CH-13

23.8K 2.5K 45
                                    

-

Happy Reading!

.
.
.

"Beraninya kau!"

Elios marah, ia terus menghajar anak laki-laki yang telah melukai kakaknya. Dengan lihai menghindar dan kembali menyerang, kedua tangannya memegang pisau lipat yang selalu ia bawa, yang kini telah ternodai oleh darah entah milik siapa.

Elios sudah hidup bertahun-tahun dengan Kakeknya, yang gila menurutnya. Jadi jangan heran kalau melihatnya lihai dalam menggunakan berbagai senjata.

Elios menyesal karena dengan bodohnya ia malah menunggu didepan pintu toilet tanpa memeriksa jika didalamnya ada Zio atau tidak, bahkan Elios sama sekali tak memanggil Zio saat didepan pintu toilet. Karena terlalu lama, ia berinisiatif memanggil Zio. Tapi sama sekali tidak mendapat sahutan apapun, dan betapa kagetnya ia saat tak melihat Zio didalamnya.

Dan disinilah ia menemukan Zio, yang hampir di tusuk oleh orang tak dikenal.

"El ... Hiks! ... Darah ... Sakit ... " Zio berujar lirih, tubuhnya mulai mati rasa sekarang. Dan ditambah, ia tak suka saat melihat Darah. Apalagi darahnya sendiri.

Elios menghentikan aksinya, ia melemparkan satu pisaunya ke arah anak laki-laki itu. Dan berhasil menusuk tepat dibahunya, setelah nya Elios langsung berlari menuju Zio.

"Kakak!" Elios menggeram saat melihat wajah Zio yang memucat akibat darah yang terus keluar. Ia kemudian membuka Hoodienya dan mulai melilitkannya ke perut Zio, mencoba menghambat darah yang ingin keluar.

Elios menggendong tubuh Zio dipunggungnya, walaupun tubuh Zio sedikit besar darinya tapi ternyata Zio tak seberat itu. Tubuh Zio terbilang cukup ringan baginya.

Elios berlari menuju mobil milik Vano, dan berharap Vano ada disana.

.
.
.

Vano panik, kedua matanya meliar ke seluruh area taman. Adik manisnya tidak ia temukan dibangku taman, kalut dan khawatir menjadi satu dan membuat isi kepalanya kacau

Setelah satu jam ia berkeliling taman, Varo memutuskan untuk ke Mobil nya. Mungkin saja Zio mengantuk dan kembali ke mobil.

Varo mencoba untuk tetap tenang, tapi jantung nya seolah berhenti berdetak saat melihat Zio di gendongan Elios dengan wajah pucat dan darah di sekujur tubuh nya. Tubuh nya lemas, tapi ia juga harus cepat.

"Zio!"

"Bang! Rumah sakit sekarang!" Elios berujar panik, nafas Zio sudah mulai melemah sekarang.

Varo mengangguk, ia membukakan pintu untuk Elios lalu ia berjalan memutar dan ikut memasuki mobil.

Varo melajukan mobil nya dengan kecepatan penuh, malam ini terasa sunyi akibat udara yang dingin dan juga cuaca yang bisa tiba-tiba berubah dengan cepat.

"Sakit ... "

Suara lirih milik Zio yang hampir tak terdengar membuat Elios dan Vano panik seketika.

"Kakak ... Hiks " Elios memeluk erat tubuh lemas milik Zio, pikiran nya kacau sekarang. Jika Zio pergi, bagaimana dengan nya? Ia akan sendirian lagi. Semua nya akan gelap kembali, dia tak mau itu terjadi.

Varo memarkirkan mobil nya, dan dengan cepat membawa Zio memasuki rumah sakit. Para Dokter yang ada di rumah sakit itu panik seketika, mereka bergerak cepat dan membawa tubuh Zio memasuki ruang Operasi.

Varo berjongkok di depan pintu ruang Operasi, lalu berdiri dan merogo kantung celana nya. Dia lupa mengabari keluarganya.

"Hm?"

CryBabyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang