Selamat membaca~..
..
..Senin pagi ini kamu belum sekolah karena Papa masih harus urus beberapa dokumen, juga sedang sibuk bolak-balik kantor untuk beberapa urusan.
Kamu memilih untuk jalan-jalan di sekitar komplek, cari udara segar. Komplek perumahan ini sepi di pagi hari, mayoritas penghuni rumahnya adalah pekerja kantoran yang sibuk dengan urusan masing-masing. Tidak ada ibu-ibu yang biasa belanja di persimpangan sambil menggossip.
Udara sangat segar, banyak tanaman baik bunga maupun pohon yang ditanam di sisi jalan. Walau tampak seperti perumahan mewah, tapi mereka tetap memerhatikan lingkungan.
Kamu hanya berjalan sampai ujung komplek dan kembali lagi, hari ini harus membantu Mama merapikan barang-barang pindahan yang kemarin belum selesai dibereskan.
Saat hendak masuk gerbang, kamu melihat bola menggelinding bebas dari arah sebuah gerbang yang terbuka sedikit. Seorang anak kecil perempuan keluar tidak lama setelah itu.
Kamu memerhatikannya, dia terlihat menggemaskan, mungkin usianya sekitar lima tahun. Kamu yang anak tunggal jujur saja ingin punya adik seimut itu.
Saat anak kecil itu hendak mengambil bola mainannya, sebuah truk pengangkut perabotan rumah mendekat dari arah kanan. Kamu langsung menghampiri anak kecil itu dan menggendongnya agar menyingkir dari tengah jalan.
Bola milik anak itu sempat kamu tendang hingga masuk kembali ke halaman melewati celah pintu gerbang.
Napas anak itu ngos-ngosan, dia shock karena gerakan tiba-tibamu. Kamu sengaja tidak berteriak dan langsung bertindak supaya dia tidak terlalu kaget, tapi tetap saja air matanya luruh setelah beberapa saat hanya diam.
"Stt, kamu udah aman. Jangan nangis, ya?" Kamu memeluknya dan menepuk punggung bocah itu pelan.
"Jihan!"
Sebuah suara terdengar dari arah gerbang, bocah itu langsung melepaskan pelukanmu dan berlari ke arah cowok yang baru keluar dari gerbang dengan setelan seragam putih-putih.
"Jihan, kenapa?" tanya cowok itu, berjongkok untuk menyejajarkan wajah dengan Adiknya— mungkin.
Jihan menggeleng masih sambil menangis, cowok itu langsung menarik Jihan ke pelukannya.
Kamu mundur, lalu berbalik hendak pergi, tapi dia menahanmu. Tidak menahan lenganmu, hanya memanggil dengan agak tidak sopan.
"Woi," panggilnya.
Kamu yang merasa tidak ada orang lain di sekitar sini, akhirnya berbalik. "Iya?"
"Makasih," katanya, kini menggendong anak perempuan itu.
"Oh, i-iya, sama-sama," jawabmu, tergagap.
"Jihan, udah berterima kasih sama Kakaknya?" tanya cowok itu pada Jihan.
Jihan turun dari gendongannya dan mendekat ke arahmu, dia menarik lengan kananmu dua kali, lalu menggerakkan tangannya.
Kamu tertegun melihat hal itu, yang dia lakukan tadi adalah berterima kasih dengan bahasa isyarat. Kamu menegakkan kepala menatap cowok tadi, dia mengangguk pelan.
Kamu berjongkok, tanganmu terulur mengusap puncak kepala bocah itu, lalu menggerakan tangan.
"Sama-sama," ucapmu diiringi gerakkan bahasa isyarat.
Kedua mata bocah perempuan itu berbinar, dia tampak senang karena kamu mengerti bahasa isyaratnya. Dulu kamu punya teman sebangku yang punya keterbatasan saat SMP, dia yang mengajarimu bahasa isyarat. Walau tidak begitu ahli, setidaknya kamu paham beberapa bahasa dasar.
KAMU SEDANG MEMBACA
Cukup Tau - Eric Son [00L Imagine][SELESAI]✔
Fanfiction[IMAGINE PROJECT] "Yang aku tahu, Eric adalah laki-laki baik dan selalu mengerti aku." Start : 25-03-24 Finish : 04-07-24 ⚠️ Imagine ⚠️ Pasangan di cerita ini murni untuk kepentingan cerita ⚠️ Apa pun yang ada di dalam cerita ini adalah hasil imajin...