.
.Happy Reading!
.
.
.Elios dan Zio berjalan pelan di trotoar, melewati begitu banyak kedai dan toko yang menjual berbagai hal. Biasanya Zio selalu ingin mampir dan membeli, tapi sekarang sepertinya sedang tidak mood.
Tentu hal itu mengganggu Elios, dimana Zio yang selalu merengek untuk dibelikan berbagai makanan itu? "Apa yang kakak bahas dengan Profesor gila itu?" tanyanya kemudian.
Zio tersentak, ia tersadar dari lamunannya. Kedua mata bulat itu melihat Elios, lalu tersenyum tipis. "Anak kecil tidak boleh tau," ujarnya pelan.
Perkataan yang mana membuat Elios mengerutkan keningnya, Elios merasa tidak suka saat Zio merahasiakan sesuatu darinya. Membuat Elios merasa seolah-olah Zio berfikir ia bisa mengkhianati Zio kapan saja, itu membuatnya merasa seperti tidak diinginkan.
"Jangan berpikir macam-macam, El."
Perkataan Zio membuyarkan berisiknya kepala Elios.
"Kakak akan memberitahumu, tapi tidak sekarang. Mengerti?" Zio menghentikan langkahnya yang mana membuat langkah Elios juga ikut berhenti.
Elios mengangguk pelan, membuat Zio tersenyum manis padanya.
"Good boy," mengangkat tangannya untuk mengelus pucuk kepala Elios.
Zio berdengung, rasanya Elios kini lebih tinggi darinya. Menekuk alisnya, lalu menatap tajam Elios. "Kenapa kau bisa lebih tinggi dariku!?" tanyanya tidak terima.
Elios tersentak kaget. "Ugh! I-itu ... " menggaruk belakang telinganya dan melihat kesana kemari untuk menghindari tatapan Zio. "Itu karena El rajin berolahraga," jawabnya kemudian.
Zio membulatkan kedua matanya. "Jadi maksudmu, aku ini tidak rajin berolahraga begitu!?" menghentakkan kakinya kesal.
"Itu ... " Elios bingung, tapi kenyataannya Zio memang jarang berolahraga kalau tidak dipaksa. Kalau begini, ia harus pandai-pandai mengalihkan topik pembicaraan. "Ah! Apa yang akan kita bilang pada Paman dan Bibi, kak?"
Zio yang tadinya kesal pun kini menjadi lesu, gundah, takut juga bingung melanda. "Tidak tau, itulah yang kakak pikirkan sedari tadi El~" rengeknya dengan kaki menghentak.
Berakhir hanya itu yang bisa Zio ucapkan, yang mana membuat Elios tertawa geli. Berhasil mengalihkan topik pembicaraan.
"Jangan tertawa El!" Zio menghentak-hentakkan kaki nya, kedua alisnya menekuk menandakan ia sedang kesal.
Elios menahan tawanya, melihat tingkah menggemaskan kakaknya itu sungguh candu. Wajah Zio yang kebingungan dan kesal adalah hal yang menggemaskan baginya. "Bagaimana kalau berjalan-jalan ditaman lalu membeli Ice Cream? Itu alasan yang terdengar bagus," usulnya. Dan tertawa pelan saat melihat perubahan wajah Zio yang sangat cepat.
"Benar! Ayo El, cepat!" Zio menarik tangan Elios. Daripada berpura-pura, lebih baik lakukan saja. Ice Cream dicuaca panas seperti ini terdengar bagus.
.
.
.Elios membuka pintu masuk mansion di bantu oleh penjaga, tidak ingin mengambil resiko Zio yang berada di punggungnya terjatuh jika ia membuka pintu sendiri.
Sehabis jalan-jalan memakan Ice Cream, Zio mengeluh lelah pada Elios. Berakhir Elios yang dengan sukarela menggendong Zio di punggungnya.
Elios dapat melihat keluarga kakaknya tengah berada di ruang tamu, duduk di sofa dengan gelisah. Terutama Isabella, yang terlihat tengah menangis dipelukkan Damien.
Melihat Elios, Isabella dengan terburu berjalan mendekat. Di ikuti yang lain, yang mana menimbulkan suara berisik. Elios memberi kode agar semua diam dan jangan berisik, ia tidak ingin membangunkan Zio yang sepertinya sedang banyak pikiran.
"Astaga ... Kalian darimana saja?" Isabella bertanya dengan suara pelan yang bergetar menahan tangis, ia sempat berfikir bahwa Putranya dan Elios tengah diculik tadi.
Elios melirik Zio, lalu melihat Isabella. Mencoba memberitahu jika Zio masih tertidur dan tidak boleh diganggu, yang mana membuat Isabella gemas.
"El, bawa Zio ke kamarnya. Istirahatlah, ceritakan semuanya setelah makan malam nanti."
Elios melihat Damien, lalu mengangguk pelan.
"Biar aku saja."
Ucapan Leon sontak membuat Elios mundur beberapa langkah, tidak memperbolehkan Leon yang mencoba mengambil Zio darinya. "Aku saja," ucapnya pelan, lalu berjalan pelan menuju kamar Zio.
"Anak itu!" geram Leon mengundang tawa Isabella. Sedangkan Vano dan Asta hanya bisa menggerutu dan memaki dalam hati, mengutuk Elios.
.
.
.Zio membuka kedua matanya setelah Elios keluar dari kamarnya, sebenarnya ia tidak sedang tidur. Hanya berpura-pura untuk menghindari pertanyaan dan amarah keluarganya.
Setelah beberapa saat terdiam, Zio memutuskan untuk membersihkan diri. Perlu beberapa menit untuknya selesai mandi, setelah berpakaian Zio memutuskan untuk duduk dipojok baca alias tempat belajarnya.
Zio mulai mengeluarkan buku Novel kehidupannya, series pertama sudah ada tulisan 'Berhasil' yang mana membuatnya tersenyum senang. Ia mulai membuka series kedua, mencari apa yang menyebabkan Varen mati.
Kedua matanya membulat saat menemukannya, Varen mati oleh seorang Pria yang menyerang mansion nya dulu. Saat itu mansion hanya ada dirinya dan kedua orang-tua nya, Pria itu membunuh Varen lalu membuang jasadnya ke hutan untuk dimakan hewan buas.
(Pria yang menyerang Mansion ada di CH-16!)
Astaga! Membayangkannya saja Zio sudah merinding. Tapi yang membuatnya bingung sekarang, mengapa tidak ada tulisan 'Berhasil' seperti di series pertama. Apakah buku nya rusak? Dia harus membicarakan ini dengan Prof. Kim secepatnya.
Zio menutup novel series kedua, lalu mengambil series ketiga dan mulai membacanya. Mencari tahu apa penyebab kematian Varen untuk ketiga kalinya, mengingat jika Varen sudah mati berkali-kali membuat Zio tertawa pelan. "Varen ... Varen ... Hobi kok mati," ujarnya seraya menggeleng pelan.
Zio berusaha kembali fokus, lalu kedua matanya membulat saat menemukannya. Disana tertulis, Varen mati akibat Elios.
"What the fuck!?" Zio menutup mulutnya. Jika keluarganya tahu kalau dia baru saja berkata kasar, bisa di sumpal Paciefer satu harian penuh.
Zio kembali membaca, mungkin ada yang terlewat. Tapi tetap saja, Elios yang membunuh Varen. Disana tertulis, Elios yang terobsesi dengan Varen akibat kebaikannya. Elios yang tidak menginginkan Varen tersakiti memutuskan untuk mengakhiri hidup Varen dengan tangannya sendiri.
Halaman selanjutnya Zio buka, dan jantungnya berdebar saat membaca kejadian yang selanjutnya terjadi. Tertulis jasad Varen di letakkan dalam kaca dan dihias sedemikian rupa hingga menjadi cantik.
"O-orang gila," Zio menggeleng tidak percaya. "Novel gila, semua gila!" memekik seraya membanting buku novelnya, memijat kepalanya yang tiba-tiba pusing. "Ini genre apa sih sebenarnya!?"
Pantas saja Varen menyuruhnya menjauh dari Elios. Tapi jika sekarang ia menjauh, Elios pasti akan curiga dan bisa saja dia di bunuh. Membayangkannya membuat Zio merinding.
Zio kembali mengambil semua novelnya, memeriksa genre disetiap buku. Tidak ada yang aneh, ini novel Brothership pastinya. Tapi kenapa perlakuan Elios bisa seperti itu!? Akan ia tanyakan pada Prof. Kim juga, pokoknya malam ini Zio akan mencari semua pertanyaan yang perlu ia tanyakan pada Profesor Kim itu.
.
.
.Sekali lagi, ini bukan novel bl yak!!!
.
1 September 2024
KAMU SEDANG MEMBACA
CryBaby
RandomZio meninggal di usianya yang ke 19 tahun, akibat gagal jantung. Tapi siapa sangka, Zio malah terbangun di tubuh seorang anak berusia 13 tahun. ____ Bahasa : Baku ____ Saya ingatkan, ini cerita Brothership! Anak cowok yang di manja! ____ Start : 24...