Selamat membaca~
...
...
...Kamu dan sifat takutmu masih saja belum berubah, waktu terus berlalu dan tau-tau sudah hari Sabtu. Pagi-pagi sekali kamu seperti orang kebakaran jenggot karena baru ingat belum mengatakan pada Eric tentang kepindahanmu.
Setelah mandi dan menyiapkan mental, kamu mengambil ponsel di atas meja belajar, lalu duduk di sisi ranjang.
Sekarang hari Sabtu, biasanya Eric akan sibuk latihan. Tapi, apa salahnya dicoba dulu?
Nada sambung telrpon terdengar jelas di telingamu, jantungmu berdetak tidak karuan menunggu seseorang di seberang sana mengangkatnya.
"Halo?"
Kamu menghela napas lega, ternyata Eric masih memegang ponsel. Biasanya pagi-pagi seperti ini dia sudah sibuk olahraga dan akan disambung dengan latihan karate.
Sekarang saatnya memasuki tahap kedua, mengajak Eric ketemuan.
"Y/n? Ada apa?"
"Ah, itu." Kamu jadi gugup sendiri. "Bisa ketemuan nggak? Bentar aja," ucapmu lirih.
Tidak ada jawaban di seberang sana selama beberapa saat membuatmu bergerak gelisah. Kamu beranjak dan mondar-mandir di dekat kasur.
"Maaf, Y/n." Mendengar dua kata itu bahumu langsung merosot. "Hari ini aku ada latihan untuk lomba. Kamu ada perlu apa? Nanti setelah latihan aku langsung ke rumah."
Kamu duduk lagi dengan lemas, tamat sudah. Kalau bilang besok, pasti Eric akan marah karena Senin kamu sudah tidak berangkat sekolah lagi. Lagipula besok kamu akan berangkat pagi, sekarang saja sebenarnya sibuk berkemas tapi kamu malah ingin mengajak cowok itu ketemuan.
"Y/n? Kenapa? Kamu ada masalah?"
"Eh, enggak, kok!" Kamu menggeleng walau Eric tidak melihatnya. "Kalau gitu semangat latihannya, ya, maaf gangguin."
"Kamu kenapa? Bilang aja," kata Eric.
"Enggak ada apa-apa, Eric. Aku cuma... Tiba-tiba pengen telepon, hehe."
Eric diam di seberang sana, sebelum terdengar helaan napas. Dia tertawa pelan.
"Ada-ada aja. Kalau gitu, nanti aku ke rumah, ya? Kamu nggak ada janji keluar, kan?"
"Enggak, kok!" jawabmu cepat. "Oke, aku tunggu nanti sore, ya!"
"Iya."
Sambungan terputus. Kamu tidak mengharapkan salam yang romantis setiap bertemu ataupun mengobrol lewat telepon. Lagipula, kamu tidak akan terbiasa mendengarnya. Mendapat perhatian seperti ini saja sudah membuatmu bahagia.
Sekarang bagaimana?
Kamu mengusap wajah, harus segera menyiapkan kalimat yang tepat untuk menjelaskan pada Eric nanti sore.
"Sister! Lo masih hidup, kan?"
Suara ketukan pintu dan manusia di luar sana membuat perhatianmu teralih, pemilik suara itu tak lain dan tak bukan adalah Jihoon.
"Gue datang mau bantu beberes buat pindah rumah," katanya. "Kamar lo nggak kayak kapal pecah, kan?"
Kamu mendengus, lalu melangkah menuju pintu dan membukanya. Begitu pintu terbuka, sebuah kain lap langsung menabrak mukamu.
"Perawan jam segini masih diem di kamar! Pamali!" kata Jihoon, padahal belum ada jam tujuh dan sejak tadi kamu juga udah keluar bantu Mama masak.
"Ayo turun, sarapan dulu. Hari ini kita nguli." Jihoon menarik tanganmu tanpa menunggu persetujuan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Cukup Tau - Eric Son [00L Imagine][SELESAI]✔
Fanfiction[IMAGINE PROJECT] "Yang aku tahu, Eric adalah laki-laki baik dan selalu mengerti aku." Start : 25-03-24 Finish : 04-07-24 ⚠️ Imagine ⚠️ Pasangan di cerita ini murni untuk kepentingan cerita ⚠️ Apa pun yang ada di dalam cerita ini adalah hasil imajin...