03.

203 40 0
                                    


Selamat membaca~
..
..
..

"Selamat pagi, Princess!"

Eric datang tepat waktu seperti biasa, dia langsung menyambutmu dengan senyuman terbaik yang cowok itu punya.

Kamu membalas dengan senyum seadanya, hari ini moodmu buruk memikirkan perkataan Mama dan Papa kemarin. Bingung bagaimana harus berbicara dengan Eric, apalagi cowok itu terlihat bahagia sekarang.

Masa kamu tega melihat wajah bahagia Eric hilang karena kabar kepindahanmu?

Kamu menggeleng, jangan dong. Kamu sangat suka melihat senyuman Eric, setidaknya sekarang perasaanmu lebih baik setelah melihatnya. Jangan berbuat bodoh dengan menghilangkan senyum itu karena kabar mengejutkan ini.

Tapi secepatnya Eric harus tahu, sebelum dia tahu dari orang lain. Cuma, sekarang kamu belum siap memberitahunya.

"Kamu lagi nggak enak badan?" Eric mengulurkan tangan menyentuh dahimu. "Agak anget, sih. Mau absen aja? Nanti aku minta Lia buatin surat izin."

"Enggak usah, aku ada ulangan hari ini," katamu, bohong soal ulangan. Sebenarnya kamu berniat cerita pada Lia dan Yeji dulu, sekalian minta saran bagaimana cara yang tepat menjelaskan pada Eric soal ini.

"Oke." Eric melepas jaket hitamnya. "Pakai ini, ya, biar enggak dingin."

Kamu tidak mau berdebat, apalagi waktu terus berjalan. Jadi kamu menerima jaket itu dan memakainya, lalu naik ke boncengan motor Eric.

Setelah menyalakan mesin dan memastikan kamu duduk dengan benar, motor hitam Eric melaju dengan kecepatan rata-rata menuju sekolahan. Kamu bersandar pada punggung cowok itu, dalam hati meminta maaf karena tidak bisa jujur sekarang.

***

"Pindah?" Lia memekik kaget.

Yeji kaget cuma sekarang dia sedang makan makaroni pedas jadi tidak bisa berlebihan, kalian pasti mengerti rasanya tersedak bumbu makaroni pedas, kan?

Setelah menelan makanan di mulutnya dengan sempurna, Yeji sedikit menggebrak meja. Entah untuk menyalurkan rasa panas di leher karena akhirnya tersedak juga, atau karena menuntut penjelasan darimu.

"Pindah gimana?" tanyanya.

"Ya... Pindah. Papa pindah tugas ke luar kota, Mama ikut. Nggak mungkin, kan, gue di sini sendiri?" jawabmu, lalu tertawa garing.

Menghadapi Yeji dan Lia saja rasanya sudah jegad-jedug, apalagi membayangkan harus mengatakan ini pada Eric. Senyum cowok itu pasti akan luntur dan lebih parahnya— bagaimana kalau Eric tidak mau LDR? Bisa-bisa hubungan kalian berakhir saat itu juga.

"Gue ngerti, sih, karena dulu waktu SD pernah pindah ikut bokap. Tapi, Y/n, lo mikirin reaksi Eric bakal gimana dengar kabar ini?" tanya Lia.

Kamu menunduk. "Karena itu gue bingung gimana ngomongnya, gue takut Eric nggak mau LDR dan malah minta putus."

"Lo terlalu negatif thinking, sih. Buat manusia sebucin Eric, mana ada niat dia lepasin lo cuma karena LDR di kota sebelah. Kalian masih bisa ketemu akhir pekan, kan?"

Kamu paham maksud Yeji, tapi justru akhir pekan adalah hari yang sulit untuk kalian pakai ketemuan. Eric punya banyak kesibukan di luar sekolah, apalagi karate dan futsal. Makanya kalian lebih sering keluar setelah pulang sekolah, saat ada waktu kosong.

Kamu juga tidak menuntut terlalu banyak waktu pada Eric. Sebaliknya, Eric yang selalu berusaha meluangkan waktu supaya bisa jalan-jalan atau sekadar teleponan lama menemanimu yang sedang nugas.

Cowok kayak dia, kamu juga nggak akan mau melepasnya dengan alasan LDR.

"Kalau kata gue, buruan bilang ke dia. Eric pasti ngerti," saran Lia. "Jangan sampai dia tau dari orang lain."

Cukup Tau - Eric Son [00L Imagine][SELESAI]✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang