بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْم
•••
"Yang perempuan atau laki-laki?"
Garis wajah seorang yang berdiri tegak di samping pintu itu menurun, jelas saja dia sendiri masih bingung. Sangat susah sekali mengetahui sosok pribadi yang sedang mereka intai.
"Saya tidak tahu pasti tuan, tapi insting saya selalu sesuai prediksi kalau dia yang perempuan," balasnya setelah lama berfikir.
Pemuda, atau lebih tepatnya seorang pria yang walaupun diumurnya masih 18 tahun sudah tidak ada lagi kata perjaka itu hanya menatap diam 2 buah foto di genggamannya. Lalu dia remas foto yang menampilkan wajah perempuan, mencoba melampiaskan segala rasa dendam yang akhirnya akan dia kabulkan.
Mulai besok, dia akan banyak berubah. Dan kakinya akan berpijak ke penjara suci dimana didalamnya ada seorang yang ia cari sedari dulu. Akan buat dia hancur seperti perasaan ibunya yang kini hanya bisa terduduk di kursi roda.
*****
"Jadi nginep kan?" Lagi dan lagi Hazna bertanya. Terasa begitu ambis sebelum mendengar jawaban yang pasti.
Ali dan Airin yang sedang duduk di ruang tv lantas menoleh, sebenarnya mereka akan segera pulang dalam beberapa jam lagi. Namun tatapan menghunus tiap kali akan melangkah ke pintu keluar tidak bisa membuat keduanya berkutik. Alhasil berbagai cemilan milik Azizah lah yang menjadi sasaran untuk pasangan suami istri itu menjanggal bosan.
Azizah nampak tidak peduli, dia sedang sibuk belajar. Katanya satu minggu lagi akan ada ulangan, yang sayang Airin tidak bisa ikut. Bukan tidak bisa lagi, melainkan mustahil.
"Jadi umma, tapi kami nggak bawa baju," balas Airin tidak enak.
"Gampang, baju Zizah kan banyak seukuran sama kamu. Kalau Ali tinggal minjem baju lama punya abba, banyak yang masih muat kok kayaknya."
Airin menurut saja, tidak ingin menghilangkan rasa bahagia ibu mertuanya.
Sedangkan Ali yang masih duduk tersentak ketika Athar memanggilnya.
"Ada sesuatu yang ingin abba bicarakan sama kamu," ucap Athar langsung membuat Ali mengikuti dari belakang.
Kini tersisa hanya Airin dan Hazna. "Bantuin umma bikin bolu yuk," ajak Hazna diangguki semangat oleh menantunya.
Mereka pada kegiatannya masing-masing. Sampai pada pukul 10 malam akhirnya usai sudah, pergi ke sebuah kamar untuk merehatkan tubuh.
Airin tidak biasa akan tatapan Ali malam ini, pria itu seperti banyak berfikir. Entah wejangan apa yang diberikan oleh ayah mertuanya, ikut membuat Airin kepo. Dia pun mendekat, menjadikan tangan suaminya sebagai bantal yang memang sedang dijulurkan.
Otot lengan Ali sedikit kecil, tidak seperti milik Athar yang walau dilihat masih memakai baju kokoh kelihatan. Tapi yang jadi heran, mengapa berbeda dengan perut Ali. Tidak ada di tangan melainkan beberapa roti sobek miliknya membuat Airin betah dalam pelukan sosok yang sedang terbengong ini.
"Abba nyuruh kita cerai, ya?" tanya Airin penuh nada sedih.
Tuk
Sentilan yang teramat tajam membuat perempuan bersurai hitam pekat itu langsung terbangun, dia duduk menatap kesal suaminya. Sakit tapi tidak menimbulkan bekas luka, tapi memang Airin saja yang lebay.
KAMU SEDANG MEMBACA
ALI HAZBI (NEW VERSION)
RomanceJudul awal : Chase You (2A) UDAH NGGAK HIATUS YAA Setelah mengetahui sedikit seluk beluk gadis yang akan menjadi istrinya, apakah dia akan tetap pada awal tujuan? Masih banyak misteri, dan Ali akan membongkar. Hanya saja ia merasa tidak sanggup bil...