CH-27

3.3K 262 0
                                    

.
.

Happy Reading!

.
.
.

Didalam ruangan yang gelap, Zio terduduk di kursi tua yang hampir patah. Ia menatap serius pada Pria dewasa yang memperkenalkan diri sebagai Profesor Kim itu, menunggu dengan sabar apa yang hendak disampaikan.

"Aku yang membantu si pemilik tubuh asli untuk memanggil jiwa lain."

Tentu saja perkataan Prof. Kim itu membuat Zio terkejut, kedua tangannya berkeringat dan terasa dingin di ikuti jantungnya yang berdebar kencang.

"Tapi-" Tenggorokannya tercekat. "Tapi, Varen tidak memberitahukan itu padaku. Juga, ke-empat series novel juga tidak disebutkan nama mu," Zio berkata dengan lesu, kedua mata bulatnya menatap Prof. Kim berkaca-kaca.

Prof. Kim tertawa geli. "Kalau tentang itu, aku tidak tau karena itu bukan ranahku. Aku hanya ingin memberitahu mu, jika kehidupan mu ini atau series ke-lima ini adalah akhir. Tidak ada kesempatan seperti sebelumnya," menghela nafas panjang, lalu menyenderkan bahunya ke sandaran kursi. "Aku sudah berjanji pada Varen jika series ke-lima ini adalah yang terakhir."

Zio mengerutkan keningnya. "Tunggu dulu, kau bilang kesempatan sebelumnya? Maksudnya, sebelum aku ada yang lain!?"

Dengan santai, Prof. Kim mengangguk. "Ya, tentu saja. Memangnya Varen tidak memberitahukan itu padamu?"

Zio menggeleng, membuat Prof. Kim melipat bibirnya. Ah, ternyata dia terlalu banyak bicara.

"Ayo jelaskan!"

Menghela nafas, Prof. Kim mengangguk. "Akan kuceritakan semuanya padamu, jadi jangan memotong. Mengerti?"

Zio mengangguk.

"Aku bertemu Varen saat ia pertama kali memasuki sekolah, saat itu Varen baru memasuki sekolah dasar. Aku terkejut saat anak sekecil itu berbicara seperti orang dewasa dihadapanku, Varen bilang padaku bahwa ini adalah kehidupan ke-dua nya. Tentu saja aku tidak percaya," Prof. Kim mendengus pelan.

"Tapi melihat dia berbicara mengenai apa yang akan terjadi dimasa depan, membuatku ragu. Hingga aku memulai percobaan dan penelitian mengenai hal-hal yang berkaitan dengan permasalahannya." Prof. Kim menatap Zio, mengamati ekspresi wajahnya yang berubah serius.

"Singkat cerita, aku memberikan Varen beberapa buku yang ku buat sendiri. Buku-buku yang ku buat untuknya menuliskan cerita kehidupan sebelumnya dan kehidupannya saat itu." Jeda, ia tersenyum tipis. "Kau juga pasti sudah menulisnya kan?" Tanya nya.

Zio hanya mengangguk.

"Aku yang membuat buku itu tetap ada di setiap kehidupan Varen."

"Bagaimana kau bisa membuat buku seperti itu? Juga, bagaimana kau bisa mengingat semuanya sedangkan orang-tua Varen tidak mengingatnya sedikitpun?"

Prof. Kim tertawa pelan. "Zio, jangan memotong pembicaraan orang tua. Lagipula, itu rahasia tau~" Ujarnya dengan nada jenaka.

Zio menahan nafasnya, sekarang ia sadar bahwa didepannya ini adalah seorang ilmuwan gila.

"Nah! Mari lanjutkan," Prof. Kim kembali menatap serius ke arah Zio. "Pada kehidupan ke-tiga, Varen memintaku untuk membawa jiwa lain agar menggantikannya untuk hidup. Aku menolak, tapi Varen sangat keras kepala. Akhirnya aku menuruti dengan syarat kalau Varen sendirilah yang akan memilih jiwa itu, dan jika terjadi sesuatu yang tidak diinginkan itu bukan salahku."

Prof. Kim menghela nafas. "Ya~ ternyata jiwa yang dipanggil tidak sesuai dengan ekspektasinya, kehidupan jiwa itu bahkan lebih cepat berakhirnya. Dari semenjak itu, Varen tidak pernah memintaku untuk membawa jiwa lain menggantikannya."

"Bagaimana denganku?"

Tertawa geli saat melihat wajah Zio yang penasaran. "Varen yang memilihmu di kehidupannya yang ke-empat, mungkin dia sudah tidak sanggup. Hidup berkali-kali itu tidak enak," Prof. Kim mengendikkan bahu acuh.

"Tapi series nya ada 4, sedangkan Varen pernah memanggil jiwa lain. Seharusnya series itu sudah ada 5 sekarang," Zio tidak perduli dengan aturan tidak boleh memotong pembicaraan. Terlalu penasaran itu tidak baik, apalagi ditahan.

"Karna jiwa yang dipanggilnya terlalu bodoh," Prof. Kim memutar mata malas.

Zio meringis, Prof. Kim ini terlalu blak-blakan sekali. "Berarti Prof. Kim sudah hidup berkali-kali juga?"

Prof. Kim tertawa. "Semua orang yang kau temui juga sudah hidup berkali-kali Zio, yang membedakan hanya yang mengingat dan mereka yang melupa."

Zio diam, mencoba menerima semua informasi yang membuatnya hampir gila ini.

"Di series terkahir ini, aku akan membantumu menyelesaikannya."

Ujaran dari Prof. Kim itu menyadarkan Zio dari lamunan. "Jika aku selamat dari kematian, lalu apa yang terjadi? Apa aku akan langsung menghilanh?" Tanyanya dengan nada lesu.

Prof kim tertawa geli. "Tentu saja tidak, nak. Kau akan hidup bahagia hingga ajal menjemput dan tidak perlu lagi menulis cerita," berdiri seraya memasukkan kedua tangannya kedalam saku celana.

"Baiklah~ waktu kita sudah habis, pergilah. Orang tua mu pasti sedang khawatir sekarang," ujar Prof. Kim.

Zio mencibikkan bibirnya. "Tapi Prof, masih banyak yang ingin aku ketahui."

Prof. Kim mengangguk pelan. "Waktu cepat berlalu, nak. Orang-tua mu pasti sedang mencarimu sekarang, dan aku tidak ingin mengambil resiko. Kau bisa menemuiku disini, aku akan selalu ada jika kau membutuhkan. Lagipula ada teman sekolahmu kan," tangannya bergerak mengelus lembut kepala Zio.

.
.
.

Elios duduk bersilah, berhadapan dengan teman-temannya dan juga anak kecil yang mereka panggil dengan nama Chiko.

Hampir satu jam Elios duduk disini, menunggu Zio dengan sabar dengan mendengarkan cerita dari teman-temannya itu. Cerita bagaimana kehidupan mereka sebelum bertemu dengan Prof. Kim, setidaknya itu mampu membuatnya berfikir jika teman-temannya itu bukan benar-benar orang jahat.

Pintu lapuk itu terbuka, menampilkan Zio dan Prof. Kim. Yang mana membuat Elios langsung berdiri dan berjalan mendekati Zio dengan terburu, memeriksa tubuh Zio dengan cara memutar-mutarnya.

"Astaga El, aku baik-baik saja!" Zio menghentikan Elios saat pusing mulai melanda.

"Wah! Aku tidak menyangka kau berhasil menjinakkannya, nak."

Zio menoleh, manatap heran pada Prof. Kim, menjinakan apanya? Dia tidak sedang memelihara hewan buas, yang ia punya hanya Aang kucing yang diberikan Daddy nya.

"Anak itu," Prof. Kim menunjuk Elios yang juga tengah menatapnya. "Varen saja kewalahan menghadapinya," lanjutnya dengan tawa kecil.

Zio mengedipkan mata bulatnya, lalu mengangguk-angguk. Benar, untunglah Elios sudah ada dipihaknya.

"Dasar Pak tua aneh."

Zio menekuk kedua alisnya, tangannya terangkat untuk menutup bibir Elios. "El, tidak boleh berbicara seperti itu pada orang tua tau!" Kedua mata bulatnya menatap tajam Elios, meskipun percuma tentu saja.

Elios bergumam maaf, tidak mempermasalahkan kedua telapak tangan Zio yang menutup mulutnya.

Zio mendengus, ia menarik tangannya lalu berdiri berhadapan dengan Prof. Kim. "Terimakasih karena sudah memberitahu ku Prof, aku pegang ucapanmu. Jika kau berniat bohong, lihat saja apa yang akan aku lakukan. Aku tidak suka main-main," Tersenyum manis kemudian membungkuk singkat, lalu berjalan menjauh dengan menarik tangan Elios.

Meninggalkan Prof. Kim yang tersenyum kaku ditempat.

"Otousan oke? Tidak apa-apa?" Chiko bertanya dengan nada lucu nya.

.
.
.

.
1 September 2024

CryBabyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang