CH-7

41.2K 3.7K 34
                                    

-

Maaf lama, WP ku lagi eror:(

_____

Happy Reading!

.
.
.



"Sekolah~ sekolah~ sekolah~" Zio berjalan seraya bersenandung, malam ini ia senang karena besok ia akan ke sekolah.

"Iyaa ... Zio sekolah."

Zio sama sekali tidak menanggapi ucapan Leon, ia terus berjalan seraya melompat-lompat kecil. "Daddy!" Pekik nya saat melihat Damien.

Damien menjatuhkan koran yang ia bawa saat Zio melompat ke arahnya, dengan sigap ia menangkap tubuh Zio dan menggendong nya. "Nakal," desisnya seraya menggigit gemas hidung Zio.

"Maaf, hehe~"

Damien menggeleng pelan, lalu ia menatap Leon yang tengah mengambil koran nya yang jatuh. "Jaga adik nakal mu ini besok," ujarnya seraya mengambil korannya dari Leon.

Leon mengangguk pelan.

"Zio tidak nakal!" Pekik Zio tak terima.

"Anak nakal tidak pernah mengaku," Leon mencolek dagu Zio.

Zio mencibik, lalu menatap Daddy nya untuk meminta pembelaan. "Daddy~"

Damien hanya diam, ia malah mengecup pipi berisi milik Zio.

Sedangkan Leon mengejek Zio dengan mengeluarkan lidahnya.

Zio mengerucutkan bibirnya, lalu mengangkat kedua tangannya berusaha menggapai Leon. Rasanya ingin sekali ia menjambak rambut Leon. Sedangkan Leon bergerak menghindari serangan Zio.

"Diam Zio, nanti jatuh," Damien menepuk pelan pantat Zio.

Zio tersentak saat pantatnya ditepuk, ia kemudian mencibik. Kedua mata bulat itu sudah berkaca-kaca, hanya tunggu beberapa detik untuknya mengeluarkan suara nyaring.

"HUAAA ... Huhuhu~ ... Jahaaat ... "

Damien tersentak saat mendengar Zio menangis, begitupun dengan Leon.

"Hey jangan nangis ... Iya-iyaa, sini sama abang," Leon langsung mengambil tubuh Zio dari gendongan Daddynya.

Zio yang sudah berada di gendongan Leon pun tidak menyia-nyiakan kesempatan, ia mengangkat tangannya menggapai rambut Leon. Dan dengan sadisnya, Zio menarik rambut Leon tanpa ampun. "Rasakan! ... Hiks ... Nakaaall ... " Gemasnya.

"Aduh! Aduuh! Iya-iyaa! Abang minta maaf!" Pekik Leon saat dengan sadisnya Zio menarik rambutnya.

Damien membulatkan matanya, ia dengan cepat membawa tubuh Zio menjauh dari Leon.

"Ugh! Lepas! Zio mau jambak lagiii ... Huks!" Zio memberontak dari pelukan Daddy nya.

Damien semakin erat memeluk Zio. "Iya-iya, nanti lagi jambaknya."

Perlahan Zio mulai tenang, ia mengusakan wajahnya ke dada bidang milik Daddy nya.

Damien menghembuskan nafas lega, ia lalu membawa Zio ke gendongannya. Ternyata anaknya ini kalau sedang marah mengerikan, mirip sekali dengan Mommy nya.

Leon mengusap kepalanya yang terasa nyut-nyutan, pening. Cukup sekali ia mengganggu adiknya itu, tidak ada lain kali. Leon lalu berjalan menyusul Daddy nya, ia akan membujuk Zio nanti agar tidak marah dengannya.

___

"Loh? Zio kenapa?" Isabella yang baru selesai meletakkan gelas dimeja makan pun bertanya saat melihat Zio yang sedang menangis digendongan Damien.

"Mommy~" Zio turun dari gendongan Damien, dan berjalan pelan menuju Isabella dengan kedua tangan terangkat meminta pelukan.

"Ya sayang? Kenapa, hm?" Isabel memeluk tubuh Zio yang tingginya hanya sebatas hidungnya.

"Jahat! Bang Leon jahaat~ Zio pingin jambak rambut nyaa~" Zio mengadu seraya menghentakkan kedua kakinya.

Isabella mengedipkan matanya, lalu tertawa pelan. "Iya-iyaa, nanti di jambak abangnya. Sekarang ayo makan malam," ujarnya, lalu menarik Zio untuk duduk di bangku.

Zio mengangguk lesu.

"Zioo~ abang punya sesua -Eh? Zio kenapa?" Asta yang baru saja datang pun menghampiri Zio.

Zio melirik sinis Asta. "Zio mau makan, jangan di ganggu," ujarnya pelan, lalu melanjutkan makannya.

Damien dan Isabella cekikikan melihat wajah Asta yang kini tengah memelas. Damien bersyukur karena Zio tidak marah dengannya.

"Loh? Abang salah apa? Kok marah sama abang?" Tanya Asta yang tidak terima kalau Zio marah dengannya. Padahalkan, Asta tak melakukan apapun.

Zio dengan sadis menusuk-nusuk daging yang ada di piringnya dengan garpu, lalu menatap tajam Asta.

Yang ditatap hanya bisa tersenyum kaku, menutup mulutnya lalu mendudukkan dirinya dikursi dan memakan makanannya dengan tenang. Zio nampak menggemaskan dengan ekspresi itu, tapi tidak saat dia mulai menusuk sadis daging matang itu.

"Daddy, bang Vano mana?" Tanya Zio saat tak mendapati abang tertuanya di sini. Ia lebih suka Vano, karena sifatnya yang terkesan tenang itu. Yah, walaupun tidak peka.

"Disini."

Isabella yang ingin bersuara pun diam, saat mendapati Vano yang tengah berjalan ke arah mereka.

"Abang!" Zio memekik senang, ia kemudian berdiri dan berlari menuju Vano. Dan dengan sigap Vano menangkap tubuh Zio, membawanya kegendongan koalanya.

"Hadiah?" Zio menadahkan kedua tangannya dan menatap berbinar Vano.

Vano tersenyum tipis, lalu mendekatkan pipinya pada Zio. Dan dengan cepat Zio mengecup pipi Vano. "Sudah! Hadiah?"

Vano mengecup hidung Zio, ia kemudian memberikan paper bag yang sedari tadi ia bawa pada Zio. "Ini."

Zio tersenyum lebar, lalu menerima paper bag  itu dengan cepat. "Terimakasih!"

"Sama-sama." Vano berjalan menuju meja makan dengan Zio di gendongannya, lalu mendudukkan dirinya di kursi yang otomatis Zio duduk di pangkuan nya.

"Loh? Kok bang Vano gak dimarahin sih?" Tanya Asta saat Zio duduk dengan tenang di pangkuan Vano.

"Karena Leon," ucap Damien kemudian.

Asta menatap tidak percaya pada Zio, yang kini tengah sibuk membuka paper bag yang ternyata isinya adalah boneka Panda.

"Jadi ini semua karena Leon!?" Pekik Asta tak percaya.

Leon yang baru saja datang pun heran. "Aku kenapa?"

Asta menatap tajam Leon. "Gara-gara kau!"

Perdebatan pun terjadi antara Leon dan Asta, Isabella pun menjadi penengah. Asta dan Leon langsung menutup mulut, mereka tak akan berani jika Isabella sudah turun tangan.

Sedangkan Zio tidak perduli, ia tengah sibuk menerima suapan dari Vano seraya memainkan boneka Pandanya.

__

Vote Juseyoo~

____
13 Mei 2022

CryBabyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang