Kondisi ndalem semakin tidak kondusif. Azizah sering kali mengamuk tidak jelas, setiap harinya perempuan itu terkadang menangis lalu tiba-tiba tertawa sendiri. Perutnya yang belum terlihat membuatnya bagai biting hidup. Hazna dan Athar selalu mengira jika anaknya terkena guna-guna. Sudah berbagai pengobatan dilakukan, Azizah malah semakin menjadi.
Dia mengigau jika orang yang sudah membuatnya seperti ini ada di dalam pesantren. Menunjuk sembarang orang yang ada di sekitar sebagai targetnya.
"ARGHH, PERGI KAMU!"
Airin tersentak. Sudah beberapa minggu ini dirinya tidak melihat Azizah, banyak santri yang bilang jika perempuan itu sudah gila. Mengapa Airin tidak tahu? Kemana saja berita itu, Airin rasanya seperti telah di telan bumi. Ia bagai orang bodoh di antara banyaknya manusia cerdas yang mengecohnya bahwa semuanya baik-baik saja.
Saat lampu ndalem sudah mati, Airin bergegas kesana. Mengendap-endap untuk bisa mencari tahu sendiri bagaimana keadaan Azizah saat ini. Dia tidak ingin diam saja, padahal Hazna selalu mendesak nya agar bisa berbicara berdua dengannya. Tetapi ada saja hal yang menjadi penghalang.
Mendengar teriakan nyaring dari kamar adik iparnya, Airin terjerembab kaget. Teriakan itu seperti orang kesakitan, namun tidak ada satu orang pun yang berusaha menenangkan Azizah di dalam sana.
"Kamu kenapa, Zah. Aku seperti orang bodoh disini."
Tubuh Airin bersandar pintu. Hati nya ikut sakit, saat terdengar tangisan Azizah. Desas desus jika dia hamil apakah benar? Siapa yang sudah melecehkan perempuan sebaik dirinya.
Selama ini Ali tidak pernah bertindak sesuatu yang mencurigakan. Pria itu cenderung lebih harmonis dan semakin pandai berkata manis.
DUG!
Airin lantas mundur ketika dobrakan pintu terdengar. Tubuhnya hampir terpental, tenaga Azizah begitu kuat.
"Airin. Aku tahu itu kamu...."
"Tolong, tolongin aku."
Membuatnya tidak tega Airin memberi sahutan dari luar dengan suara lirihnya. walaupun diserang rasa takut, ia tetap berusaha.
"Tunggu sebentar, aku cari dulu dimana mereka sembunyikan kuncinya," sahut Airin dengan cahaya yang minim.
Sangking susahnya mencari, perut Airin hampir terkantuk ujung meja. Ia segera melindunginya dengan tangan, ada bayi jabang di dalam sana. Jika tersundul, benjot lah kepala anaknya ketika lahir.
"AIRIN TOLONG!"
"LAKI-LAKI ITU DATANG LAGI!"
Nyaris saja Airin terkena serangan jantung. Jangan lupa ia orang yang mudah kaget mendengar suara nyaring. Diusapnya perut dengan perlahan, Airin berjalan was-was menuju pintu kamar Azizah untuk segara ia buka.
PRANG!
"PERGI!!!"
"DIAM SIALAN!"
Sepertinya dugaan jika Azizah gila tidaklah benar. Suara sahutan laki-laki terdengar jelas di telinganya. Dimana semua orang di ndalem?! Apakah teriakan kencang ini mereka tidak mendengarnya. Airin menjadi kesal sendiri, ingin membangunkan tapi kondisi Azizah sudah terlalu kesulitan.
Sambil membawa alat pukul ditangan nya, Airin membuka gagang pintu, bersiap memukul jika ada yang menyerang.
Keadaan yang semula ricuh barusan, sekarang lenyap. Sunyi dan begitu gelap kondisi kamar Azizah. Seperti tidak ada tanda-tanda nya makhluk hidup. Sprei kamar yang berantakan, barang pecah, juga lantai yang basah.
Airin meringis pilu. Hatinya ikut tersayat saat melihat sosok perempuan sedang bersembunyi di balik lututnya dengan tubuh bergetar. Tangisan lirih itu semakin menjadi saat Airin berusaha mati-matian untuk tidak takut mendekat.
KAMU SEDANG MEMBACA
ALI HAZBI (NEW VERSION)
RomanceJudul awal : Chase You (2A) UDAH NGGAK HIATUS YAA Setelah mengetahui sedikit seluk beluk gadis yang akan menjadi istrinya, apakah dia akan tetap pada awal tujuan? Masih banyak misteri, dan Ali akan membongkar. Hanya saja ia merasa tidak sanggup bil...