27 | kembara kembar nakal

4.8K 529 18
                                    

Jalan raya di jakarta hari ini cukup lenggang. Mungkin karena sekarang baru pukul dua siang, biasanya satu atau dua jam lagi jalanan di penuhi dengan orang-orang pulang kerja.

Jeno melajukan motornya dengan kecepatan sedang. Membonceng adiknya yang kebetulan siang ini sudah selesai kelas. Sebenarnya jarang sekali jeno dan ryujin pulang bersama. Walaupun satu kampus, jadwal jeno yang sangat padat karena mengambil kedokteran membuat dirinya selalu pulang larut. Berbeda dengan ryujin yang mengambil jurusan ilmu komunikasi. Gadis itu bisa dibilang mempunyai waktu senggang lebih banyak karena jurusan yang diambilnya terlampau santai.

"Kok lo tumben jam segini udah selesai kelas?"

Jeno menghela nafasnya. Sudah terhitung lebih dari tiga kali ryujin melontarkan pertanyaan yang sama. Gadis itu masih tidak percaya, ia menganggap kejadian ini merupakan fenomena langka yang wajib diabadikan.

"Gue udah berkali-kali jawab pertanyaan lo, gak ada siaran ulang". Ucap jeno sedikit ketus.

Ryujin mendenguskan nafasnya. Menatap saudara kembarnya malas.

"Lo kalo bawa motor emang selambat ini yah?". Tanya gadis itu lagi-lagi mencoba memancing kesabaran jeno.

"Ya emang mau semana lagi?"

"Ck ck ck, motor lo udah bukan supra butut lagi kali jen"

"Ngebut dong!". Lanjut gadis itu bersemangat.

Jeno menggeleng menatap kesal adik kembarnya dari kaca spion.

"Bahaya"

"Ihhh ayoo, sekali-sekali loh jen?? kita kan jarang boncengan begini, lagian biar cepet sampe rumah juga kok". Ucap ryujin mencoba meyakinkan sang kakak.

Jeno tetap pada pendiriannya. Anak laki-laki itu menggeleng, tidak mau mencelakakan dirinya serta adik kembarnya yang nakal itu.

"Jennn jalanan lagi sepi gini loh? waduh kalo ga ngebut mah bentar lagi dari arah manggarai bakal kena macet".

Ryujin masih berusaha mengompori.

"Bahaya tapi adik ku, lo mau kita celaka hah? kalo jatoh gimana?"

Ryujin lagi-lagi berdecak sebal.

"Ya gabakal lah kakak ku? lo mah cupu"

Jeno pun melototkan matanya. Tak terima di katai cupu, anak laki-laki itu langsung menancapkan gasnya. Ryujin pun hampir terjungkal kalau saja tidak sigap memeluk tubuh sang kakak.

"Bajingan lo, kasih aba-aba dulu dong kalo mau ngebut"

Jeno pun tertawa, ia menyuruh ryujin untuk mengeratkan pelukannya.

"Yaelah harus di katain cupu dulu nih?". Tanya ryujin mengejek.

Jeno pun tersenyum kecut.

"Lo mancing gue terus sih". Jawabnya merasa tertantang.

Lagi-lagi pria itu menancapkan gasnya. Alih-alih takut, ryujin pun menyemangati kakak kembarnya itu.

"AYO JENNNNN NGEBUT LAGI JENOOO YUHUUUU"

"GASIA-SIA JEN PAPA BELIIN SI MERAH BUAT LO"

Keduanya pun tertawa senang. Walau sedikit ohlaraga jantung, rasanya sangat bebas saat motornya melaju sangat kencang. Beberapa pengemudi sempat mengelakson dan memperingati mereka karena ugal-ugalan dijalan. Bahkan keduanya sudah melupakan keselamatannya.

Masih dengan laju motor yang diatas rata-rata, jeno pun tak sadar kalau motornya menghantam polisi tidur besar. Kejadian itu sangat cepat dan tidak bisa di kendali sampai-sampai tubuh ryujin yang ada di belakang terpental cukup jauh. Sementara tubuh jeno pun jatuh tertiban motornya yang berat.

EPIPHANYTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang