33.

89 21 0
                                    

Ada sekitar 25 anak yang mengikuti lomba, kalian naik bus mini milik sekolah dan menempuh perjalanan selama 2 jam. Begitu sampai, kalian diarahkan ke kamar masing-masing dan harus berkumpul dalam 1 jam untuk makan malam.

Di kamar ini kamu bersama dengan dua anak yang akan mengikuti lomba vocal, namanya Hana dan Rachel. Mereka baik dan mengajakmu ngobrol lebih dulu.

"Y/n, ayo turun, makan malam," ajak Hana.

"Iyaa." Kamu baru selesai membersihkan muka yang rasanya sangat berat karena debu di perjalanan.

"Wow, gue baru sadar kalau bulu mata lo asli," kata Rachel. Ah, pembahasan perihal bulu mata ini selalu sala terjadi setiap kamu bertemu dengan orang baru. Tapi tidak masalah, dengan ini kalian jadi banyak topik obrolan.

Kalian turun dan bergabung makan malam dengan yang lain, kebanyakan sudah akrab walau tidak satu kelas, kamu juga berkenalan dengan beberapa anak dari cabang lomba lain berkat Rachel dan Hana.

"Kami mau kumpul dulu sama pembina, lo langsung aja ke kamar," kata Hana.

"Iya."

Hana dan Rachel pergi bersama dengan anak-anak vocal yang lain, sementara kamu sebenarnya belum ada niatan untuk kembali ke kamar. Kamu berjalan menuju lobi, ingin keluar mencari udara segar.

"Emang boleh berkeliaran sendiri di tempat asing begini?" tanya seseorang, yang membuatmu langsung memutar bola mata.

"Gue lahir dan besar di kota ini, Chan," balasmu, cowok yang tak lain adalah Haechan itu justru tertawa.

"Lo nyangka nggak kalau gue bakal ikut lomba?" tanya Haechan.

"Gue bahkan baru tau kalau lombanya bukan cuma gambar tuh seminggu lalu," jawabmu. Kalian keluar lobi dan langsung disambut dengan udara dingin ibu kota.

"Di sini udaranya dingin, tapi engap gitu, bukan yang seger."

"Iya karena udaranya kena polusi," jawabmu. "Lo kenapa keluar?"

"Mau nemenin Princess jalan-jalan."

"Please, deh."

Haechan tertawa lagi, lalu kalian berjalan dalam diam. Langkah itu membawa kalian ke bagian samping hotel, pada taman yang tidak terlalu ramai.

"Mau duduk di sana?" tawar Haechan, kamu mengangguk menyetujuinya.

Kalian duduk di kursi panjang, berjarak cukup jauh walau di kursi yang sama. Haechan mendongak menatap langit, seperti mencari sesuatu.

"Lo nggak akan nemu bintang di langit kota ini, ketutup asap," jelasmu.

Haechan memutar kepala, menatapmu. "Wah, salah. Sekarang gue lagi lihat bintang."

Sungguh, rasanya telingamu sangat kebal mendengar kata-kata seperti itu dari mulut Haechan. Kamu bahkan sulit membedakan apa cowok itu serius atau sedang bercanda.

Dia tertawa garing karena kamu tidak memberi respons yang diharapkan. "Nggak mempan ternyata, hati lo beku setelah putus ya?"

"Sorry, nggak ada tenaga buat bahas itu."

"Gue juga nggak berniat ngungkit masa lalu, sih. Tapi, Y/n, sekarang lo ada di kota yang sama kayak dia. Kalau semisal nih kalian tiba-tiba ketemu, lo bakal apa?"

Kamu tidak langsung menjawab pertanyaan Haechan walau sebenarnya sudah memikirkan itu bahkan sejak lama. Kalau masih pacaran, jelas saja kamu akan mencuri kesempatan untuk bertemu dengan Eric. Tapi sekarang... entahlah.

"Lo tau? Gue sempat ngerasa kalau kalian putus karena gue. Atau emang iya?"

"Chan, ini nggak ada hubungannya sama lo. Gue sama dia emang lagi ada masalah dan kebetulan... kalian terseret."

Cukup Tau - Eric Son [00L Imagine][SELESAI]✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang