19.

131 29 9
                                    

***

Kamu memeriksa ponsel entah sudah berapa kali sehari. Pesan yang kamu kirim untuk cowok itu pagi tadi juga masih centang satu. Sesibuk apa Eric sampai tidak sempat memegang ponselnya dan online sebentar untuk menjawab pesanmu?

"Sayang?"

Kamu menoleh cepat ke arah pintu yang diketuk, lumayan kaget karena sempat melamun. Mendengar suara Mama di balik pintu itu membuatmu menghela napas.

"Iya, bentar, Ma."

Begitu pintu terbuka, Mama menyambutmu dengan senyuman. Wanita itu memberikan segelas susu cokelat untukmu.

"Kenapa belum tidur?" tanyanya, sekarang sudah lewat pukul sepuluh malam.

"Mama tau dari mana aku belum tidur? Padahal lampunya aku matiin. Terus ini?" Kamu melirik susu cokelat itu.

Mama mengulurkan tangan mengusap rambut hitammu yang terurai setelah keramas tadi. "Mama lihat kamu murung sejak pulang tadi. Kenapa? Enggak kebagian boba?"

Mendengar pertanyaan Mama, bibirmu malah melengkung ke bawah. Hal itu membuat Mama semakin yakin kalau kamu punya masalah.

"Mau cerita sama Mama?"

Kamu paling tidak bisa menolak Mama, alhasil cerita itu mengalir begitu saja. Soal apa yang kamu alami di sekolah, juga Eric yang tidak kunjung membalas pesanmu seharian ini.

Mama tidak banyak berkomentar soal Dream Squad karena kamu hanya menceritakan bagian normalnya saja. Kalau tingkah psikopat mereka, kamu tutup rapat sesuai permintaan Jeno.

"Eric mungkin memang sibuk, kamu 'kan ngerti dia selalu serius sama apa yang lagi dia tekuni. Entah bela diri, atau futsal. Bahkan kalau lagi sama kamu aja serius banget, fokusnya di kamu doang."

"Mama.." Bibirmu mengerucut, membuat Mama terkekeh kecil.

"Sayang, hubungan jarak jauh memang sulit. Mama pernah mengalaminya dan endingnya kurang menyenangkan, dulu. Tapi bukan berarti semua akan berakhir begitu. Lihat Om sama Tante, mereka LDR lamaa banget beda negara. Tapi tau-tau udah ada Jihoon 'kan? Om tetap kembali ke Tante karena Tante adalah rumahnya. Kamu paham sekarang?"

"Tapi, Ma..." Kamu memeluk boneka boba ungu pemberian Eric saat itu. "Aku cuma takut Eric berpaling."

"Kenapa kamu berpikir begitu?"

"Karena..." Perhatianmu teralih ke jendela yang tirainya belum kamu tutup, gelapnya langit malam membuatmu teringat kejadian tadi. Saat kamu dan Jeno pulang bersama. "Y/n kesulitan jauh sama Eric, Ma."

"Sayang," panggil Mama, membuatmu menatapnya. "Kamu tertarik pada seseorang di sini?"

Pertanyaan Mama membuatmu tersentak, tapi tidak ada jawaban yang keluar. Kamu menunduk, lalu menggeleng pelan. Kalau begini, kamu merasa jadi orang jahat. Entah kenapa kamu semakin merindukan Eric, senyum dan tatapan cowok itu sangat kamu butuhkan sekarang.

Berlebihan? Iya. Kamu yang love language-nya quality time dan physical touch sangat tersiksa di hubungan jarak jauh seperti ini.

"Minggu depan Mama ada janji sama Mamanya Lia, kamu mau ikut?"

"Iya?" Matamu melebar, tertarik dengan penawaran Mama.

Wanita itu tersenyum dan mengangguk yang membuatmu langsung menjawab dengan anggukkan semangat.

"Mauu banget!"

"Kalau begitu sekarang tidur, besok jadi ikut ke pasar?"

"Jadi, dong!"

Cukup Tau - Eric Son [00L Imagine][SELESAI]✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang