بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْم
•••
Saat ini keduanya masih berada di dalam mobil. Airin berpesan pada suaminya untuk meminggirkan kendaraan beroda empat itu di sana. Walau masih terhalang jendela mobil karena Ali yang melarang untuk membukanya, mata Airin begitu cerah melihat gerobak mie ayam. Tangannya sesekali menyentuh perut, berpura-pura dan berujung gemas dia ketuk pelan.
"Mas! Itu mie ayam nya," tunjuk Airin tak sabaran, dia bahkan sudah membuka seat belt.
Airin terus menunjuk sampai-sampai Ali harus bisa bersabar karena rengekan Airin tidak bisa berhenti. Padahal mobil belum sepenuhnya terparkir tapi isteri nya entah bagaimana bisa menjadi sebar-bar ini dengan mie ayam.
"Iya sayang iya, dede bayi sudah lapar ya." tukas Ali membuat pandangan Airin terkejut, sejak kapan Ali mengetahuinya?
"Cacing-cacing di perut kamu itu aku panggil dede bayi, pasti berontak kan disini?" Ali terkekeh melihat wajah Airin yang masih menampilkan raut terkejutnya.
Airin mengalihkan tatapan, dia masih belum ingin Ali tahu. Menunggu waktu yang tepat dan Airin akan membuat kejutan untuknya.
"Makanya cepetan Mas!" gerutu Airin saat Ali masih saja tertawa.
Ali turun terlebih dulu sebelum istrinya. Dia membukakan pintu, mengulurkan tangan supaya Airin dengan mudah menyambutnya.
Bak princess di negeri dongeng, Airin menganggukkan kepalanya sebagai tanda terimakasih. Dia turun, menggandeng lengan Ali seperti sepasang ratu dan raja. Bedanya bukan berada di nuansa mewah nan elegan tanpa red carpet sekalipun, keduanya menapaki jalanan aspal menuju gerobak mie ayam siap santap.
Air liur Airin di dalam mulutnya sudah hampir keluar jika saja Ali tidak menutupnya.
Mereka berdiri berdampingan menunggu antrian yang cukup membludak. Bisa-bisa mereka pulang kemalaman, tapi tak apa Airin sudah tidak tahan.
Bibirnya yang sedari tadi cemberut karena mereka bicara cukup lama dengan pedagang kini tersenyum.
"Mie ayam dua, Mang," ucap Ali terlebih dahulu sebelum Airin membuka mulutnya.
"Satu aja, Mang." Airin menyela, membuat dia yang tugasnya mencatat kembali mencoret tulisan yang sudah dicatat.
Ali nampak bingung, dia menatap istrinya bertanya. "Kok satu?"
"Kamu nggak makan, Ai?"
"Makan," singkat Airin dan pria itu lah yang kini kebingungan melihat suami istri didepannya ini berseteru.
"Jadi beli dua Mang, yang satu kuahnya jangan kebanyakan." Ali kembali bersuara, dia berkata barusan karena Mie ayam memang lebih enak tanpa kuah yang berlebih.
Airin menginjak kaki Ali pelan. "Satu aja."
Suaranya yang kian datar membuat Ali menghela nafas, dia pun menyetujui istrinya. "Ikutin perkataan istri saya."
Baru setelah itu senyuman Airin kembali terpatri. "Tapi nggak usah pake mie ya, Mang."
Rahang Ali jatuh sejatuhnya mendengar perkataan Airin. Dia menelisik tajam istri yang dengan entengnya tak memperdulikan raut wajah semua orang yang mendengar.
"Jadi maunya mie ayam apa ayamnya doang, Neng?"
Airin menukikkan alisnya. "Ya mie ayam dong! Mang—"
"Apes, Mbak."
Tambah sewot pula Airin mendengar balasannya. "Kok, gitu?! Orang saya mau beli dibilang apes!"
KAMU SEDANG MEMBACA
ALI HAZBI (NEW VERSION)
RomanceJudul awal : Chase You (2A) UDAH NGGAK HIATUS YAA Setelah mengetahui sedikit seluk beluk gadis yang akan menjadi istrinya, apakah dia akan tetap pada awal tujuan? Masih banyak misteri, dan Ali akan membongkar. Hanya saja ia merasa tidak sanggup bil...