بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْم
•••
Rombongan yang sudah dipersiapkan akhirnya datang. Ali dengan gagahnya mengeluarkan suara merdunya yang di iringi oleh hadroh untuk masuk ke dalam ndalem. Para santri yang turut hadir dan berkenan saja memasuki ndalem. Tak lupa pula keluarga kedua orangtuanya datang, hingga teman-teman baru adiknya di sekolah menengah atas.
Ali melihat adiknya menangis haru. Dia pun tersenyum kecil melihatnya. Sengaja waktu sore ia juga ikut mencueki Ulpi atau Azizah. Hal itu semua ide dari ummanya, Hazna.
"Jangan nakal kalau sudah masuk lagi ke sekolah," pesannya berdiri di depan Ulpi sambil mengacak kerudung hingga sedikit berantakan.
Karena hari ini hari spesialnya, ia pun berusaha mengontrol mulutnya agar tidak blak-blakan. "Iya abang, mana kadonya."
Ulpi menjulurkan kedua tangannya dan seketika matanya membulat sempurna.
"Untuk sekolah, jangan lupa dzikir."
Namun meski raut wajah Ulpi tidak mengenakan, pun gadis yang umurnya baru menginjak 16 tahun itu menerima dengan ikhlas. Padahal di dalam kamarnya ada banyak.
"Emang di umur segini-gininya biasa gak ada duit, tapi bolehlah. Tasbih digital dari Bang Hazbi kok kaya lebih bersinar," heran Ulpi membuat Ali menghendikkan bahunya tidak tahu. Benar memang kakaknya memberikan kado berupa tasbih digital untuknya seharga 12 ribu.
Setelah menyerahkan kado masing-masing, mereka semua di perkenankan untuk makan bersama. Ali yang memimpin doa, matanya mengedar. Dan pusatnya hanya pada gadis berkerudung lusuh yang terus saja menunduk ke bawah, di lain teman-teman adiknya berbicara akrab, dia hanya diam.
Ketika kepala gadis itu terangkat, buru-buru Ali melanjutkan doanya yang baru sampai bismilah.
*****
"Makan yang banyak, Rin," tukas Ulpi sengaja menambahkan satu centong nasi di piring Airin yang terlihat sudah sedikit.
Untuk menolak rasanya tidak enak, Airin pun mengangguk kecil.
"Dihabiskan loh," ujar salah satu teman sekelasnya.
"Harus itu mah, gue perhatiin perempuan yang badannya kerempeng di kelas kita cuma lo deh. Gak di kasih makan apa gimana di rumah?"
Ulpi menyikut lengan Fidhia. Perempuan dengan sifat ceplas-ceplos yang tidak mementingkan lawan bicaranya akan sakit hati atau tidak.
Airin menunduk, suasana ramai yang dibencinya membuat tangannya bergetar saat akan menyuap nasi ke dalam mulut. Hingga tanpa sadar piring di tangannya terlepas, menimbulkan suara nyaring yang membuat siapa saja menoleh ke sumber suara.
Berusaha mengontrol rasa cemasnya, Airin meremas ujung jilbab yang ia kenakan. Tangannya mengatup yang pertanda meminta maaf, ia juga menunduk. Memunguti makanan yang terjatuh, dan piring yang sudah terpecah belah.
"Eh, nggak usah, Rin," cegah Ulpi membawa badan Airin agar berdiri tegak lagi.
"Gue antar ke toilet, pakaian lo kotor."
Airin menggeleng lemah. Dia menatap Ulpi dengan penuh arti seolah mengatakan. 'enggak papa'
Berhubung tingkat kepekaan Ulpi sering terdeteksi, gadis itu pun mengerti. "Makan lagi aja, aku ambilkan."
Fidhia menatap sinis Airin. "Selalu bikin onar."
"Maklum lah Fi, namanya juga gak punya akal. Punya mulut gak pernah di pake lagi, diem mulu kaya patung." Mawar yang juga teman sekelas Airin pun kesal sendiri.
KAMU SEDANG MEMBACA
ALI HAZBI (NEW VERSION)
RomanceJudul awal : Chase You (2A) UDAH NGGAK HIATUS YAA Setelah mengetahui sedikit seluk beluk gadis yang akan menjadi istrinya, apakah dia akan tetap pada awal tujuan? Masih banyak misteri, dan Ali akan membongkar. Hanya saja ia merasa tidak sanggup bil...