CH-26

4K 291 0
                                    

.
.

Happy Reading!!!
.
.
.

"Apa yang kau tau mengenai anak yang menyerangku?" Zio memulai langsung pada intinya.

Saat ini, mereka tengah berada digang yang cukup luas, tidak sempit dan juga tidak gelap.

Sky melirik Ardian, lalu mengangguk. Seperti memberi tanda untuk melakukan sesuatu.

"Keluarlah."

Zio memiringkan kepalanya, menatap Ardian bingung.

Ada keheningan hingga seperkian detik sebelum anak laki-laki memakai hoodie hitam muncul tiba-tiba dari atas. Membuat Felix langsung melompat terkejut dan refleks bersembunyi dibelakang tubuh Ardian.

"Bisa tidak muncul dengan cara yang normal saja!?" Pekik Felix emosi, dan langsung mendapat tatapan tajam dari anak laki-laki itu.

Zio menyipitkan kedua mata bulatnya, memandang anak laki-laki itu dari ujung kaki hingga kepala. Seperkian detik hingga kedua matanya membulat, lalu buru-buru bersembunyi dibelakang tubuh Elios.

Zio tak akan pernah lupa dengan rasa sakit yang ia rasakan hingga hampir mati, ingatannya juga masih kuat. Anak laki-laki didepannya adalah anak yang menyerangnya pada malam saat ia berjalan-jalan dengan Vano dan Elios.

Elios menatap tajam anak laki-laki itu yang berjalan mendekat, satu tangannya bergerak menghalangi. "Jangan berani mendekat," nadanya tenang, tidak ada kesan membentak disana. Tapi aura yang dikeluarkan mampu membuat ngeri.

"Apa bedebah ini teman kalian?" Elios menatap Sky.

Sky menelan ludahnya, menarik nafas lalu menghembuskannya. "Ya, dia teman kami."

Tersenyum remeh, Elios menatap jenaka. "Ini alasannya mengapa aku sangat pemilih, lihatlah kak. Masih ingin berteman dengan mereka?"

"El ... " Zio meremat ujung jaket yang dikenakan oleh Elios, bingung. Ini terlalu tiba-tiba hingga membuatnya kebingungan.

"Ayo pergi," Elios menarik tangan Zio.

"Tunggu!"

Menghentikan langkanya saat mendengar suara Ardian.

"Kami belum menjelaskan apa-apa, maukah kalian ikut dan mendengar semua? Aku berjanji tidak akan ada kekerasan."

Elios menatap Zio saat merasakan tangannya diremat. "Kakak ingin ikut? Iya?" Tanyanya.

Zio mengangguk pelan, sekali lagi rasa penasaran yang besar membuat rasa takutnya menghilang.

Elios mengangguk, lalu menatap Ardian tajam. "Aku pegang janjimu ... Jika kakak ku mendapat luka, kalian akan menanggung akibatnya. Juga-" ia menggantung kata-katanya hanya untuk menunjuk anak laki-laki yang dulu pernah melukai kakaknya itu. "Aku tidak ingin melihatnya," lanjutnya dengan tatapan kosong.

Sky mengangguk cepat mewakili teman-temannya, tatapan Elios seperti selalu siap untuk membunuh kapan saja. Membuat semua yang berdiri disana merinding ketakutan.

.
.
.

"Otousan! Kau dimana!? Otousan! Tamu spesialmu sudah datang!?"

Zio melihat sekeliling, gudang tua yang lembab. Ia mengeratkan genggaman tangannya dengan Elios, merasa ngeri. Selain takut dengan rasa sakit, Zio juga takut hantu.

Kedua mata tajam Elios menatap sekeliling dengan waspada, satu tangannya menggenggam tangan Zio dengan erat. Sedangkan yang satunya ia masukkan ke dalam saku jaketnya, menggenggam pisau kecil yang selalu ia bawa kemanapun.

CryBabyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang