بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْم
•••
"Laper tau."
Ali tertunduk sedih, dia yang berbadan lebih besar saja lapar apalagi istrinya? Ali mendekat pada Airin, menggenggam tangannya agar menyatu. Mencoba menghilangkan rasa lapar bersamanya dengan saling menggenggam tangan, emang bisa?
"Puasa lagi mau ndak?"
Tidak masuk akal, mana ada puasa malam-malam!
"Lihat jam itu! Baru tadi buka pake air, masa mau puasa lagi," sentak Airin tidak ingin melihat wajah Ali.
"Mie di dapur sudah habis dari tiga hari yang lalu, uang hasil bersih-bersih dusun juga tadi sudah kepake buat bayar listrik."
Airin melotot tajam. "Masa nggak ada sisanya?!"
"Lama-lama juga aku capek Mas! Hidup gini-gini aja, malah tambah susah."
Bahu Ali bergetar, ini yang dia takutkan. "Astaghfirullah, istighfar Ai. Sekarang kita harus lebih banyak sabar, mas juga akan lebih berusaha buat dapat penghasilan yang banyak."
"Iya sabar, tapi sampai kapan?!"
"Tahu-tahu gini hidup sama kamu malah tambah susah mending aku sama kakak aku, masih bisa makan walau seminggu dua kali. Sama kamu, hampir seminggu kita puasa mas!"
Yang dimaksud Airin tadi dia lebih memilih menjadi budak untuk kakaknya? Airin lebih rela harga dirinya diinjak bagai sampah? Apa hidup dengannya jauh lebih buruk, atau Ali yang memang tidak sadar diri bahwa dirinya memang se buruk itu?
Jika memang Airin sudah tidak sanggup dengannya, maka ia akan mencoba melepaskan. Cintanya mungkin sudah terbalaskan, namun kondisi ekonomi tidak memungkinkan keduanya bersama-sama sampai menua.
"Jadi apa mau kamu?"
"Talak aku mas. Aku mau hidup bersama kakak ku lagi."
"Kamu sungguh ingin tubuhmu dijadikan bahan nafsu dia?" ceplos Ali menggenggam telapak tangannya tak rela.
"Ya."
"Aku tanyakan sekali lagi, kamu rela?"
"Ya mas! Cepat talak aku!"
Sebelum Ali berkata apa yang diinginkannya, dia tersenyum lembut pada Airin. Mencoba mengontrol sesuatu yang menggebu di hatinya yang akan segera meluap, namun sebisa mungkin ia tahan.
Ali menarik tangan Airin, menunduk untuk menatap wajah perempuan terakhir nya yang di susul mengecup kening Airin penuh kasih sayang.
"Baiklah jika itu yang kamu mau."
"Saya tal—"
"MASSS!"
Suara lengkingan seseorang yang sangat Ali kenali itu akhirnya bisa membuat ia terbangun dari tidur buruknya. Banyak sekali bulir keringat yang mengalir, pria itu bahkan sudah menangis dalam diam.
Airin yang tidak tahu apa-apa karena sedari tadi sedang mencuci baju masuk ke dalam kamar mereka, jam sudah mau lewat waktu subuh tapi Ali masih belum bangun. Makanya Airin dengan tangan yang penuh sabun itu mencoba membangunkan Ali yang dalam tidurnya dahi pria itu selalu mengerut. Apalagi melihat air mata suaminya membuat ia agak sedikit khawatir.
Semula Ali terduduk. Ia mengedar pandangan ke arah Airin yang berusaha mendekat pada dirinya, namun yang malah membuat Airin heran tangis Ali semakin sesenggukan. Macam anak kecil, hidung yang merah, kedua air matanya pun berlinangan menatap Airin takut. Bahkan dia berusaha menghindar saat Airin akan mengusap matanya.
Bagaimana tidak menghindar. Lihat saja tangan Airin, banyak sekali sabun yang masih menempel.
Lalu Ali melakukan hal yang membuat Airin terlihat jorok.
Ali meludah ke samping sebanyak tiga kali, dilanjut dia membaca rentetan doa yang Airin tidak ketahui.
Tidak memikirkan pakaian rumahnya yang terkena sabun Airin segera duduk, mengambil dengan tegas tangan suaminya untuk ia pegang. "Cerita sama saya, mimpi apa yang berani-beraninya masuk ke dalam tidur suami saya yang ganteng ini."
Heran dan malu bersamaan membuat Ali mendusel nyaman di bahu Azizah. Dalam tiga menit hanya diam akhirnya helaan nafas Ali terdengar. Ali berjanji setelah ini akan menjadi pria penurut, jangan lupakan juga setelah ini dia harus mengepel lantai.
"Saya mimpi buruk."
AIRIN TAHU! Makanya itu mimpi buruk yang bagaimana?! Sudah dikatakan kan bahwa ia ingin tahu mimpi buruk yang Ali alami. Tapi dia malah berkata demikian, membuat Airin greget. Bisa saja mimpi buruk Ali di kejar setan, atau masuk ke dalam got yang penuh cacing besar, atau malah duh ini hal yang ia takutkan juga, mati. Opsi terakhir segera ia buang jauh-jauh, tapi konon katanya jika bermimpi meninggal orang-orang dahulu mengatakan jika itu pertanda baik. Umur nya maka akan panjang, sepanjang rel kereta.
"Nggak boleh di umbar, nggak baik," sanggah Ali menjawab kegregetannya.
"Ada alasan? Saya nggak tahu bahwasannya mimpi buruk nggak boleh saling cerita sama orang lain."
Ali mendongak, sekarang ia duduk tegak membuat tubuhnya terasa lebih tinggi dari Airin meski hanya beberapa senti saja. "Rasul kita, Rasulillahi Shalallahu Alaihi Wassalam dalam salah satu khutbahnya menyampaikan maksud yang di pertanyakan dari seorang Arab badui, "Jangan sekali-kali kalian menceritakan ulah setan yang mempermainkan diri kalian di alam mimpi” (HR Muslim 2268)" Karena jika kita semakin berlarut dalam mimpi yang buruk itu dan malah mengumbar ataupun nggak melupakannya bisa jadi akan semakin mengundang setan untuk mempermainkan kita dalam mimpi."
"Maka dari itu sebaiknya lupakan. Memohon kepada Allah untuk selalu di beri perlindungan dari setan, maka mimpi itu nggak akan berdampak buruk bagi kita."
Airin ngangguk-ngangguk paham. "Lalu tadi kenapa ngeludah gitu aja? Tiga kali lagi, bau jigong pasti nanti," cibir Airin.
Nampak Ali meringis, dia agaknya merasa bersalah.
"Saya melakukan barusan mengikuti ajaran Rasulullah. Setelah meludah dianjurkan baca doa nya, cukup baca ta'awudz saja. Bisa juga melaksanakan shalat yang belum di kerjakan, dan kalau mau tidur lagi jangan lupa ganti posisi nya, jangan sama kaya pas tadi posisi tidur mimpi buruk." Ali sangat bersyukur, hidup di pesantren banyak sekali tafsiran yang bisa ia terapkan di kehidupan nyata.
Ilmu agama memang penting sekali, tidak jarang banyak orang yang berlomba-lomba ingin mendapatkan buah kehasilan mereka dari yang taat beribadah, rajin bersedekah, maupun hal lainnya.
"Sekarang sudah jelas, hm?" tanya Ali membuat Airin yang sedari tadi melongo langsung menutup mulut.
"Jelas Pak Ustadz," balasnya sambil terkekeh.
"Syukran ilmunya ya Pak Ustadz, kalau gitu saya mau ngelanjut nyuci baju lagi. Sekarang njenengan mandi terus shalat subuh."
"Di lanjut nanti aja nyucinya, yuk shalat jama'ah," ajak Ali.
Airin menolak dengan gelengan kepala. "Tamu nggak diundang datang, gih cepetan."
Mengerti perkataan barusan Ali segera berdiri, namun dia seperti biasa dengan adegan slowmo memegang tangan istrinya dari belakang. Yang otomatis pula tubuh Airin menabrak dada bidang Ali.
Bisa pesek lama-lama, batin Airin kesal seraya mengusap-ngusap hidungnya.
"Je t'aime."
Setelah mengatakan nya yang di akhiri dengan kecupan di kening membuat otak Airin di pagi hari harus bekerja. Bahasa apa itu?! Kenapa banyak sekali bahasa yang Ali katakan, kemarin-kemarin Bahasa Turki yang mengatakan 'Seni özlüyorum' itu pun Airin belum sempat mencari tahu karena kuota di handpone nya sudah habis. Sekarang lagi barusan, jet- jet apa tadi?
Kapal Jet!?
***
Njenengan itu "Kamu, anda."
- Dilanjut kalo udah 100 vote ya, hihi. Btw, semangat yang lagi ngejalanin puasa! Ily All.
- Minta doanya juga semoga lancar dan dimudahkan untuk aku ngejalanin ujian yaa. Insyaa Allah kalau semua sudah terlaksana, aku akan sering up di bulan suci ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
ALI HAZBI (NEW VERSION)
RomanceJudul awal : Chase You (2A) UDAH NGGAK HIATUS YAA Setelah mengetahui sedikit seluk beluk gadis yang akan menjadi istrinya, apakah dia akan tetap pada awal tujuan? Masih banyak misteri, dan Ali akan membongkar. Hanya saja ia merasa tidak sanggup bil...