Awas!!
Banyak typo jalan²!!!
°
°
°Edrea sudah berada di ruang rawat biasa. Sedari tadi, Alka tidak pernah mau jauh dari kakak perempuannya itu. Sehingga, cowok yang memakai hoodie berwarna pink itu selalu memeluk Edrea dengan hati-hati, karena luka jahitan yang berada di perutnya masih basah.
"Nggak kasihan sama kakak kamu?" Rena bertanya seraya menunjuk Edrea. "Dia 'kan baru sadar, kamunya udah nempel terus kaya perangko," sambungnya.
Alka mencebikkan bibirnya kesal membuat semuanya terkekeh gemas. "Aku 'kan kangen sama kak Atta," ucapnya dengan lirih.
"Nggak papa, kok, Bun. Lagian aku udah sehat," kata Edrea seraya mengelus puncak kepala milik adiknya itu.
"Kak Atta aja ngebolehin, kok, Bunda yang repot," ucap Alka seraya tersenyum mengejek ke arah Rena.
"Nggak boleh gitu. Minta maaf sama Bunda," ujar Edrea seraya memasang wajah bak orang marah.
"Nah, loh. Ayo minta maaf sama Bunda," ucap Rena seraya terkekeh geli.
Dengan ogah-ogahan Alka melakukan apa yang di perintah oleh kakaknya. "Alka minta maaf Bunda," ucapnya dengan malas.
"Yang ikhlas dong," celetuk Edrea.
"Alka minta maaf, Bundaku tercinta," ulang Alka seraya tersenyum dengan paksa.
"Iya, Bunda maafin," balas Rena seraya tersenyum hangat.
"Bun. Yang lain mana? Kok, cuma Bunda doang yang disini," tanya Edrea selepas melihat sekeliling ruangan yang ternyata hanya ada mereka bertiga saja.
"Kalau kakak kamu lagi ke pemakamannya Elsa, terus Bapak sama ibu di ruang rawat kamu. Dan Ayah kamu lagi ada urusan mendadak di kantor," jawab Rena seraya mengupas apel.
Edrea hanya mengangguk. "Emang kenapa sama tubuh aku?" Gadis itu bertanya kembali sambil memakan apel yang di suapi oleh Alka.
"Tadi sempat kejang-kejang, untungnya kamu masih nggak papa," jawab Rena kembali.
"Jangan-jangan waktu gue lagi berantem sama makhluk jelek itu ngaruh ke tubuh asli gue," ucap batin Edrea.
"Aku mau ke rumah Elsa dong, Bun," kata Edrea meminta persetujuan.
"Nggak/Nggak boleh," balas Rena dan juga Alka secara bersamaan.
Gadis itu hanya mengerutkan dahinya bingung. "Loh, kenapa nggak boleh? Aku udah sehat, kok," ucapnya seraya mengangkat tangannya yang terdapat luka jahitan dan berhasil membuat dirinya mendesis sakit.
"Kakak nggak papa?" tanya Alka dengan penuh rasa khawatir.
Gadis itu hanya menggeleng singkat.
"Nah, kan, kamu itu belum sehat Atta," ucap Rena dengan penuh penekanan.
"Kak Atta, itu tangan kakak berdarah lagi," ucap Alka dengan panik seraya menunjuk ke arah tangan yang terdapat perban yang sudah memerah akibat darah yang merembes keluar.
Rena langsung sigap memencet tombol yang terletak di samping brankar. "Kamu, sih!" cetusnya.
Edrea pun hanya tersenyum. "Loh, kok, aku sih, Bun," ucapnya seraya menunjuk diri sendiri.

KAMU SEDANG MEMBACA
EDREA TRANSMIGRASION
FantasíaSUDAH TERBIT! Part masih lengkap!! Kalian bisa dptkan novelnya di firazmedia publisher Perpindahan jiwa? Itu terdengar sangat mustahil. Tapi itu terjadi kepada seorang gadis yang tiba-tiba saja jiwanya berada di raga gadis yang tidak ia kenali sama...