25. Seorang Diri

68 7 0
                                    

بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْم

•••

Dua orang yang sudah berumur separuh baya itu saling menguatkan satu sama lain. Keduanya terus berdoa, menautkan jemari dalam genggaman masing-masing. Sang suami mengecup kepala istrinya, membawa dalam pelukan hangat sambil melihat sekeliling.

Semuanya nampak panik mendengar seruan dari pramugari cantik yang masih saja berusaha tegar.

"Kepala menunduk, tetap menunduk," Suaranya lantas melirih di akhir kata.

Lalu, kondisi senyap. Mereka semua seolah sudah bersiap diri akan takdir yang sudah tertulis. Pramugari dan pramugara memberikan senyum terakhirnya sebelum pesawat benar-benar jatuh ke dalam lautan lepas menenggelamkan mereka hingga tewas.

*****

Pesantren Al Hikmah sedang berkabung.

Banyak karangan bunga yang terpajang di luar halaman ndalem berjejer rapih. Semuanya berduka karena kehilangan dua orang berjasa di pesantren. Kisah romantis sepasang kekasih itu menjadi salah satu kisah favorit untuk mereka ceritakan pada anak cucu cicit nantinya.

Namun, nama keduanya telah redup.

Meninggalkan halaman penutup tanpa pamit terlebih dahulu.

Lalu, bagaimana dengan wanita yang sedang menatap kosong dua jasad didepannya ini?

Benarkah dua orang yang disayanginya meninggalkan disaat dia sendiri masih bingung dengan bagaimana hidupnya nanti?

Ikut dengan mereka, bagaimana caranya dengan tanpa alasan bunuh diri. Azizah terpaku ditempat saat melihat wajah bersih dan senyum manis di wajah sang ibu. Tangannya terulur untuk mengelus lembut pipi yang biasanya mengeluarkan rona merah kini hanya terasa dingin saat ia pegang.

Dan wajah tampan sang ayah semula berkharisma kini melebur sirna, hanya saja mata Athar menyipit seperti sedang tersenyum. Terlihat guratan bahagia disana, seolah dua insan itu memang sengaja meninggalkan Azizah seorang diri.

Tubuhnya tiba-tiba menggigil saat keranda mayat diangkat. Dia... tidak bisa berdiri. Kakinya lemah menginjak basahnya tanah. Tanpa alas kaki, Azizah ikut menggiring jasad kedua orang tua yang sudah sangat berjasa bagi hidupnya.

Tapi, dia lupa. Semalaman belum ada asupan makanan apapun yang masuk. Azizah jatuh lunglai kebawah dengan darah mengalir di kakinya.

"ZIZAH!"

Suara teriakan itu berasal dari seorang laki-laki yang sisa hidupnya hanya bisa duduk dikursi roda. Dia mencengkeram sisi pinggiran kursi roda, matanya memerah karena tidak bisa melindungi orang yang dicintainya.

Dia kira, pergi dari kehidupan gadis itu bisa membuatnya jauh lebih bahagia. Bukan hanya karena patah hati yang sedang ia obati, tapi demi pengobatan tubuhnya yang selama ini telah ia jalani sayangnya masih sia-sia. Hidupnya sudah tak lama lagi di dunia fana ini.

"Pah." Danu mendorong kursi roda ayahnya yang sedang meraung sedih.

Langit Atqan Gibrantara.

Pria itu menatap nanar punggung Azizah dari belakang. Anak dari mantan kekasihnya itu terlihat menyedihkan sekali. Padahal dokter sudah memvonis dirinya akan meninggal tidak lama lagi, namun siapa sangka takdir lebih dulu mengambil pasangan romantis itu.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Dec 29, 2024 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

ALI HAZBI (NEW VERSION)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang