35.

69 20 0
                                    

Paginya, setelah membantu Tante masak dan bersih-bersih rumah, kamu minta diantar ke rumah lama sama Jihoon. Kebetulan sekali cowok itu juga akan berangkat latihan, jadi sekalian.

Sebenarnya Jihoon sempat mengajak kamu nonton latihan, sekalian ketemu Yeji juga, tapi kamu nolak karena alasan capek. Padahal alasan terbesarnya kamu nggak mau ketemu Eric, kemungkinan besar juga ada Lia di sana.

Kamu bersih-bersih ruang tamu dan ruang tengah sambil mendengarkan musik, karena terkadang bersih-bersih adalah healing terbaik. Niatnya setelah ini kamu mau langsung ke kamar, bersih-bersih dikit, terus rebahan.

Jihoon bakalan pulang saat makan siang, kalian mau makan bakso bareng. Baru nanti sorenya dia antar kamu pulang.

Saat kamu sedang mengelap meja TV, bel rumah berbunyi. Kamu tidak langsung membukanya, berpikir sejenak. Orang-orang tahu rumah ini kosong sejak 3 bulan lalu karena sekeluarga pindah ke luar kota, jadi siapa yang datang?

"Lia?"

Lia langsung tersenyum begitu kamu membuka pintu, senyumannya tidak terlihat seperti biasa. Ada kecanggungan dalam senyum dan tatap mata itu, kamu juga merasakan hal yang sama.

"Ada apa?"

"Oh, itu. Gue denger lo lagi di kota ini jadi mau mampir."

Kamu mengangguk, lalu memersilahkan Lia masuk dan duduk di ruang tamu. Hal ini tidak seperti biasa. Dulu kamu langsung mengajak Lia ke ruang tengah untuk nonton TV atau malah main ke kamar, dengan Yeji juga begitu. Lia akan menyapa Mama bahkan membantu beberapa pekerjaan di dapur, ambil minum dan camilan, pokoknya sudah seperti rumah sendiri.

Sekarang kamu dan Lia seperti teman yang baru bertemu seminggu, terasa ada jarak di antara kalian. Lia duduk canggung di sofa panjang, sementara kamu di single sofa.

"Bentar, gue ambil minum. Tapi seadanya, ya?" Kamu berdiri.

Lia tidak melarang atau biasanya akan berkata, "Nggak perlu, gue bisa ambil sendiri." Lalu nyelonong ke dapur. Sekarang dia hanya mengangguk dan membiarkanmu pergi.

Di dapur, kamu memikirkan beberapa kemungkinan yang menjadi alasan Lia datang. Apa benar hanya berkunjung? Atau ada motif lain?

Kamu menyiapkan jus jambu yang tadi pagi sempat kamu beli, lalu membawanya ke ruang tengah. Lia masih di posisi yang sama, bahkan tidak mengeluarkan ponsel sama sekali. Biasanya dia akan berkeliling untuk melihat-lihat.

Lia yang tidak suka melihat barang tidak rapi itu kadang membenarkan barang yang terlihat miring. Kamu suka mengajak Lia ke kamar karena kerisihannya itu sangat membantumu merapikan barang-barang.

"Makasih," ucap Lia setelah kamu meletakkan segelas jus untuknya ke atas meja.

"Jadi, ada apa?"

Lia langsung menatapmu, dia seperti agak kaget mendapat pertanyaan itu. Biasanya, dia tidak butuh alasan untuk datang ke rumahmu. Kadang karena bosan di rumah, atau ya hanya ingin berkunjung tanpa tujuan. Bahkan Lia pernah datang hanya karena ingin tidur siang.

Kamu menunggu Lia menjawab, dia seperti butuh waktu berpikir. Entah ragu mengatakan niatnya, atau sedang mencari alasan agar kamu tidak mengusirnya.

Ah, memang karena apa kamu harus mengusirnya?

Tanpa sadar, tanganmu meremas celana bahan yang kamu kenakan sekarang. Entah kenapa melihat wajah Lia membuat kekesalanmu tersulut. Kamu mengatur napas, jangan sampai emosimu terlihat jelas di wajah.

"Kemarin kan lo ikut lomba, gue juga. Sayang banget nggak sempet nyapa karena gue pulang duluan, jadi sekarang mau menyapa."

"Ooh." Kamu mengangguk. "Iya, gue tau."

Cukup Tau - Eric Son [00L Imagine][SELESAI]✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang