CH-25

4.5K 327 0
                                    

.
.

Happy Reading!!!
.
.
.

Akhirnya setelah sekian lama, Zio memasuki sekolah. Seperti biasa, selalu mencuri perhatian para siswa-siswi. Ingin mendekat, tapi harus berpikir dua kali karena ada Elios yang berada di belakang Zio dengan aura yang tidak mengenakkan.

"Yo! Akhirnya kalian ke sekolah juga!"

"Felix! Halo!" Zio tersenyum lebar seraya berlari menghampiri Felix dan teman-temannya, disusul Elios yang berjalan santai mengikutinya.

"Zio! Lihat! Langit punya komik terbaru!"

Zio yang mendengar perkataan dari Felix pun langsung menatap pada Sky, berjalan cepat menghampiri dengan kedua mata bulat berbinar-binar penuh harap. "Benarkah!? Boleh aku lihat!? Boleh yaa~"

Felix menahan tawanya saat melihat wajah Elios yang murung, sedangkan Ardian hanya menggeleng pelan.

Sky yang melihat pemandangan menggemaskan didepannya mencoba untuk menahan diri, terutama wajahnya yang perlahan memerah.

"Kenapa wajahmu merah? Apa kau sakit?" Zio meletakkan telapak tangannya ke kening Sky, lalu keningnya. "Uhm, tidak deman."

Felix melepaskan tawanya, tangannya memukul-mukul Ardian yang berdiri disampingnya. Tidak tahan melihat wajah Elios yang menurutnya lucu, juga Sky yang hanya bisa diam seperti patung dengan wajah memerah.

"Aduh! Sakit bodoh!" Ardian mencoba menghentikan pukulan Felix.

"A-aku tidak sakit! Uh! I-ini komiknya, kau- kau boleh meminjamnya!" Sky buru-buru memberikan komiknya, padahal baru dibaca setengah. Tapi demi keselamatan jantung dan badannya, lebih baik ia cari aman.

"Uwah! Terimakasih!"

"Kakak, ayo ke kelas. Bel nya hampir bunyi," Elios menarik Zio dengan menggenggam tangan yang lebih kecil darinya itu.

"Baik~"

Keduanya menjauh, meninggalkan tiga sekawan dengan kondisi berbeda-beda. Sky yang masih mengkondisikan wajahnya, Ardian yang malah gantian memukul-mukul Felix, dan tentunya Felix yang menerima balasan dari perbuatannya.

Juga siswa-siswi yang memperhatikan mereka sedari tadi, terutama para siswi yang memekik bak kesetanan saat melihat wajah Sky yang memerah.

Suasana Sekolah pada pagi hari, heboh. Dilanjut dengan memasuki kelas dan memulai pembelajaran seperti biasa, hingga waktu istirahat tiba dan Zio memutuskan untuk membaca komik yang di pinjamkan oleh Sky dari pada pergi ke kantin.

Zio membuka komiknya, mulai membaca dan menikmati gambar yang keren. Halaman demi halaman terbuka, hingga ia berhenti di halaman 29. Terdapat kertas yang berisi bacaan, inginnya sih memberikan kertas itu pada Sky. Namun urung saat ia melihat namanya tertulis dengan huruf kapital disana.

"For ZIO! Temui aku ditaman belakang sekolah pada jam istirahat pertama, tanpa Elios. Aku akan menceritakan sebuah rahasia."

Hanya seperti itu, dan Zio melirik Elios disebelahnya yang tengah tertidur. Lalu kedua mata bulatnya menyusuri seisi kelas yang ternyata hampir kosong, karena ini waktu istirahat.

Tanpa berpikir panjang, Zio bangkit perlahan dan berjalan menuju taman belakang sekolah.

Tidak sampai lima menit berjalan, Zio kini sudah berada dibawah pohon besar yang ditanam ditaman belakang sekolahnya. Ia duduk dibawah pohon, menghembuskan nafas perlahan, menikmati semilir angin sejuk.

"Aku tau kau diatas Felix," ucap Zio tanpa mengangkat kepalanya.

"Wah! Peka sekali?" Felix dengan cekatan turun dari pohon dengan melompat, lalu duduk disamping Zio.

"Langit! Ayo keluar! Aku tidak bisa mengatakannya!"

Sky menghela nafas kasar. "Sudah berapa kali aku bilang, namaku itu Sky! Otousan yang memberikan itu!" Mendudukkan dirinya didepan Zio.

Sky menghembuskan nafas perlahan, lalu menatap serius pada mata bulat Zio. "Kau ingin tau mengenai anak-anak yang menyerangmu?"

Mendengarnya, kedua mata Zio pun melebar terkejut. "Bagaimana kau tau!?"

"Karena dia seorang peramal," Felix tertawa geli saat menerima tatapan tajam dari Zio. "Bercanda~"

"Abaikan dia," ucap Sky menarik perhatian Zio. "Jika ingin tau, kau bisa ikut aku sepulang sekolah."

.
.
.

Mudah mengatakannya, tapi bagaimana dia bisa melakukannya!?

"Kakak melamun."

"Ya?" Zio menoleh, menatap Elios bingung. Apa katanya tadi?

"Ada apa?" Elios melangkah cepat hingga berada didepan Zio, menatap tajam kedua mata bulat itu.

"Apa? Memangnya ada apa?" Zio menghindari tatapan Elios.

"Kakak sedari tadi melamun, ada apa? El tidak suka orang yang suka berbohong."

Zio menggaruk pipinya, bingung ingin memulai darimana. "Oke kau menang," berakhir menghela nafas panjang. "Sky tau tentang anak yang menyerangku," jelasnya.

Elios menekuk kedua alisnya, menatap serius pada Zio. "Kenapa? Maksudku, kenapa mereka bisa tau?" Kalau teman-temannya tau, mereka pasti Sekutu dari musuh. Kenapa dia bisa berteman dengan musuh!?

Zio menggeleng pelan. "Aku akan pergi bersama Sky," ujarnya. Rasa penasaran lebih besar daripada rasa takutnya.

Elios membulatkan kedua matanya. "Apa!? Tidak!" Ia takut jika sesuatu terjadi pada Zio.

"Kalau begitu kau ikut," Zio langsung berjalan melewati Elios. Sudahlah, tidak perlu memikirkan hal-hal tidak berguna seperti pergi sendirian. Dia sudah kapok dengan rasa sakit dan tidak ingin menemui Varen lagi.

Elios mengerjapkan matanya, menghembuskan nafas panjang lalu mengikuti Zio.

Mereka pergi begitu saja hingga melupakan Leon yang sudah menunggu dengan gaya (yang menurutnya) keren di depan gerbang sekolah.

.
.
.

Otousan adalah sebutan ayah dalam bahasa Jepang. Otousan adalah penyebutan yang lebih sopan daripada papa. Oleh karena itu, otousan biasa disebutkan ketika merujuk pada ayah orang lain.

Maafkan aku yang suka muncul tiba-tiba dan menghilang tiba-tiba ini ya manteman😞

Sekarang aku percaya, kalau writer block itu bukan mitos😞👍

.
25 Agustus 2024

CryBabyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang