Terlelap dengan nyenyak di atas ranjang, disapu semilir sejuk AC yang menyala di pojok ruangan, bangun dengan gemerlap yang menyilaukan mata, semua itu satu hal sempurna. Namun, ada lagi.
Ada lagi yang dapat disebut out of the world sempurnanya.
"Pagi," suara setengah serak itu menyapa lembut.
Gulf mendapati dirinya di sofa. Seperti semalam. Televisi menyala, belum istirahat dari malam tadi ketika ia memutuskan untuk mengalihkan berisik pasangannya dengan kucing dan tikus yang tak hentinya bertengkar.
Seperti tadi malam, tirai lebar yang mengelilingi ruangan terbuka itu masih tertutup, sekalipun iya— cahaya usil tetap menyelip di antaranya.
Seperti tadi malam, cangkir-cangkir coklat panas tiga-perempat kosong mereka masih ada di meja.
Seperti tadi malam, sebuah kertas memo dengan noda tumpahan coklat dengan tanda tangan kacau dan janji manis layaknya bocah.
Seperti tadi malam, Gulf masih berada dalam pelukan Mew. Berbalut selimut kelabu yang tidak dapat menutup tubuh jangkung mereka sepenuhnya.
"Gimana tidurmu semalam, Kanawut?" Laki-laki itu matanya tak lepas dari yang masih berusaha mengumpulkan nyawa dalam peluknya. Mengulum senyum, mengusap rambut, alangkah manis perlakuannya pagi itu.
"Nyenyak—" Gulf menguap. "Nyenyak, Mas."
Mas dan Kanawut. Kanawut dan Mas.
Lucu.
Sama halnya dengan yang tertulis dalam memo berantakan itu tadi malam.
"Good to know."
Pagi damai mereka disambut dengan wangi masakan dari lantai bawah. Asisten rumah tangga Mew sudah siap dengan masakan rutin yang dibuatnya tiap bulan. Bubur ayam komplet, sesuatu yang tepat untuk mengawali minggu pagi.
Dari dalam kamar mandi, dekat pintu bilik utama, wangi harum itu masih tercium di hidung keduanya. Di hidung pasangan yang tengah bersebelahan, menggosok gigi mereka dengan baju tidur lengkap.
"Kanawut," Mew memanggil, tidak terdengar begitu jelas sebab sikat gigi berwarna biru muda itu enggan meninggalkan rongga mulutnya.
"Hm?"
Tak basa-basi seperti biasanya, ia langsung bertanya, "Hari ini ada rencana? Atau janji?"
Gulf berkumur-kumur, mengeluarkan sisa busa pasta gigi dari mulutnya ke wastafel sembari menggeleng. "Aku free hari ini."
Senyum dari telinga ke telinga langsung terpampang di wajah Mew. Ia ikut melakukan yang sama dengan Gulf dan lantas mengeringkan wajahnya.
"Kanawut, aku tadi nonton ramalan cuaca."
Sosok yang masih clueless itu menatap Mew bingung dan penuh tanya. "Ada apa dengan ramalan cuaca?" tanya Gulf.
"Hari ini cerah." Diraih tangan Gulf olehnya, digenggam longgar namun didekatkan pada tubuhnya. "Sedikit berawan memang, tapi cerah."
Seperti deja vu, tapi bukan. Gulf masih ingat kalimat ini. Sama seperti kala itu. Diucapkan Mew di pagi hari setelah pernikahan mereka.
"Jalan-jalan sama aku yuk? Pergi ke mall atau sekedar memutari kota, kita balik sebelum matahari terbenam."
Mata mereka bertatapan sejenak sebelum Gulf tertawa renyah. "Makan malan pakai penyetan juga?"
"Kalau mau kenapa nggak?"
Mereka tertawa bersama, menumpahkan kebahagiaan seperti halnya air di kolam ikan yang mulai meluap.
"Jangan belikan aku mawar lagi tapi," canda Gulf, mata mereka masih bertemu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Unbonded. || MewGulf
FanfictionPernikahan tanpa cinta, akankah berakhir bahagia? * * * Walau terlihat kokoh, punggung itu sebenarnya rapuh. Dan walau terlihat tegas, nyatanya ia tidak lebih dari manusia lemah yang berlindung dibalik segala pedihnya hidup yang ia rasakan. Masa lal...