36.

78 22 2
                                    

Padahal hari ini kamu tidak sedang ulang tahun, tapi entah kenapa banyak kejutan yang kamu dapat sejak pagi. Mulai dari Lia yang tiba-tiba datang ke rumah, Jeno yang tidak ikut pulang bersama rombongan dan malah berada di Rumah Sakit, dan sekarang....

Kamu duduk di kursi tunggu, operasi masih berlangsung. Sejak jawaban yang diberikan Eric tadi, kamu memilih diam tanpa bertanya lebih lanjut walau pikiranmu sangat berisik.

Di sampingmu ada Jeno yang juga tidak bicara, sementara Eric di kursi seberang bersama pacarnya— mungkin.

Kamu benar-benar tidak peduli mereka sudah pacaran atau tidak. Tapi, walau sekarang mereka hanya duduk bersebelahan, kamu bisa melihat dengan jelas tatapan khawatir Lia yang diberikan pada mantan pacarmu itu.

"Siapa yang ngasih tau kalau gue di sini?" tanya Jeno setelah cukup lama diam.

"Haechan."

Jeno berdecak. "Dasar."

"Kenapa? Lo nggak mau gue datang dan tau semua ini?"

"Cepat atau lambat lo juga bakal tau."

"Y/n."

Kamu mengalihkan perhatian pada Eric yang tiba-tiba berdiri, cowok itu melangkah padamu.

"Gue mau bicara."

"Apa?"

Eric sempat melirik Jeno sebelum menjawab, "Nggak di sini."

Kamu tidak langsung berdiri, secara reflek melirik pada Jeno yang juga sedang melirikmu. Walau hanya tatapan, kamu lihat Jeno seperti mengatakan turuti saja apa yang diminta Eric. Apa kamu seperti sedang meminta izin padanya?

Kamu berdiri, lalu mengikuti Eric yang berjalan duluan. Kalian keluar melewati lobi utama Rumah Sakit, berbelok ke kanan dan sampai ke tempat parkir mobil.

"Masuk," katanya, berdiri di samping mobil warna hitam. Kamu tahu itu mobil milik Bunda-nya Eric.

Kamu menurut, masuk dan duduk di kursi samping kemudi. Sementara Eric yang sebelumnya membukakan pintu langsung memutar dan duduk di kursi kemudi.

Cowok itu tidak langsung bicara, hanya duduk diam memandang lurus ke depan. Padahal di depan sana hanya ada mobil-mobil lain.

Setelah cukup lama, dia menghela napas. Cowok itu menoleh padamu yang membuatmu melakukan hal yang sama. Tiba-tiba saja Eric bergerak maju, lalu meraih lenganmu dan sekali tarik membuatmu berada dalam pelukannya.

Kamu yang kaget tidak sempat menolak atau memberontak, justru diam membiarkannya meletakkan dagu pada pundakmu. Cowok itu menuduk, menumpu dahinya, seperti sangat lelah dan berat.

"Sebentar," bisik Eric, suaranya berat dan serak. "Biar gini dulu sebentar."

Kamu tidak merespons, hanya diam mematung, bahkan tidak menggerakkan tangan untuk membalas rengkuhannya atau mendorongnya menjauh.

Kamu merasakan sesuatu yang sulit dijelaskan, ada perih dan sesak, tapi juga rindu secara bersamaan.

Dulu Eric melakukan ini ketika merasa sangat lelah dengan hari-harinya yang padat. Selain menjadi siswa pada umumnya, tanggung jawab di futsal dan karate, Eric juga harus menjaga Bunda yang sering sakit.

Eric memang tidak dituntut harus bekerja untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari, tapi tetap saja terkadang dia ingin menikmati satu hari tanpa tuntutan apapun baik di sekolah maupun di rumah.

Walau begitu, kamu tidak pernah mendengar Eric mengeluh. Dia hanya akan memelukmu, bersandar padamu, dan diam.

Bayangan lain tiba-tiba muncul di benakmu, itu adalah saat pertama kali kamu melihat Eric bersama Lia. Saat kamu ikut Mama ke rumah Lia dan Eric mengantarnya pulang setelah jalan-jalan.

Cukup Tau - Eric Son [00L Imagine][SELESAI]✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang