War/karambol?

8.9K 945 45
                                    

Awas!!

Banyak typo jalan²!!!
°
°
°

Gadis dengan rambut sebahu itu kini sedang berada di balkon kamarnya. Di tangannya ada secangkir cokelat hangat yang sesekali ia sedap sambil menikmati udara malam.

Walaupun tubuhnya berada di sana, tetapi pikirannya mengelana tak tentu arah. Sejujurnya masih ada yang mengganggunya, yaitu perihal dirinya yang entah mengapa masih menempati tubuh Aletta.

Selama ini pula ia tidak pernah mengalami sesuatu seperti yang di alami oleh gadis itu. Di sekolah, Aletta selalu dirundung dan di hina, seharusnya ia pun mengalami hal yang sama, kan? Secara ini hanya jiwanya yang berbeda, bukan tubuhnya, lantas apa yang sebenarnya terjadi? Pun, Aletta juga tidak pernah menemuinya setelah kakak beserta adiknya tahu perihal apa yang sebenarnya terjadi. Lalu, gunanya dia masih berada di sana apa? Ah, memikirkan semua itu, membuat kepalanya pusing saja.

"Huft!! Ini gimana, sih? Gue bingung. Mana Aletta nggak pernah nongol, atau ngasih tahu sesuatu," gerutu Edrea dengan kesal seraya menatap langit yang penuh dengan bintang.

Setelah perang dengan pikirannya sendiri, Edrea pun memilih untuk masuk ke kamar dan tak lupa pula menutup pintu balkon, membaringkan tubuhnya di atas ranjang.

Tak berselang lama, dengkuran halus pun mulai terdengar, pertanda bahwa Edrea sudah menjelajah ke alam mimpi.

⋇⋆✦⋆⋇ 

Di koridor Rumah sakit. Seorang pemuda dengan tatapan datar dan juga dingin tengah berjalan santai. Tangannya di masukkan kedalam kantong celana pun menambah kesan cool bagi siapa pun yang melihatnya.

Raut wajahnya begitu mengintimidasi membuat siapa saja bergidik ngeri. Tanpa menghiraukan berbagai macam tatapan yang tertuju padanya, laki-laki itu terus jalan menuju lift lalu masuk dan menekan angka tiga.


Pintu lift kembali terbuka pertanda bahwa sudah sampai di lantai tiga. Laki-laki itu pun segera bergegas menuju salah satu ruangan yang berada di sana.

Dengan penuh ke hati-hatian, ia membuka pintu tersebut agar tidak menimbulkan suara gaduh, begitu pun cara menutupnya.

Ia berjalan menuju brankar yang disana terbaring gadis cantik dengan kulit yang sedikit memucat. Laki-laki tersebut duduk di kursi sebelah brankar dan memegang tangan mungil gadis itu.

Dengan menghela nafas dalam. "Lo kapan sadarnya? Gue kangen becanda sama lo, main sama lo, war sama anak-anak lain, nongkrong bareng sama lo, intinya gue kangen semuanya tentang diri lo," ucapnya dengan lirih.

"Oh, ya. Gue mau cerita sesuatu sama lo. Adik dari sahabat gue yang dulunya cupu sekarang kelakuannya persis banget kaya lo, petakilan dan nggak bisa anteng. Setiap gue ngeliat dia pasti jadi keinget sama lo. Tapi, lo aja malah lagi tiduran. Mana tidurnya lama banget lagi," sambungnya dengan lesu.

Ceklek
Suara pintu terbuka, masuklah sosok lelaki yang lebih dewasa di banding dengan dirinya.

"Udah dateng lo?" tanya pria dewasa itu dengan bodohnya, membuat laki-laki itu berdecak malas.

"Lo nggak liat, Bang?" balasnya dengan ketus.

Yang di panggil abang pun hanya terkekeh geli. "Iya, lo mah emang nggak bisa di ajak becanda," kata pria itu memaklumi sifat laki-laki yang berada di sampingnya ini.

 EDREA TRANSMIGRASION Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang