CH-1

102K 5.8K 52
                                    


Happy Reading~

.
.
.

Varenzio mengambil nafas dalam-dalam, kedua bola matanya bergerak liar melihat sekeliling. Dan bau obat pun tercium, mungkin sekarang dia berada di rumah sakit. Mendudukkan dirinya dengan nafas memburuh, tangan kanannya mencengkram dada kirinya. "Sesak ... Hiks!" Isaknya pelan.

Kedua matanya lalu beralih menatap tangan kirinya yang telah terpasang infus. Bibirnya mencibik dengan kedua mata berkaca-kaca. Tangan kanannya beralih memegang selang infus, lalu menariknya begitu saja dan menyebabkan darah keluar dari tangannya.

Zio tak memperdulikannya, dia bergerak turun dari ranjang. Sedikit kepayahan karena tinggi badannya yang terbilang pendek. Kakinya melangkah dengan pelan menuju pintu keluar. Saat ingin membuka pintu, Zio malah terdorong akibat seseorang yang membuka pintu dari luar.

' Ceklek '

Zio terjatuh dengan pantat yang mendarat duluan di lantai yang dingin. Zio mengangkat wajahnya, matanya menatap seseorang yang sepertinya juga terkejut saat melihatnya.

"Hiks ... " Zio menatap Pria itu dengan kedua mata berkaca-kaca, bibir nya mencibik siap untuk menangis.

"Astaga! Baby!"

Zio beringsut menjauh saat Pria itu mendekat dan hendak mengangkat nya. "S-Siapa? ... Hiks!" Tanya Zio dengan isakan pelan.

Pria itu mengerutkan keningnya, lalu dengan lembut dia menarik Zio mendekat dan menggendongnya.

"Ugh! L-Lepas! ... " Zio memberontak dengan isakan pelan.

"Sstt... Tenang lah Sayang."

Zio berhenti memberontak saat dia di duduk kan di ranjang rumah sakit. "Si-Siapa?" Tanya nya sekali lagi, dia ingin menjauh tapi pinggangnya ditahan oleh Pria itu.

"Daddy."

Zio memiringkan kepalanya, kedua mata bulat nya mengerjab pelan.

Damien, menatap anak nya seraya tersenyum gemas. Tangan nya bergerak menekan tombol di pinggir ranjang rumah sakit untuk memanggil Dokter.

Tak berselang lama, seorang Pria dengan setelan Dokter masuk.

Damien hanya melihat melalui ujung matanya. "Periksa anak ku," titah nya.

Si Dokter mengangguk pelan, dia berjalan mendekat.

Zio beringsut mendekati seseorang yang mengaku sebagai Daddy nya. Ia takut dengan orang asing, apalagi orang asing itu seorang dokter.

Damien mendekap tubuh kecil anaknya, lalu membiarkan Dokter memeriksanya.

Zio membiarkan saat tangannya, yang sekarang sudah berlumuran darah. Di periksa oleh si Dokter. Ia membulatkan matanya saat tangannya ingin di pasangkan infus. Dia berusaha menarik tangannya, kedua matanya yang berkaca-kaca menatap Pria yang memeluknya seraya menggeleng ribut. "Ti-Tidak mau! ... Hiks! Sakit!" Racaunya dengan isakan.

Damien memeluk anaknya, ia menutupi kedua mata bulat yang menatapnya memelas itu. Lalu manatap Dokter, dan mengangguk pelan.

Dokter balas mengangguk pelan, dia mengambil suntikan yang sudah berisi obat tidur. Lalu menyuntikkannya ke lengan Zio.

"Ugh! Sakit! ... Sudah! Hiks! ... Sakit ... "

Damien mengelus kepala anaknya pelan. "Iya iya, ini sudah selesai," ujarnya dengan nada lembut.

Zio mengerjabkan matanya pelan, tak lama kemudian dia menutup matanya dan memasuki mimpi.

Damien menidurkan tubuh Zio dengan lembut, lalu membiarkan Dokter memeriksanya.

-

"Sepertinya Tuan Muda Zio mengalami amnesia sementara."

Damien mengangguk pelan, dan membiarkan Dokter itu pergi. Menghembuskan nafas panjang, ini salahnya karena tak bisa menjaga anaknya dengan benar.

Sibuk melamun hingga dia tak menyadari kehadiran anak-anaknya.

"Daddy, bagaiman keadaan Zio?" Asta menatap Daddy nya.

Damien tersadar dari lamunannya, lalu menatap anak-anaknya yang juga sedang menatapnya. "Zio mengalami amnesia sementara," ujarnya pelan, dia tau pasti ini akan menyakitkan karena tidak di ingat oleh orang kesayangan.

Leon menatap tak percaya Daddy nya. "Ng-nggak! Gak mungkin Baby lupain kita!" Bantahnya seraya menggelengkan kepalanya tak percaya.

"Leon, tenangkan diri mu. Itu hanya amnesia sementara!" Varo mengguncang tubuh adiknya, mencoba menyadarkan.

"Tenanglah, Zio pasti baik-baik saja," Damien menengahi anak-anaknya. Kemudian matanya menajam saat mengingat kejadian itu. "Bagaimana orang itu?" Tanyanya.

"Papa sudah mengurusnya," Alvano menjawab, dan di angguki pelan oleh kedua adiknya.

Damien mengangguk pelan, dia tak akan membiarkan orang itu lepas. Karena nya, dia hampir kehilangan anak bungsunya.

___
24 April 2022

CryBabyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang