11.

127 37 0
                                    

Selamat membaca~

***

"Jangan ngelamun, nanti kesambet."

Kamu menoleh, sosok Jeno sedang mendekat padamu yang kini duduk di salah satu kursi ruang seni rupa, menunggu Renjun yang katanya akan menyampaikan informasi mengenai lomba.

Kamu benar-benar langsung diterima tanpa mengisi formulir dan test, bahkan langsung masuk ke anggota tim lomba seni rupa yang akan diadakan bulan depan.

Entah ini harus disebut keberuntungan atau kesialan. Baru gabung, belum apa-apa, langsung ikut lomba mewakili sekolah.

"Enggak," jawabmu.

Jeno menarik kursi dan duduk di sana, sekitar dua meter darimu. Dengan jarak ini kamu bahkan masih menggeser kursi untuk memberi jarak lagi.

Kalian hanya berdua di ruangan ini. Walau pintu dibiarkan terbuka dan kondisi ruangan yang terang, tetap saja rasanya kurang pantas jika dilihat orang lain.

"Soal yang dibilang mereka tadi...." Kamu ragu harus bertanya atau tidak, tapi terlanjur penasaran.

"Soal apa?"

"Dream squad," sebutmu. "Itu.... Geng motor?"

Jeno tidak langsung menjawab, membuatmu meneguk saliva, takut. Apa cowok itu marah?

Tapi kemudian, dia malah tertawa.

"Lo percaya omongan mereka kalau gue ketua geng?" tanyanya, masih lanjut tertawa puas.

Seolah sedang menertawai kebingunganmu.

"Bukan?"

"Bukan. Udah gue bilang kan cuma kumpulan teman-teman gue. Kalau lo nggak percaya, anggap aja omongan Haechan benar. Kumpulan anak-anak ganteng."

Kamu mendelik. Sejujurnya cowok percaya diri seperti Jeno ini bukan pertama kali kamu temui. Bukankah kamu hidup 17 tahun berdampingan dengan si tengil Jihoon? Tapi rasanya masih aneh dan mengherankan, pasalnya dengan wajah garang dan rahang tegas, serta sorot mata tajam, agak bertolak belakang jika kepribadian Jeno itu tengil dan over percaya diri seperti ini.

"Lagi bahas apa? Serius amat?" Seseorang muncul memecah ketegangan yang hanya dirasakan olehmu. "Lo?"

Cowok ganteng di lorong saat itu!

Dia menatapmu dan Jeno bergantian. "Kalian kenal?"

"Iya," jawab Jeno langsung. "Ngapain ke sini? Ketos biasanya sibuk."

Kamu menatap ke arah Jeno, raut wajah cowok itu berubah dingin. Tidak seperti saat mengobrol denganmu tadi.

"Ada urusan sama Renjun, katanya juga dia mau kenalin anggota baru klub gambar." Cowok itu beralih menatapmu. "Jangan bilang orangnya lo?"

Kamu terkesiap dan sempat salting beberapa saat, sampai akhirnya pandanganmu yang mengedar ke sembarang arah bertemu dengan mata cokelat gelap milik Jeno.

"I-iya," jawabmu, gugup.

Jeno memutar bola matanya. "Udah gitu doang? Sana pergi, ganggu aja lo."

Cowok itu tertawa. "Lagi kencan, ya? Bilang, dong!"

Kamu buka mulut hendak mengelak, tapi cowok yang belum kamu tau namanya itu tiba-tiba mengambil ponsel dan mulai menelpon. Dia pergi dari ruangan ini setelah menepuk pundak Jeno sekali.

Kamu menatap punggungnya yang semakin menjauh, tidak bisa diungkapkan dengan kata. Dia ganteng, manis, tinggi, ketua OS—

"Pelototin aja sampai copot itu mata."

Cukup Tau - Eric Son [00L Imagine][SELESAI]✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang