Ryujin dibuat bingung dengan perilaku papanya seminggu terakhir. Papanya lebih sering membawa pekerjaan kantornya ke rumah dan hanya pergi ke kantor sesekali. Kadang pria itu menghadiri meeting hanya lewat zoom saja. Menurut ryujin, papanya juga tampak lebih diam dan sering melamun. Jelas ryujin dibuat bingung. Disatu sisi ia merasa senang karena tidak merasa kesepian lagi dirumah.
Jeffrey memandang ryujin yang tengah sibuk dengan pekerjaan rumahnya. Pria itu masuk ke kamar ryujin dan menghampiri anak gadisnya. Jeffrey tersenyum mengusak rambut ryujin.
"Gak ngerti?". Tanya jeffrey saat melihat raut kebingungan dari anaknya itu.
Ryujin menggeleng dengan raut wajah memohon berharap papanya itu membantunya.
Jeffrey mengambil selembar kertas dan pulpen yang ada di meja belajar ryujin. Entah apa yang di tulis namun pria itu tampak serius.
"Nih coba kamu pakai rumus ini, pasti ketemu jawabannya".
"Wow". Ryujin mengambil selembar kertas tersebut.
"Thanks papi!". Katanya dengan wajah imut yang terlesan di buat-buat.
Jeffrey pun menggeleng dan duduk di tepi kasur anaknya. Jarang sekali jeffrey berada di poisi ini. Dia tidak pernah menemani anaknya belajar, dia hanya tau kalau anak gadisnya itu cukup pintar dan selalu mendapatkan nilai diatas rata-rata.
Saat mengerjakan tugas pun, ryujin juga merasa asing dengan sikap papanya sekarang. Meski tidak bisa dipungkiri kalau ryujin senangnya bukan main.
"Ryu, katanya kamu bisa hampir setiap hari main ke rumahnya jeno, kok seminggu ini kamu gak kesana?"
"Kan papa seminggu ini selalu dirumah, aku ke rumahnya jeno kalo ngerasa kesepian aja"
"Lagian kok tumben papa gak ke kantor? emangnya lagi gak banyak kerjaan?". Lanjut ryujin.
"Gak terlalu, jadi kerjaannya bisa dibawa kerumah". Bohong jeffrey.
Semenjak disindir rose kemarin, jeffrey akhirnya sadar kalau ia terlalu sibuk dikantor sampai sering melupakan anak gadisnya dirumah. Walau agak sulit memang, ketimbang bekerja langsung di kantor dengan fasilitas lengkap yang ada disana. Jeffrey ingin membuktikan pada rose, kalau dirinya juga berusaha menjadi orang tua yang baik.
"Aku udah terbiasa sama papa yang ga selalu ada dirumah, jadi agak gimana gitu pas papa dirumah full seminggu ini"
"Loh jadi gak seneng nih papa dirumah terus?". Tanya jeffrey.
"Yah ga gitu maksud aku". Ryujin berdecak sebal sambil melanjutkan tugasnya.
"Biarpun papa selalau dirumah, kamu gapapa nak sekali-kali main ke rumah jeno"
"Apa lagi udah seminggu lebih kamu gak main kesana". Lanjut jeffrey yang di jawab anggukan oleh ryujin.
"Oh iya, ngomong-ngomong waktu di taman... gimana tanggapan papa tentang mamanya jeno?". Tanya ryujin.
Jeffrey pun mengambil sebuah kursi dan duduk di samping anaknya. Ia cukup tertarik dengan perbincangan ini.
"Gimana-gimana??"
"Yah pas papa liat tante rose, first impression papa kemarin tuh gimana?"
"bukan first impression lagi ryu, dia tuh istri papa, mama kamu" . Ucap jeffrey dalam hati.
"Cantik gak menurut papa?"
Jeffrey tanpa sadar mengangguk. Ryujin pun menahan gemas melihat tingkah papanya itu.
"Tapi waktu itu tante rose gak banyak omong pah, aku juga bingung sebenernya ada apa. Mungkin dia kurang nyaman karena ada papa?"
Jeffrey menatap ryujin sendu. Ya memang benar alasannya karena dirinya.
KAMU SEDANG MEMBACA
EPIPHANY
Fanfiction[COMPLETED] jaerose ft. jeno ryujin Jeno dan Ryujin ada karena kecelakaan, Jeffrey dan Rose menikah karena kesalahan, Mereka tak bertemu karena keadaan. Sampai dimana Jeno dan Ryujin di pertemukan kembali tetapi tidak saling mengenal satu sama lain...