senin. Satu keluarga atau lebih tepatnya satu mansion dibuat kalang kabut karena si bungsu yang mendadak sakit saat disekolah.
Tadi, Theo mendapatkan telepon dari salah satu adik kelasnya di gedung sebelah, seorang anggota PMR. Jika adiknya pingsan setelah upacara. Apalagi saat itu posisinya Theo juga sedang bersama Bagas.
"Kak Theo maaf. Tapi tadi kaivan pingsan dan sekarang badannya panas"
"APA LO BILANG? "
Setelah telepon itu diputuskan sepihak oleh Theo. Ia pun langsung berlari dari koridor disusul Bagas yang bingung. Sebenarnya biasanya Bagas tak peduli. Tapi entah kenapa kali ini kakinya mengikuti Theo.
"Kenapa sih The? " Tanyanya dengan ngos-ngosan. Bagaimana tidak jika mereka berlari dari sebrang sampai ke sebrang belum lagi koridor sekolah mereka yang panjang dan luas.
"Adek pingsan" Jawab Theo singkat.
"Apa?! Lo kenapa gak ngomong daritadi! Bodoh! " Kata Bagas yang kemudian ikut berlari mendahului Theo.
Sampai di UKS gedung JHS. Bagas langsung menghampiri satu bankar tempat adiknya tergeletak tak sadarkan diri. Disana bagas juga melihat satu anak lain yang mungkin teman adiknya.
"Adek gue kenapa? " Tanya Bagas to the point.
"Kelelahan kak. Makanya tadi tiba-tiba pingsan" Jawab pemuda itu.
Theo tak mempedulikan itu. Ia malah langsung menghampiri sang adik dan mengusap keningnya. Theo meringis merasakan hawa panas yang ia sentuh dari kening Kaivan.
"Panas banget. Suhunya berapa? " Tanya Theo.
"Tadi sih 39,8° Kak" Jawab anak itu.
"Hah?! Ini mah demam tinggi. Kita bawa pulang aja. Kalo ke Rumah sakit nanti banyak wartawan" Usul Bagas.
Theo setuju. Ia kemudian langsung menelepon salah satu anak buah ayahnya yang tak lain adalah jerico. Ya mereka semua tau jika Jerico lah yang ditugaskan menjaga kaivan disekolah dari jauh.
"Jerico, cepat datang ke ruang kesehatan di JHS. Bantu aku mengantar Kaivan pulang"
"Sesuai perintah anda tuan muda. Saya segera datang"
Mereka meminta sang adik kelas untuk mengambilkan tas kaivan. Selama menunggu itu, tiba-tiba kaivan terbangun dan mendapati Bagas sedang menggenggam tangannya.
"Kakak... " Lirihnya.
"Dek? Ada yang sakit? Apa yang kamu rasain? Kita pulang deh ya? " Tanya Bagas beruntun.
"Ga usah... Aku gapapa kok"
"Ngga ada penolakan Kaivan! " Sahut Theo yang membuat bibir kaivan mengerucut.
KAMU SEDANG MEMBACA
WAY HOME - HUENINGKAI [Lokal]
Fiksi PenggemarTentang perjalanan Kaivan. Anak berumur 12 tahun yang diusir oleh Papanya sendiri, yang ternyata adalah orang jahat yang telah menculiknya saat berusia 2 tahun. Perjalanan itu membuat Kaivan bertemu dengan keluarga kandungnya yang sudah terpisah sel...