17.

161 32 0
                                    

"Jangan ngelamun."

Kamu mengerjap, hampir saja menabrak  lemari milik perpustakaan yang memang sedang dikeluarkan karena ruangan itu dibersihkan.

"Oh, terima kasih, Kak," ucapmu setelah melihat badge cowok itu, kelas 12.

"Kembali. Lo Y/n? Anak baru itu?"

Kamu kaget mendengarnya. "Kakak kok tau?"

Dia malah tertawa kecil. "Tau aja."

Bukan tanpa alasan kamu bingung. Kamu bukan anak baru yang menarik perhatian dari segi mana pun sampai Kakak kelas harus mengetahui keberadaanmu di sekolah ini. Dan ini adalah pertemuan pertama kalian, apa si Kakak kelas ini pernah melihatmu di suatu tempat?

"Yeonjun!"

Cowok itu menoleh mendengar sebuah nama diserukan, mungkin namanya.

Kamu ikut menoleh karena suaranya tidak asing. Benar saja, Mia.

"Lo?" Mia mengernyit menatapmu tidak suka. "Lo ngapain di sini? Godain sepupu gue?"

"E-eh? Enggak, kok!" elakmu. Bahkan baru tahu kalau Kakak kelas tanpa nametag ini adalah sepupu Mia.

"Enggak puas dekat-dekat sama Jeno, sepupu gue mau lo ambil juga? Ganjen banget jadi cewek."

"Mia." Yeonjun menegurnya. "Ada perlu apa?"

Mia merengut. "Nggak jadi." Cewek itu menghentakkan kaki kesal, lalu pergi sambil menggerutu.

Dasar nggak jelas.

Kamu yang semula memerhatikan kepergian Mia, kembali menatap Yeonjun karena cowok itu tertawa pelan.

"Kalau menyangkut Jeno, Mia memang begitu. Lo makhlumin aja, ya?"

"Oh ya, ngomong-ngomong gue Yeonjun. Kelas XII IPA 3. Seperti yang lo dengar, gue sepupuan sama Mia."

"I-iya, salam kenal, Kak."

Cowok itu mengangguk. "Mau ke kelas?"

"Iya."

"Ayo bareng."

"Eh, enggak perlu, Kak, gue—" Kalimatmu terpotong saat melihat siapa yang baru keluar dari ruangan di samping perpustakaan, kantor OSIS. "Iya, ayo bareng."

Yeonjun tertawa lagi mendengar jawabanmu yang tiba-tiba berubah. "Ayo."

Kamu langsung berbalik, berjalan di samping Yeonjun tanpa menoleh ke belakang lagi. Terlalu takut untuk bertemu tatap dengan si Ketua OSIS.

***

"Pulang sama gue."

"Aw!" Kamu reflek meringis karena seseorang tiba-tiba mencekal lenganmu yang masih merah-merah karena kejadian tadi pagi.

Cowok itu langsung menarik tangannya. "Sorry."

Kamu mengangguk pelan sambil mengusap pergelangan tangan yang perih lagi, cowok yang tak lain adalah Jeno itu kembali meraih tanganmu, lalu memerhatikannya beberapa saat.

"Belum lo obatin?"

Kamu menggeleng. "Cuma gini doang enggak luka parah. Lecet-lecetnya besok juga kering," jawabmu.

Setelah itu Jeno tidak lagi bertanya, kamu bersyukur karena memang sedang tidak ingin banyak bicara. Sambil mengusap tanganmu yang masih merah karena kejadian tadi, pikiranmu terus mengarah pada penjelasan Jeno mengenai Jaemin. Walau sudah tahu dan paham, entah kenapa kamu masih takut pada cowok itu.

"Awas."

Kamu kaget Jeno tiba-tiba meraih tangan kananmu dan menarikmu mendekat sampai menubruk dada bidangnya. Kamu menahan napas begitu aroma parfum Jeno tercium sangat jelas.

Cukup Tau - Eric Son [00L Imagine][SELESAI]✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang