بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْم
•••
3 hari berikutnya.
"Kamu itu masih bocil."
Tangan kanan Airin yang tadinya memegang secangkir kopi terisi penuh telah kosong, tentu saja pelakunya itu Ali.
"Jadi tidak boleh minum-minuman berkafein."
Wajah tertekuk Airin tidak bisa di sembunyikan.
"Dan satu lagi, nanti otak kamu tambah bodoh," tambah Ali.
Airin melotot. "Saya itu tidak bodoh, ya!"
"Saya hanya terlambat saja saat pembagian otak," belanya tak terima.
"Pffft." Seberusaha mungkin Ali menahan tawa, namun laki-laki itu tidak bisa menahannya. Istri mungil menggemaskannya ini bertambah hari sudah tidak semenyebalkan dulu yang hanya bisa diam seperti orang dungu.
"Ya seperti itu lah ucapan orang-orang sepertimu membela diri."
Airin melengoskan kepalanya, sama sekali tidak ingin melihat wajah Ali. Anggap saja ia sedang merajuk.
"Kamu suka sekali menjelek-jelekkan saya seperti nya." Nada tak suka terdengar jelas di telinga Ali.
Istrinya benar-benar marah?
Colek pertama, tidak berhasil.
Ali tidak berhenti membujuk, dia lakukan untuk yang kedua kalinya.
Colek di pipi yang sekarang sudah lebih berisi daripada minggu-minggu yang lalu, namun masih saja istrinya tak berkutik.
"Buat nebus kamu yang sedang merajuk, Mas akan—"
Airin menatap Ali dengan cepat. "Coba ulangi kata-kata tadi," pintanya sedikit paksa.
"Buat nebus obat magh."
Ali menepuk jidatnya. "Loh kok jadi magh sih."
"Kamu sendiri inget tidak apa yang tadi saya ucap?" tanya Ali.
Rasa ingin tertawa dan mencabik-cabik wajah suaminya menjadi satu, Airin tak habis fikir oleh Ali yang katanya mendapat beasiswa di negara orang itu dengan nilainya yang memang tinggi. Namun soal mengingat kalimat yang baru saja di ucapkan dia lupa? Apa beasiswa itu memang benar jerih payah otak Ali, apa karena orang dalam?
Airin menjadi bersuudzon tentang suaminya, ia pun segera betistighfar di hati.
"Jangan-jangan kamu juga lupa ya? Berarti kita sama-sama bodoh." Ali menggaruk telinganya yang memang gatal.
"Terserah mas aja," ceplos Airin tanpa di duga.
"Kamu bilang apa tadi!?" Ali geger, jantungnya berdebar hebat di dalam sana.
Sedangkan Airin berpura-pura tidak mendengar, perempuan itu tak acuh sambil membawa piring kotor bekas sarapan keduanya untuk segera di cuci.
*****
Karena sepeda ontel dari pesantren tidak di tinggal. Sepasang pasutri itu sedang mengelilingi jalanan sambil mengontel bersama. Tidak terlalu nyaman namun akan terlihat sangat romantis saat kepala Airin sengaja menyender di punggung Ali, dan jangan lupakan tangan yang bertengger manis melingkar di pinggang suaminya.
Namun semua itu karena paksaan Ali. Mencoba menurut kemauan sang suami karena bila tidak ia akan mendapat dosa, pun Airin menyanggupinya dengan senyuman mautnya yang kelewat manis.
KAMU SEDANG MEMBACA
ALI HAZBI (NEW VERSION)
RomanceJudul awal : Chase You (2A) UDAH NGGAK HIATUS YAA Setelah mengetahui sedikit seluk beluk gadis yang akan menjadi istrinya, apakah dia akan tetap pada awal tujuan? Masih banyak misteri, dan Ali akan membongkar. Hanya saja ia merasa tidak sanggup bil...