Selamat membaca~
...
...
...Setelah Eric pamit pulang, kamu langsung masuk rumah karena dia melarangmu mengantar sampai gerbang. Katanya dingin, besok kamu ada perjalanan jauh, jangan sakit.
Kamu tidak bisa menyembunyikan senyum dan rasa bahagia. Walaupun besok harus mulai pindah dan mungkin tidak bisa bertemu Eric karena cowok itu harus latihan, kamu sudah merasa pertemuan malam ini lebih dari cukup.
Perasaan tidak nyaman yang kamu rasakan tadi langsung hilang, diusir jauh-jauh oleh Eric. Apalagi mendengar perkataanya soal hubungan jarak jauh, kamu yang semula ragu dan takut jadi yakin, Eric pasti bisa menjaga ucapannya. Dia tidak akan pernah membohongimu.
"Bahagia banget kayaknya," sambut Mama yang duduk di ruang tengah sambil menonton TV.
Kamu menghampiri Mama, duduk di samping wanita itu dan memeluknya dari samping. Tidak bisa menampik karena yang dikatakan Mama memang benar.
"Eric sweet banget, Ma," katamu.
Mama tersenyum, tangannya mengusap puncak kepalamu. "Mama senang kalau kamu bahagia dengan dia, cowok yang kamu pilih. Dia selalu baik dan berusaha kasih yang terbaik buat kamu, jadi kamu harus melakukan hal yang sama, ya?"
Kamu menarik diri untuk menatap Mama.
"Setelah ini kalian akan hubungan jarak jauh, menjaga kepercayaan itu nggak mudah, lebih sulit dari mendapatkan kepercayaan seseorang. Kalian harus saling percaya, itu kunci dari sebuah hubungan agar bisa bertahan lama."
Kamu mengangguk, Eric juga berkata seperti itu. Kamu memang sudah berjanji untuk menjaga kepercayaan Eric walau nanti kalian akan terpisah jarak.
"Ya udah. Kamu istirahat sana, besok berangkat pagi," kata Mama.
"Papa belum pulang?" tanyamu.
"Besok Papa mau urus sesuatu di kantor dulu, jadi kita lihat rumah baru duluan nanti Papa nyusul."
Kamu beranjak dan mencium pipi Mama. "Selamat malam, Ma!"
"Iya, selamat malam. Mimpi indah, Princess-nya Mama."
Kamu melangkah riang menuju kamar sambil memeluk boba doll dari Eric. Mungkin malam ini kamu akan mimpi indah karena mendapat teman baru.
***
"Y/n, masih molor ya lo?"
Kamu yang sedang menyisir rambut hanya memutar bola mata malas mendengar suara Jihoon di luar sana.
"Lo nggak lupa hari ini mau pindahan, kan?"
"Iyaaa," jawabmu akhirnya. "Gue lagi siap-siap. Sana, lo mending bantuin Mama."
"Dih, ngatur-ngatur. Lo sendiri ngapain nggak keluar-keluar? Nggak bantuin Mama lo?"
"Sok tau, lo! Gue udah bantu Mama dari subuh, tau!"
"Iye, iye, santai. Buruan keluar, kata Tante suruh sarapan. Jangan ngurung mulu kayak perawan lagi dipingit."
"Berisik!"
Terdengar langkah kaki menjauh, kamu menghela napas, akhirnya cowok berisik itu pergi juga. Jihoon memang cocok jadi alarm bangun tidur untuk kamu yang kadang susah bangun, tapi lama-lama nyebelin juga.
Dulu kamu pernah serumah sama Jihoon, waktu Papa belum beli rumah ini, kalian masih tinggal di rumah Nenek karena rumah Jihoon yang sekarang masih proses pembangunan kala itu.
Tiap pagi, kamu yang selalu bangun akhir pasti jadi korban kegaduhan Jihoon di pagi hari. Dia sampai pernah minta bantuan Tongtong, kucing jantan tukang ribut milik tetangga yang suka mampir ke rumah Nenek karena selalu dapat makanan enak.
KAMU SEDANG MEMBACA
Cukup Tau - Eric Son [00L Imagine][SELESAI]✔
Fanfiction[IMAGINE PROJECT] "Yang aku tahu, Eric adalah laki-laki baik dan selalu mengerti aku." Start : 25-03-24 Finish : 04-07-24 ⚠️ Imagine ⚠️ Pasangan di cerita ini murni untuk kepentingan cerita ⚠️ Apa pun yang ada di dalam cerita ini adalah hasil imajin...