بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْم
•••
Seluruh pesantren heboh. Tidak lagi mendengar tapi sebagian dari mereka melihat mayat tak bernyawa di pinggir sumur belakang kamar para santri putri. Polisi masih menyelidiki setelah hasil otopsi mayat laki-laki berinisial I.A itu keluar. Keluarga korban menangis histeris, sang Ibu yang telah melahirkan anak semata wayangnya itu murka. Menunjuk-nunjuk pemilik pesantren yang hanya bisa diam, tatapan pria berumur itu pun kosong.
Sementara pesantren di tutup, hanya beberapa santri saja yang di duga terlibat. Sekitar 3 santri sedang di sidang, mencoba mencari bukti yang jelas karena semua CCTV telah di retas oleh pihak pelaku.
"SAYA NGGAK MAU TAHU, USUT TUNTAS KASUS INI. JANGAN SAMPAI ANDA MEMBELI MEDIA ATAUPUN HUKUM UNTUK MENUTUPINYA!" amuk Ibu sang korban.
"Anak saya nggak mungkin nekat masuk ke kamar santri putri! Semua itu hanya tuduhan!"
"DEMI ALLAH! SAYA NGGAK RIDHA!" tuturnya berteriak kencang, meluapkan kesedihannya seorang diri.
Hazna memeluk wanita itu, sebisanya menenangkan agar tidak semakin memberontak. Di rasa mulai tenang, Hazna membawanya duduk di dalam ndalem.
"Ibu yang sabar." Azizah datang membawa dua teh hangat.
Secara tiba-tiba telunjuk wanita itu menunjuk ke wajahnya. Mata yang masih memerah memancarkan dendam begitu kentara.
"KAMU! KAMU KAN YANG SUDAH MEMBUAT ANAK SAYA MENGGILA!?"
"JAWAB DENGAN JUJUR, BERI APA ANAKKU SAMPAI DIA NEKAT!!" Suheni berdiri di hadapan Azizah sambil terus berteriak.
Tubuh Azizah terhuyung kebelakang, dia membeku di tempat. Jemarinya bergetar, tidak tahu harus melakukan apa selain diam. Demi Allah, Azizah tidak ada sangkut pautnya dengan masalah ini.
"Zizah," lirih Hazna menatap tak percaya anaknya.
Wajah Azizah menoleh, menggelengkan kepala bahwa ia menolak jelas semua penuturan Suheni. Air matanya turun saat melihat kekecewaan Ibunya yang pertama kali, apa wanita yang sudah melahirkan nya tidak percaya dengannya? Ribuan anak panah terasa menusuk di ulu hatinya.
"KENAPA DIAM, HAH!" Tangan Suheni terangkat, hendak menampar Azizah yang sudah terlindung oleh tubuh yang lebih kecil darinya.
Airin memejamkan mata menahan nikmat sakit begitu tangan besar dengan bekas kapalan khas emak-emak menampar pipinya. Sungguh, ia tidak bisa berbohong. Rasanya nyuuut.
"Bu, menurut Drs. Kyai Mujo Handokusumo Winaryo Suryo Putro Muloyo Diningrat, bisa aja di panggil Dr. Loyo terlalu banyak bicara dengan suara nyaring bisa membuat wajah keriput."
Air muka Suheni pias, dia meraba-raba wajahnya yang sudah dibanjiri air mata. Dia tidak merasakan jika dandanannya sudah melebur. "Yang bener kamu?" tanyanya terbata, efek nangis jadi begitu.
Airin mengangguk mantap meski ringisan sesekali keluar dari mulutnya.
"Maka dari itu mending Ibu duduk sambil diminum dulu teh nya, meski teh anget tapi bisa kok ngedinginin kepala. Apalagi mulut Ibu yang kaya cabe, eh astaghfirullah."
"Kamu bilang mulut saya mirip babe?" Suheni bertanya antusias, seakan melupakan masalah yang membuatnya menangis histeris tadi.
Ternyata benar, manusia ada kurang maupun tambah nya. Bisa dilihat, meski mulutnya nyaring tapi telinga rapet.
"Babe siapa, Bu?" kata Airin membimbing Suheni duduk lagi, mereka bicara dengan mata bertemu mata.
"Itu loh yang girlband berempat."
KAMU SEDANG MEMBACA
ALI HAZBI (NEW VERSION)
RomanceJudul awal : Chase You (2A) UDAH NGGAK HIATUS YAA Setelah mengetahui sedikit seluk beluk gadis yang akan menjadi istrinya, apakah dia akan tetap pada awal tujuan? Masih banyak misteri, dan Ali akan membongkar. Hanya saja ia merasa tidak sanggup bil...