Sosok bernama Aina

8.3K 955 23
                                    


Banyak nih yang jadi silent readers, oh ayolah cuma neken bintang doang gada ruginya kali.

Tapi santai aja dah klo sama gue mah.

Awas!!
Banyak typo jalan²!!!
°
°
°

Pertandingan bermain karambol di menangkan oleh black eagle. Yudis pun sepakat untuk tidak bikin ulah dan mencari masalah. Kedua gangster tersebut juga sepakat untuk berdamai dan saling membantu jika sedang dalam kesulitan.

Yudis and the geng sudah pergi sejak lima belas menit yang lalu. Sekarang tinggal lah Edrea bersama kelima anggota inti saja.

Mereka masih tetap disana dan juga posisi yang sedang tiduran diatas rerumputan. Langit sudah berwarna jingga, matahari pun sudah mulai tenggelam. Namun, mereka masih enggan beranjak dari sana.

Dengan keadaan yang hening, mereka menatap langit yang begitu cantik, dan juga sibuk dengan pikiran masing-masing.

Namun tiba-tiba saja udara terasa begitu dingin. Edrea pun menegakkan tubuhnya dan mengamati sekitar. Membuat kelima sahabatnya itu mengerutkan dahinya bingung. Gadis itu sudah sadar semenjak Yudis dan lainnya pergi, dirinya seperti sedang di perhatikan oleh seseorang.

Ia terus menelisik ke semua penjuru, dan satu objek yang menjadi daya tarik tersendiri. Yaitu, dimana disana ada satu pohon yang lumayan besar dan juga tinggi, terdapat sosok makhluk dengan tubuh penuh bulu yang begitu lebat, kukunya panjang, matanya melotot tajam, taringnya yang begitu runcing dan terakhir, lidah panjangnya yang menjuntai sampai dada.

Mata Edrea dan juga makhluk tersebut bertubrukan, dada Edrea bergemuruh dan jantungnya berdetak dengan begitu cepat.

Dengan cepat, Edrea pun memutuskan pandangannya dengan makhluk tersebut.

"Guys, pulang!! Disini udah nggak aman," ujar Edrea dengan penuh perintah.

"Ada apa, Ta?" tanya Laras penasaran.

"Udah ayok, pulang aja. Mau maghrib ini," jawab Edrea dengan tergesa-gesa.

"Ya, sudah," kata Laras menyetujui.

Mereka segera pergi meninggalkan tempat itu, dan kembali ke rumah masing-masing.

Sedangkan sosok yang di maksud oleh Edrea tengah bingung dan penuh tanda tanya.

"Yee, si Eneng, gue udah lihatin dari tadi sekalinya lihat malah kabur. Segitu seremnya, kah, gue? Padahal cuma mau kenalan, hiksrott," monolog sosok itu dengan dramatis.

"Lo jelek makanya dia kabur!" celetuk poci yang sedari tadi memang sudah ada di sana.

Membuat sosok itu melotot tajam, sedangkan si poci sudah menghilang entah kemana.

°
°
Malam harinya, tubuh Edrea menggigil hebat, keringat dingin terus mengalir dari dahinya, dan membuat satu keluarga itu panik seketika.

Setelah sholat maghrib berjamaah tadi. Gadis itu masih baik-baik saja. Tetapi, entah kenapa tadi sewaktu Alka ingin menemui Edrea di kamar, ternyata kakaknya itu sudah menggigil kedinginan.

Alhasil, Alka pun langsung memanggil kedua orang tuanya untuk memanggilkan dokter Zeon agar Edrea segera di periksa.

Sekarang Zeon telah selesai memeriksa keadaan gadis itu.
"Hm, dasar! Masih sama kaya dulu dan tidak berubah," ucap batin Zeon sembari tersenyum misterius.

 EDREA TRANSMIGRASION Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang